Kadar Hemoglobin untuk penentuan Status Anemia Gizi Besi.

kadar HbPolewali Mandar Sulawesi Barat. @arali2008. Ditulis Kadar Hemoglobin untuk penentuan Status Anemia Gizi Besi. Ditulis dengan tujuan untuk dijadikan pedoman dalam penentuan penyakit gizi yaitu anemia gizi besi pada  induvidu dan kelompok masyarakat. Caranya adalah dengan mengunakan salah satu alat pengukuran Hemoglobin  yang  telah ada di Puskesmas, maka Kadar Hemoglobin induvidu dapat ditentukan. Penting bagi mereka yang bekerja di tingkat masyarakat ——pekerja epidemiologi kesehatan di Puskesmas dan juga petugas Gizi atau Petugas Kesehatan lainnya—— untuk mengetahui  Status Anemia dan  Status tidak Anemia  baik individu maupun kelompok masyarakat. Dijelaskan pengertian  dan penentuan kriteria  Anemia Gizi Besi serta alat pengukurannya ——- mendefinisikan operasionalnya——– sangatlah penting diketahui sebelum dianalisis sebab-musebab dan akibatnya sebagai upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Anemia Gizi Besi.

Pengertian.

Berbagai reteratur menjelaskan tentang Kadar Hemoglobin untuk penentuan Status Anemia Gizi Besi, menyatakan Hemoglobin (Hb) adalah bentuk konjugasi Fe dengan protein dalam bentuk aktif sebagai ferro yang berfungsi mentranspor CO2 dari jaringan keparu-paru untuk diekskresikan kedalam udara pernapasan dan membawa O2 dari paru-paru ke sel-sel jaringan. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah.

Kadar hemoblobin  yang rendah  disebut dengan Anemia Gizi  yaitu Keadaan dimana kadar hemoglobin darah lebih rendah dari normal  yang disebabkan oleh Asupan tidak adekuat (Primer), Absorbsi tidak adekuat (TGI disease), Utilisasi tidak adekuat (keganasan, infeksi), Kebutuhan yang meningkat (kehamilan) dan Eksresi yang meningkat (penyakit hati).

Anemia gizi secara sederhana dapat diistilahkan kurang darah  atau  keadaan kurang zat gizi mineral besi (Fe). Tanda-tamdanya, Pucat, Lemah, Lesu,Lelah atau Malas Belajar, Malas Berpikir, Malas Bekerja.

Anemia gizi sebenarnya disebabkan oleh defisiensi nutrien Fe, vit.B.12, vit. B6, Vit.C, Cu dan Co,  asam folat dan protein yang merupakan faktor eritropoesis dalam pembentukan sel darah merah. Dari semua penyebab ini  defisiensi yang paling utama adalah Defisiensi Fe.

Type anemia berdasarkan pemeriksaan hematologic  mempunyai 2 type :

  1. Anemia mikrositik Hipo-kromik disebabkan oleh defisiensi zat besi
  2. Anemia makrositik Hiper-kromik atau  megaloblastik anemia disebabkan oleh defisiensi vitamin B.12 dan asam folat

Berkembangnya anemia (kurang besi) melalui beberapa tingkatan dimana masing-masing tingkatan berkaitan dengan ketidak normalan indikator hemotologis tertentu (Wintrobe, 1974 : Dallan,  1980, INACG, 1981: Suhardjo 1992 yang telah direvisi beberapa kali sampai dengan tahun 2010).

Tingkatan pertama, “kurang besi laten” (laten iron deficiensy), merupakan keadaan dimana banyaknya cadangan besi (iron store) berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dan jaringan masih tetap normal.

Tingkatan kedua, “kurang besi dini” ( early iron deficiency anemia), dimana penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai habis atau hampir habis, tetapi besi dalam sel darah merah dan dalam jaringan belum berkurang.

Tingkatan ketiga, “anemia kurang besi lanjut” (laten iron deficiency anemia), merupakan perkembangan lanjut dari anemia kurang besi dini, dimana besi dalam jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat, “kurang besi jaringan” ( iron tissue deficiency), terjadi setelah besi dalam jaringan berkurang. Demikian pada tingkatan ini semua komponen besi dalam tubuh telah terganggu.

Penentuan Kriteria Anemia

Pearce EC,  (1992), menjelaskan jumlah Hemoglobin (Hb)  dalam darah normal kurang lebih 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasa di sebut “100 persen“. Dalam berbagai bentuk anemia jumlah Hb dalam darah berkurang. Dalam bentuk anemia parah, kadar itu bisa dibawah 30 % atau 4,5 gram per 100 ml. Pada anak usia  6 – 14 tahun dari 15 gram per 100 ml dapat turun sampai 12 gram per 100 ml. Sama atau lebih dari kadar ini dikatakan tidak anemia dan kurang dari angka ini dikatakan anemia (adanya perbedaan klinis 3,1 g/100 ml)

Batasan Anemia secara induvidu menurut WHO berdasarkan kadar hemoglobin (Hb) yang diperiksa  per 100 gram mililiter(mL)  atau gram per desiliter (dL) adalah :

  1. Anak pra sekolah        : Hb 11 (gr/dL)
  2. Anak sekolah               : Hb 12 (gr/dL)
  3. Laki-laki dewasa         : Hb 13 (gr/dL)
  4. Perempuan dewasa    : Hb 12 (gr/dL)
  5. Ibu hamil                      : Hb 11 (gr/dL)
  6. Ibu menyusui               : Hb 12 (gr/dL)

Adapun Klasifikasi Prevalensi kadar hemoglobin  untuk penentuan status anemia (WHO) dalam suatu kelompok umur (masyarakat) yang  ada di suatu wilayah dan  dalam jangka waktu tertentu per konstanta 100 individu untuk menyatakan prevalensinya adalah :

  1. < 15 %**   dikatakan mempunyai Prevalensi rendah dan diinterpretasikan sebagai kelompok masyarakat yang tidak bermasalah dengan anemia gizi
  2. 15 – 40%  dikatakan mempunyai Prevalensi sedang dan diinterpretasikan sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai  Masalah (ringan – sedang) dengan anemia gizi
  3. > 40%   dikatakan mempunyai Prevalensi tinggi dan diinterpretasikan sebagai kelompok masyarakat  yang mempunyai masalah berat dengan anemia gizi

** < 15 %  artinya lebih kecil dari 15 per 100 dengan pengertian jika 100 orang yang diukur kadar Hemoglobinnya ada 15 yang anemia dan 85 yang tidak anemia. demikian degan pengertian prevalensi lainnya.

Penyebab dan akibat Rendahnya Hemoglobin

Perkembangan anemia ( kurang besi ) seperti yang dijelaskan diatas menurut Depkes RI 2004 penyebabnya salah satu atau lebih dari keadaan berikut :

  1. zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan
  2. meningkatnya kebutuhan tubuh
  3. pendarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang, malaria  dan lain-lain

Makanan yang kaya kandungan zat besinya adalah makanan sumber hewani dengan penyerapan zat besi kedalam tubuh kurang lebih diata 15%, sedangkan sumber nabati walaupun kaya akan zat besi tetapi tidak dapat diserap dengan baik dalam tubuh sehingga hanya sedikit sekali yang dapat digunakan dalam tubuh, dengan penyerapan zat besi ke adalam tubuh hanya  dibawah 3 %. Pada masa tumbuh kembang, ibu hamil dan menyusui, akibat penyekit kronis, infeksi dan lain-lain dapat meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi

Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Besi

Departemen Kesehatan melalui program perbaikan gizi rutinnya, telah melakukan pencegahan dan penanggulangan anemia besi melalui pemberian suplementasi langsung zat besi berupa tablet besi pada ibu hamil (60 mg elementasi besi, 0,25 mg asam folat). Diberikan setiap hari sejak kehamilan trimester I dan diharapkan ibu hamil mengkonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilannya. Pemberian sirup Fe juga diberikan kepada balita yang mengalami gizi kurang. Dilakukan bersama kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) di posyandu, puskesmas, klinik bersalin dan rumah sakit.

Pada masa kehamilan, defisiensi zat gizi besi dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan kurang  (BBLR <2500 gram), abortus, Kematian Janin Dalam Rahim  (KJDR) dan penyebab lainnya yang dapat berkontribusi terhadap kesakitan dan kematian ibu saat hamil, melahirkan dan laktasi.

Pencegahan dan penanggulangan anemia besi yang utama adalah  dengan mengkonsumsi makanan yang  seimbang sehari-hari  dengan tetap memperhatikan sumber makanan yang mengandung zat besi. Ada dua jenis zat besi yang terdapat dalam makanan  yaitu zat besi heme dan zat besi bukan heme. Zat besi heme  bersumber dari daging, ikan, unggas dan hasil olahannya. Ketersediaan hayatinya tinggi  dapat memenuhi (20-30%). Zat Besi bukan heme  yaitu Zat besi  yang bersumber dari makanan, Zat besi cemaran  dan Zat besi fortifikasi, sumbernya adalah Ketersediaan Hayatinya rendah (<5 %)   yaitu Serealia, umbian, sayuran, kacang ( sumber hayati), Tanah, debu,air, wajan besi (sumber non hayati ) dan Hayati dalam komponen makanan.

Alat Sahli untuk  mengukur  Kadar Hemoglobin (Hb)

Pemeriksaan kadar hemogobin darah dilapangan,  pada umumnya tersedia 3  macam cara pemeriksaan yaitu,  dengan cara kertas saring, Sahli dan Hemocue. Penelitian Hao Liying, Muhilal dan Sukati Saidin (1997) tentang perbandingan pemeriksaan kadar hemogoblin darah dengan kertas filter, Sahli dan Hemocoe disimpulkan bahwa cara kertas saring kurang andal digunakan di lapangan.  Oleh karena itu, agar digunakan cara Sahli untuk tujuan test.

Penelitian sebelumnya oleh  Muhilal dan Sukati Saidin (1980) menjelaskan ketelitian penentuan hemogoblin (Hb) dengan cara Sahli yang dibandingkan dengan cara sianmethemoglobin (Cara yang paling teliti yang dianjurkan WHO baik perorangan maupun kelompok). Bahwa cara Sahli menghasilkan nilai Hb lebih rendah 10-13 persen dari cara sianmethemoglobin. 10 %  lebih rendah jika dilakukan oleh petugas yang cukup berpengalaman dan 13 % lebih rendah jika dilakukan oleh petugas yang mendapat latihan selama seminggu.

Cara pengukuran yang baik dan benar penggunaan metode Sahli dilakukan dengan pengambilan kadar hemoglobin darah induvidu yang diperoleh dengan mengambil sedikit darah arteri (1-2 ml) pada ujung jari tangan. Kadar Hb dapat dilakukan oleh petugas laboratorium, bisa petugas Puskesmas terlatih.

Hasil penentuan Hb dengan cara Sahli bila dikalikan faktor 1,10 mapun 1,13 menghasilkan nilai Hb yang penyebarannnya tidak berbeda bermakna dengan cara sianmethemoglobin. Bila sarana penentuan Hb dengan cara sianmethemoglobin tidak tersedia, penentuan Hb dapat dilakukan dengan cara sahli dan  hasilnya dikalikan faktor 1,1 (Muhilal dan Sukati Saidin, 1980).

Kesimpulan

Secara Operasional Kadar Hemoglobin untuk penentuan Status Anemia Gizi Besi adalah kadar  hemoglobin (konjugasi Fe dengan protein)  induvidu dalam sel darah merah  yang dalam tulisan ini diukur dengan metode Sahli. Indikasi pengukurannya, ditentukan oleh hasil kadar hemoglobin darah induvidu yang diperoleh dengan mengambil sedikit darah arteri (1-2 ml) pada ujung jari tangan. Kadar Hb dapat dilakukan oleh petugas laboratorium —bisa petugas Puskesmas terlatih—– yang telah mengetahui cara pengukuran yang baik dan benar penggunaan metode Sahli. Kriteria objektifnya atau hasil pengukuran kadar hemoglobin darah induvidu ditentukan setelah dikalikan faktor 1,1 dan kemudian jumlah kadar hemoglobin dinyatakan dengan patokan (cut off value) yang diusulkan WHO. Bila enemia (kurang besi) segera dilakukan intervensi dan bila tidak anemia (tidak kurang besi) maka upaya-upaya intake Fe  induvidu maupun masyarakat dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan.

 _____

Bahan bacaan :
Arsad Rahim Ali, (2006), Skripsi; “Perbedaan Status Gizi, Kadar Hemoglobin dan Prestasi Belajar Anak SD di WIlayah Pantai dan Gunung Kabupaten Polewali Mandar”. UNHAS Makassar

Baca juga tulisan terkait

  1. Apakah Masalah Gizi Itu ?
  2. Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi
  3. Interelasi Metabolisme dan Penentuan Kalori Total
  4. Apakah Berat Badan Balita BGM-KMS adalah Gizi Buruk?
  5. Penyebab (etiologi) Diare di Polewali Mandar Belum Di Intervensi
  6. Kebutuhan Gizi Embrio dan Paradigma Baru Perbaikan Gizi Masyarakat
  7. Menghitung Kebutuhan (Gizi) Air

Blogger @arali2008

Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan
di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Indonesia

Tentang Arsad Rahim Ali
Adalah Pemilik dan penulis blog situs @arali2008. Seorang Nutritionist, Epidemiolog Kesehatan, Perencana Pembangunan Kesehatan (Daerah), Citizen Jurnalist Blog, Pemerhati -----OPINI DARI FAKTA EMPIRIS----seputar masalah epidemiologi gizi, kesehatan dan Pembangunan Kabupaten di wilayah kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Dapat memberikan gambaran hasil juga sebagai pedoman pelaksanaan Pembangunan Kesehatan (Daerah) di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Negara Republik Indonesia. Tertulis dalam blog situs @arali2008 sejak 29 Februari 2008.

2 Responses to Kadar Hemoglobin untuk penentuan Status Anemia Gizi Besi.

  1. maaf pak, saya minta judul buku referensinya,
    untuk bahan skripsi saya

    arali2008 menjawab
    Tulisan ini bersumber dari Skripsi S1 saya :
    Arsad Rahim Ali, (2006) Perbedaan Status Gizi, Kadar Hemoglobin dan Prestasi Belajar Anak SD di WIlayah Pantai dan Gunung Kabupaten Polewali Mandar. UNHAS Makassar.

  2. hagus says:

    Makasih, bnyak yg bermaanfaat di blog ini..

Tinggalkan komentar