Dukun Ponari Salah Satu Bukti Kegagalan “Pendekatan Medis” dalam Kesehatan Masyarakat

Polewali Mandar Sulawesi Barat.— Dalam Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992, disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera jasmani, rohani dan sosial, agar setiap orang dapat hidup secara produktif secara sosial dan ekonmis. Pengertian kesehatan dalam Undang-Undang ini kalau dicermati kata demi kata pada dasar adalah suatu visi bangsa Indonesia dalam pembangunan kesehatan masyarakat, bukan visi Indonesia Sehat 2010 yang selama ini kita dengar. Karena merupakan visi maka dalam mewujudkannya harus dilakukan secara komprehensif-menyeluruh.

Dalam dokument pembangunan kesehatan Negara Republik Indonesia ada 4 pendekatan yang digunakan agar pembangunan kesehatan lebih menyeluruh  (komprehensif) yaitu pendekatan kuratif, rehabilitatif, preventif dan promotif. Ke empat pendekatan ini harus dilakukan secara proporsional oleh Pemerintah dalam melayani masyarakat.

Pendekatan Medis Versus Pendekatan Kesehatan Masyarakat

Pendekatan kuratif dan rehabilitatif dalam praktek dilakukan oleh tenaga-tenaga dokter, perawat dan apoteker, dan petugas yang berhubungan dengan medis lainnya, mereka ini biasanya di kenal sebagai petugas medis.

Sementara pendekatan preventif dan promotif dilakukan oleh tenaga-tenaga kesehatan masyarakat semisal ahli gizi masyarakat, epidemiolgi kesehatan, ahli kesehatan lingkungan, tenaga promosi kesehatan dan tenaga kesehatan masyarakat lainnya, mereka ini biasa disebut sebagai tenaga kesehatan masyarakat.

Pendekatan medis dan pendekatan kesehatan masyarakat harus berjalan bersama-sama, pendekatan yang satu tidak merasa lebih dari pendekatan yang lainnya. Tidak bisa juga dikatakan pendekatan kuratif dan rehabilitaif tampa mengabaikan pendekatan preventif dan promotif seperti banyak yang ditemukan dalam konteks-konteks pada buku Kebijakan Kesehatan di Indonesia.

Karena kalau demikian konteksnya, itu artinya sudah melebihkan pendekatan kuratif-rehabilitaif daripada preventif-promotif. Akibatnya adalah orang-orang akan selalu sakit kemudian diobati dan dipulihkan tetapi karena tidak adanya upaya pencegahan melalui promosi kesehatan orang-orang tersebut atau orang-orang lainnya sakit lagi dan sakit lagi, hingga secara sosial mereka sakit dan tidak percaya lagi pada pendekatan medis, pengobatan alternatif  lainnyapun dicarai, salah satunya adalah dukun cilik Ponaripun sebagai alternatif.

Melebihkan pendekatan kuratif-rehabilitatf dalam prakteknya dimasyarakat dapat ditunjukkan dari peran petugas medis (dokter, perawat dan apoteker) dalam menangani penyakit berbasis masyarakat, terlihat lebih menonjol bila dibandingkan dengan peran petugas kesehatan masyarakat, bahkan peran-peran dari petugas kesehatan masyarakat diambil alih oleh petugas medis, sehingga sangat menyedihkan peran petugas kesehatan masyarakat hanya sebagai pelengkap saja. tetapi perlu diketahui beberapa hari atau bulan kemudian timbul lagi penyakit serupa, terus berputar dari hari ke hari, minggu-ke minggu, bulan ke bulan sampai tahun ke tahun bahkan ada penyakit sampai terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).

Mereka telah Gagal….

Jadi sebenarnya mereka petugas medis telah gagal dalam membangun kesehatam masyarakat, memang dalam penanganan penyakit dan pengobatannya serta rehabilitasinya petugas medis berhasil menyembuhkan penyakit tersebut, dan kemudian di klaim pelayanan kesehatan masyarakat berhasil ditanggulangi, Bahkan karena penyakit-penyakit tersebut sering terjadi dan sering ditangani mereka petugas medis terlihat semakin profesional, akibatnya masyarakat cenderung membayar mahal penyakit tersebut karena petugas medis yang menangani penyakit tersebut semakin mampu menyembuhkannya. Tidak ada masalah bagi masyarakat yang mempunyai tingkat ekonomi yang baik, karena mereka akan dilayani dengan baik dan ramah sebelum diobati, tetapi akan menjadi masalah adalah mereka masyarakat yang mempunyai tingkat ekonomi yang sangat kurang, tentunya mereka tidak akan mampu mengobati penyakitnya oleh petugas medis, dan walaupun dilayani keramahan tidak ditemukan seperti pada mereka yang mempunyai tingkat ekonomi tinggi, dan walaupun ada keramahan, itu hanyalah keramahan sesaat karena mereka tiba-tiba mampu membayar (karena berhutang), ketika mereka pulang 3-4 hari kemudian penyakit kambuh lagi, karena yang ditangani bukan asal muasal timbulnya penyebab.

Cerita Dukun Ponari

Cerita dukun cilik Ponari adalah salah contoh gagalnya pendekatan medis dalam pembangunan kesehatan, dan tidak berfungsinya pendekatan kesehatan masyarakat (preventif dan promotif). Masyarakat (orang-orang yang sehat, sakit dan berpenyakit) berbondong-bondong untuk mendapatkan pelayanan dari Ponari, cepat dilayani, murah (hanya lima ribuan per pasien) dan menyembuhkan 3-4 hari, walaupun itu hanya sebagai sugesti yang tidak menghilangkan penyebab timbulnya penyakit. Tetapi masyarakat tetap berbondong-bondong ( ribuan pasien ) tetap berkunjung untuk dilayani, bahkan karena lamanya antri sudah 4 orang pasien ponari yang meninggal. Dan Cerita Pelayanan Ponari ini adalah Refleksi (gambaran) kesehatan masyarakat yang ditangani dengan hanya pendekatan kuratif-rehabilitaif tidak dibarengi atau tidak bersama-sama dengan pendekaatan preventif-promotif.

Harusnya Kerja Tim …

Pendekatan kuratif-rehabilitatif berjalan bersama-sama dengan pendekatan preventif-promotif dapat dicontoh pada Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat, pada akhir bulan Oktober dan awal Nobember 2009. Ketika laporan survailans menyebutkan terjadi peningkatan kasus diare dan ada yang meninggal dunia, serta merta pengambil kebijakan kesehatan kabupaten membentuk tim penanggulangan yang merupakan representase dari pendekatan kuratif-rehabilitatif yang terdiri dari tenaga dokter, perawat dan apoteker. Petugas-petugas kesehatan masyarakat (Ahli Kesehatan Lingkungan, Epidemiolog, Petugas Promosi Kesehatan, Ahli Gizi Masyarakat dll) kurang dilibatkan, yang seharusnya mereka juga dibentuk dalam satu Tim yang dapat bekerja sama yaitu Tim Penyelidikan sebagai sebagai representasi pendekatan preventif-promotif.

Pada setiap Kejadian Luar Biasa Penyakit (KLB-Penyakit),  dalam penanganan seyogyanya dibentuk dua tim yaitu tim penanggulangan dan tim penyelidikan. Tugas utama Tim Penanggulangan adalah menangani mereka yang sakit  secara induvidu, jangan sampai timbul kematian termasuk kecatatan dan carier (pembawah penyakit). Tugas utama Tim Penyelidikan adalah   menangani mereka yang sakit secara berkelompok untuk mengindentifikasi penyebab utama (etiologi) penyakit tersebut sebagai upaya pencegahan tidak bertambahnya orang yang sakit.

Tim penanggulangan tiap hari terus melakukan pelayanan pasien diare dan penyuluhan di titik-titik lokasi KLB secara bergantian, namun kasus diare terus muncul ditempat semula yang dilayani kemudian muncul lagi ditempat lainnya, sampai dengan 4 minggu kesakitan diare masih sering terjadi sampai mencapai angka kumulatif 1.150an penderita dan 22 kematian diare (Case Fatality Rate= 2,2%). Angka kesakitan mulai menurun ketika Tim Penyelidikan (tampa penbentukan oleh pengambil kebijakan) yang merupakan representase dari pendekatan preventif-promotif secara diam-diam berhasil mengidentifikasi asal-muasal penyebab diare, tindakan pengobatan dilakukan oleh tim medis dan tindakan pencegahan dan promosi dilakukan oleh tim kesehatan masyarakat, akhirnya kasus diarepun menurun dan tidak ditemukan lagi kematian.

Hanya salah satu Bukti ….

Terakhir saya ingin tulis di sini bahwa cerita tentang dukun Ponari adalah salah satu bukti kegagalan pendekatan medis dalam kesehatan masyarakat, bukan berarti mengkecilkan peran petugas dokter, perawat dan juga apoteker, tetapi merupkan kritikan dan masukan kepada kebijakan pendekatan pembangunan kesehatan yang lebih menekankan pendekatan kuratif-rehabilitatif dari pada pendekatan preventif-promotif. Selagi Pembangunan kesehatan masih dalam pendekatan-pendekatan yang tidak seimbang dari kedua pendekatan tersebut upaya kita dalam mewujudkan kesehatan setiap orang agar sehat jasmani, rohani dan sosial dan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis akan sangat sulit untuk diwujudkan, padahal ini merupakan visi bangsa Indonesia harus diwujudkan dan sudah di Undang-Undangkan dalam lembaran negara, dibuat oleh rakyat melalui perwakilannya di MPR/DPR RI waktu itu. Saya tekankan ini karena rupanya Visi Indonesia Sehat 2010 yang lebih menekankan pendekatan kuratif-rehabilitatif dari pada preventif-promotif dan ini disusun oleh mereka yang lebih menekankan pendekatan kuratif-rehabilitatif minimbulkan sekuil cerita tentang dukun Ponari dan ketidakberdayaan masyarakat serta  karena upaya preventif-promotif  telah diambil alih oleh kuratif-rehabilitatif maka  mewujudkan kesehatan masyarakat sesuai dengan visi yang dibangun akan sulit tercapai.

Kapankah kuratif-rehabilitatfi dapat bekerja sama dengan preventif-promosi kesehatan, hanya Tuhan YME yang tahu !

Blogger @arali2008

Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan
di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Indonesia

Tentang Arsad Rahim Ali
Adalah Pemilik dan penulis blog situs @arali2008. Seorang Nutritionist, Epidemiolog Kesehatan, Perencana Pembangunan Kesehatan (Daerah), Citizen Jurnalist Blog, Pemerhati -----OPINI DARI FAKTA EMPIRIS----seputar masalah epidemiologi gizi, kesehatan dan Pembangunan Kabupaten di wilayah kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Dapat memberikan gambaran hasil juga sebagai pedoman pelaksanaan Pembangunan Kesehatan (Daerah) di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Negara Republik Indonesia. Tertulis dalam blog situs @arali2008 sejak 29 Februari 2008.

2 Responses to Dukun Ponari Salah Satu Bukti Kegagalan “Pendekatan Medis” dalam Kesehatan Masyarakat

  1. samdin says:

    setuju. jika kuratif, rehabilitatif,preventif dan promotif itu berjalan secra bersamaan,,!

    @arali2008 menjawab
    Ok. thank

  2. anca says:

    Yup… setuju. Kita harus membandingkan mana yang lebih bermanfaat n mudharat bagi kita bersama,…

    @arali2008 menjawab

    yach! memang dukun ponari harus lebih dilihat manfaat mudharatnya. bagi kesehatan seharusnya dinas kesehatan di Jombang, menurunkan timnya untuk melakukan penyelidikan kejadian pelayanan kesehatan, khususnya untuk mengetahui besaran masalah kesehatan dan faktor determinannya orang-orang yang datang berobat di Ponari, kalau sudah ditahu akan jelas solusinya.

Tinggalkan komentar