Kenapa Disebut Cerdas Dengan Mengingat mati?

Polewali Mandar Sulawesi Barat @arali2008.– Hamba berlindung kepada Allah Ta’ala yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk dan dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Menjaga selalu status kelangsungan hidup. Dari satu bait kalimat Syeikh Abudl Qadir Al-Jailani mengatakan dalam kitabnya Sirr Al Asrar, bahwa bangun dari tidur di malam hari lalu bertahajjud adalah simbol kematian dan kebangkitan. Menjadi bahan renungan dan selanjutnya tertulis dalam tulisan dengan judul “Kenapa Disebut Cerdas Dengan Mengingat Mati?”

Dan dengan kesadaran bahwa Allah Ta’ala menunjukkan kepada jiwa manusia, “Kullu nafsinn dza’iqatul mauti”. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasa mati. (QS. Ali Imran: 185). Maka Allah Ta’ala dengan kebesaran dan karunia-Nya mengingatkan; “Janganlah sekali-sekali kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan sebagai muslim” (QS. Al Baqarah: 132). Dan Nabi Shallallahu Alaihi  Wa Sallam yang ruhnya selalu bersama kita, mengingatkan, “Hendaklah kalian banyak-banyaklah mengingat kematian”.

ياَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْراَمِ أَمِتْناَ عَلَى دِيْنِ الإِسْلاَمِ

“Wahai Pemilik Kebesaran dan Karunia, Matikanlah Kami dalam Keadaan Islam”.

Ibnu Umar Radhiyaallahu Anhuma perna bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi  Wa Sallam, “Mukmin manakah yang paling cerdas? Beliau Shallallahu Alaihi  Wa Sallam bersabda, “Yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah yang paling cerdas” (HR.Ibnu Majah).

Kenapa disebut cerdas dengan hanya mengingat mati?

Sebelum kita menjawab pertanyaan ini kita coba mengerti terlebih dahulu arti dan makna kata cerdas, kita buka mesin pencari istilah pada microsoft bing dengan kata kunci “Cerdas Adalah”. Enter dan yang muncul adalah;

Cerdas adalah kata sifat yang memiliki beberapa arti12345. Beberapa arti dari cerdas adalah:

  1. Sempurna perkembangan akal budi (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran1.
  2. Tajam fikiran. Orang cerdas tidak terpaku pada teori namun lebih terhadap pemahaman konsep2.
  3. Kemampuan intelektual tinggi atau memiliki nilai tes IQ yang tinggi3.
  4. Fleksibel dalam pemikiran, dapat beradaptasi dengan perubahan, berpikir sebelum berbicara atau bertindak, dan mampu secara efektif mengelola emosi4.
  5. Kemampuan atau keterampilan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya tertentu5.

Point satu sampai dengan point lima disebutkan cerdas sebagai kata sifat, dihubungan dengan pemikiran (Akal Budi, Tajam Pekiran, IQ Tinggi dan Fleksibel pemikiran). Dan untuk point lima cerdas dihubungan dengan keterampilan. Sehingga secara sederhana cerdas itu berhubungan dengan penggunaan pemikiran dan keterampilan. Semakin luas atau tingginya pemikiran seseorang dan memiliki keterampilan yang mempuni maka disifatkanlah orang tersebut dengan cerdas. Jika dikonsepkan maka hasilnya dapat ditunjukkan sebagai berikut.

Jika Luas atau Tinggi Pemikiran Seseorang dan Keterampilan Yang Mempuni Maka Disebutlah Cerdas.

Dari simpulan para pakar tentang cerdas ini, sama sekali tidak menghubungkannya dengan, “Mengingat Mati dan Mempersiapkan diri untuk alam berikutnya” sebagaimana yang disebutkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam disebut sebagai, “Yang Paling Cerdas”. Saya mencoba mengkonsepkannya;

Jika Mengingat Mati dan Mempersiapkan Diri untuk Alam Selanjutnya Maka Disebutlah Cerdas.

Bagaimana memberikan makna kedua konsep diatas? Yang pertama jika luas atau tinggi pemikiran seseorang dan keterampilan yang mempuni maka disebutlah cerdas. Dan Konsep kedua adalah Jika Mengingat mati dan mempersiapkan diri untuk alam selanjutnya maka disebutlah cerdas.

Konsep yang pertama secara umum dapat dimengerti, namun konsep  yang kedua perlu pencarian arti dan maknanya. Disini istilah mati perlu diperjelas. Dimana mati secara umum pada diri manusia diartikan berpisahnya ruh dan jasad atau berpisahnya nyawa dan jasad, bukan lagi rahasia umum, menyebut orang yang mati dengan, “meninggal dunia”. Jasad yang tinggal nyawanya disebut mayat dan kemudian dilakukan prosesi terhadap mayat dengan sebaik-baiknya sampai akhir di pengkuburan dan berlanjut dengan penyelesaian yang telah ditinggalkannya, harta, keluarga dan utang-utangnya. Mati dalam pengertian ini dan hubungannya dengan kecerdasan masih bersifat umum, belum menyentuh subtansi kecerdasan.

Lalu apakah yang bisa kita fahami dari subtansi mati dan cerdas?. Coba kita artikan mati dengan makna yang lainnya  yaitu mati dengan tidur. Mengingat mati sama dengan mengingat tidur, ketika tidur seseorang akan terlihat seperti mati. Tidur yang saya fahami adalah adalah keadaan tidak berfungsinya organ metorik kasar maupun halus  termasuk alam pikir, yang berfungsi hanya organ vital terutama jantung dan paru-paru.

Ini berarti mengingat mati sama dengan mengingat tidur, artinya yang kita harus ingat ketika tidur adalah jantung dan paru-paru yang terus berfungsi. Bila jantung-dan paru-paru tidak berfungsi lagi ketika tidur, maka orang tersebut tidak akan bangun lagi dari tidurnya, tidak ada lagi kesempatan untuk mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, namun kenyataan banyak terjadi orang yang dibangunkan dari tidur mereka kembali dengan aktifitas hariannya, terutama waktu tidur dilakukan di siang hari. Namun bagi mereka yang tidur di malam hari dan kemudian terbangun di sepertiga malamnya, tidak ditemukan aktifitas hariannya, yang ada hanya mereka mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, mereka mempersiapkan hari esoknya di dunia dan alam berikut di akhirat.

Disinilah saya bisa mengerti ternyata mengingat mati dan mempersiapkan diri untuk alam berikutnya itu harus diartikan secara simbolis, artinya sebelum seseorang yang jiwanya merasakan mati. Simbol yang terdekat dengan istilah mati adalah Tidur, mungkin ada istilah lainnya misalnya dalam keadaan koma, tapi istilah ini tidak terjadi untuk semua orang. Tidurlah yang terjadi pada semua orang.

Apakah tidur itu berhubungan dengan kecerdasan?,

Sepintas ada benarnya, orang yang tidur dengan baik dan waktu yang cukup akan bangun dari tidur dengan pemikiran yang jernih. Disini kita mulai dapat korelasinya dengan mati yang disimbolkan dengan, “Tidur dan Kecerdasan”. Selanjutnya sesuai hadis Nabi,  dari, “Mengingat mati dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya”. Ini artinya orang yang tidur di malam hari kemudian bangun di sepertiga malam adalah mengingat matinya dan baik dalam mempersiapkan diri untuk aktifitas esok harinya didunia dan di alam berikutnya di akhirat.

Banyak cerita tentang kecerdasan yang tinggi yang dihubungan dengan bangun tengah malam setelah tidur, seperti kisah yang beredar di media sosial tentang kecerdasan Almarhum BJ. Habibie, yang dikenal miliki IQ yang tinggi, semoga Allah Ta’ala merahmatinya. Diceritakan  Rudi –nama panggilan- waktu kuliah di Jerman, dalam setiap smesternya Rudi selalu berada direngking tiga. Ia selalu di kala dengan orang-orang Yahudi berada diperingkat  satu dan dua. Rahasianya ternyata bangun di sepertiga akhir malam setelah tidur, agar hati dan pemikiran dapat dikendalikan mereka kemudian membersihkan diri – mandi —  kemudian belajar dengan hati dan pemikiran jernih, hasilnya nampak kecerdasan yang mereka miliki dan selalu berada direngking satu dan dua. Saya tidak tahu cerita ini benar atau tidak, sudah saya sering dengar di media sosial. Cerita ini hanya menunjukkan kecerdasan dunia, tidak menunjukkan kecerdasan alam berikutnya setelah mati yang disimbolkan dengan tidur.

Mengingat Mati dan Mempersiapkan Diri untuk Alam Berikutnya. Di Simbolkan Tidur dan Bangun Malam untuk Hati dan Pemikiran yang Bersih itulah disebut CERDAS

Yang paling mendekati cerita mengingat mati dan mempersiapkan diri untuk alam berikut adalah Perihal mati yang disimbolkan dengan tidur ini Oleh Syeikh Abudl Qadir Al-Jailani  mengatakan dalam kitabnya Sirr Al Asrar, Sembahyang tahajjud —- tidur malam kemudian bangun di sepertiga malamnya — membawa symbol kebangkitan setelah mati. Bila seseorang berjaya bangun untuk melakukan sembahyang tahajjud dia adalah Pemilik hatinya dan pemikirannya bersih. Saya tidak perlu menjelaskan lebih lanjut hati dan pemikiran yang bersih, dalam hubungan dengan cerdas, karena sudah jelas hanya dengan hati dan pemikiran yang bersih sajalah yang dapat menunjukkan seseorang terlihat cerdas.

Kesimpulannya,  Apa yang disebutkan Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, “Yang paling banyak mengingat mati dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah yang paling cerdas”. Disimbolkan dengan tidur di malam hari – karena tidur adalah mati — dan bangun di sepertiga malamnya bersuci dan menggunakan hati dan pemikiran yang bersih untuk kehidupan alam selanjutnya, itulah yang paling cerdas. Saya setujuh.

Semoga tulisan ini memberikan berkah untuk diriku dan untuk diri kalian, memberikan manfaat dari Ayat-ayat dari Firman Al Quran dan Hadist Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam dan dapat kami dijadikan ilmu dan amal, menumbuhkan kesehatan spritual, mendapat rida Allah Ta’ala dan kasih sayang-Nya.

 –

Blogger @arali2008

Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi, Kesehatan dan Sosial
di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat Indonesia

Tentang Arsad Rahim Ali
Adalah Pemilik dan penulis blog situs @arali2008. Seorang Nutritionist, Epidemiolog Kesehatan, Perencana Pembangunan Kesehatan (Daerah), Citizen Jurnalist Blog, Pemerhati -----OPINI DARI FAKTA EMPIRIS----seputar masalah epidemiologi gizi, kesehatan dan Pembangunan Kabupaten di wilayah kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Dapat memberikan gambaran hasil juga sebagai pedoman pelaksanaan Pembangunan Kesehatan (Daerah) di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Negara Republik Indonesia. Tertulis dalam blog situs @arali2008 sejak 29 Februari 2008.

Tinggalkan komentar