Silsilah Keluarga

LA TONDIKA pada tahun 1620 mengunjungi Mekkah dan Madinah untuk menunaikan Ibadah Haji dan belajar Agama, sebelum pulang, berziara ke makam Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam, singgah di kesultanan Aceh, bergabung dalam majelis Ilmu Syaikh Syamsudin ibnu Abdullah As Sumatrani mufti di kesultanan Aceh. Mansyur dengan Nama H. Sulaiman dan kemudian kembali ke negerinya Kesultanan Buton untuk melakukan siar Islam, mansyur dengan nama Haji Padha Al Butuni Rahimahullah. Salah satu dari 4 pejabat ahli spiritual  kesultanan peletakan dasar UUD Martabat Tujuh Kesultanan Buton yang didalaminya  dari kitab ‘At Tuhfat Al Mursalah ila Ruh an Nabiy’  karya Muhammad ibnu Fadhlullah Al Burhanfuri Al Hindi (Gujarat) ketika berada di Kesultanan Aceh

***

Slide1ARSAD RAHIM ALI, dalam penamaan silsilah (bc. nasab) adalah Arsad Rahim Ali bin Rahim Ali bin Muhammad Ali bin Abdul Rahim Al Butuni, dan seterusnya ditulis dengan latar belakang cerita sejarah mulai dan berakhirnya Kesultanan Buton.

Lahir di Kota Bau-Bau. Ketika lahir kota ini berstatus kota administarsi Bau-Bau Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara adalah salah satu kota tua di Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan data administrasi Hindia Belanda (Staatblad no. 325 tahun 1916) Bau-Bau adalah onderafdeling ibu kota dari afdeling Buton, salah satu dari 11 Afdeling yang ada di Pulau Selebes (Sulawesi) khususnya Selebes bagian Tenggara (Pen; Sekarang Provinsi Sulawesi Tenggara). Tercatat dalam staatblad Hindia Belanda tersebut (perjanjian Korte Verklaring 18 April 1906) afdeling Buton dibedakan dengan afdeling lainnya yaitu dibawah kekuasaan kesultanan Buton yang merdeka dan berdaulat sebagai suatu negara (red. Sebelum adanya NKRI sebagai bentuk pengakuan)  Negara sahabat dari kerajaan Belanda, setelah Indonesia Merdeka sampai dengan tahun 1962.

Dalam catatan lainnya Belanda membagi negeri-negeri di Sulawesi menjadi tiga kategori. Pertama, negeri-negeri yang langsung dibawah kekuasaan Belanda. Kedua, negeri-negeri dan kerajaan-kerajaan yang tidak langsung dibawah pemerintahannya tapi belanda memiliki hak dalam perwilayahannya. Ketiga, kerajaan-kerajaan merdeka yang hubungannya dengan Belanda didasarkan pada perjanjian, khususnya Perjanjian Bungaya yang diperbaharui, dimana kesultanan Buton adalah negara yang mengakui kedaulatan Belanda demikian sebaliknya, Belanda mengakui Kesultanan Buton yang berdaulat sebagai suatu Negara  (ANRI 1973: ciii; Resink 1987).

Sejak lima atau enam abad yang silam, Kota Bau-Bau telah menjadi kota Bandar Kesultanan Buton yang berpusat di Wolio, Mitra kerja kerajaan Bone di Kabupaten Bone, Kota Tua Makassar Kerajaan Goa Sulawesi Selatan, dan Kerajaan Ternate Provinsi Ternate serta beberapa kerajaan kecil di kawasan Buton dan sekitarnya, termasuk jauh sebelumnya Kerajaan Majapahit telah mengenal Kerajaan Buton.

Butun (Buton) adalah memiliki desa “ibu kota dari kerajaan butun” tempat tinggal para resi “orang-orang yang terhormat” yang dilengkapi dengan taman, lingga dan saluran air, rajanya bergelar Yang Mulya Maha Guru. (Mpu Prapanca, 1365, Negara Kertagama. Mesium Indonesia)

Pemukiman pertama (nenek moyang penulis) kota Bau-Bau di mulai sekitar awal abad ke 13, oleh migrasi kelompok orang yang datang dari Johor, (pencari agama Islam dari kawasan Asia Tengah). mereka adalah mencari agama Allah SWT yang telah lama mereka dengar tetapi mereka belum menganutnya, belum ada yang mengajarkannya, mereka sangat rindu akan agama ini, Mereka ini terdiri dari empat kelompok (Si Empat Orang), mereka sepakat mencari agama ini dengan berlayar, setelah melalui perjalanan laut dan singgah di berbagai daratan, tibalah mereka diselat Buton, mereka sangat tertarik dengan wilayah ini (Pulau Buton), mereka sepakat menunggu agama Islam di pulau ini, mereka membagi pendaratan menjadi empat bagian yaitu

  1. Kelompok pertama dipimpin oleh Si-Panjonga. Mereka mendarat di Sula sekitar kota Bau-Bau sekarang
  2. Kelompok yang dipimpin oleh Si-Tamanajo mendarat di Kapontori (sekitar wilayah Kabupaten Bombona sekarang ini, yang dulu adalah wilayah Kerajaan Buton)
  3. Kelompok yang dipimpin oleh Si-Simalui yang mendarat di Kamaru (Bagian selatan)
  4. Dan kelompok Si-Jawangkati di Wawasangka (Masih sekitar wilayah kabupaten Buton bagian timur)

Salah Satu Pintu Masuk utama Benteng (Kastil) Buton yang sampai sekarang masih tetap utuh

Beberapa tahun kemudian (awal abad ke 13) setelah masing-masing mendirikan pemukinan diwilayah pendaratannya, mereka kemudian berkumpul diwilayah yang dipimpin oleh Sipanjonga. Mereka sepakat membangun perkampungan bersama di wilayah Wolio, yang kemudian menjadi cikal bakal pusat pemerintahan kesultanan kerajaan Buton. Sekarang wilayah ini dikelilingi oleh Benteng Keraton Kesultanan Kerajaan Buton, Benteng (Kastil) terluas di Dunia Fersi Buku Musium Rekor Indonesia (MURI) dan Guines Book of Recor versi Dunia sebagai peninggalan asli peradaban sistem pertahanan militer kesultanan Buton.

Setelah perkampungan Wolio yang dipimping oleh Si Panjonga berkembang, datanglah kelompok putri raja yang datang melalui Negeri Tiongkok yaitu Kelompok Putri Raja Wakaka. Kelompok Putri Raja Wakaka ini diterima dengan baik oleh kempat kelompok sebelumnya. Mereka (Kelima Kelompok ini) kemudian sepakat membentuk suatu kerajaan Buton, karena kelompok ini sangat memuliakan yang namanya wanita maka Putri Wakaka sendiri kemudian diangkat menjadi Ratu. Yang Mulya Maha Guru Batara yi Butuni.

Ketika Abdi Negeri Butuni membutuhkan Pimpinan maka ditemukanlah seorang putri dari dalam benteng bambunya, sang putri menampahkan diri sebagai seorang ratu, — Batara yi Butuni —- para Abdi begitu mengabdi. Para Abdi kemudian berkata, “Inilah pimpinan kita, Wakaka. Dia sang ratu dari kita sebagai Abdi Butuni untuk saling memelihara negeri Butuni”. Ketika sang Ratu dilantik menjadi Raja Pertama Butuni, sang Ratu dan para Abdi Butuni bersumpah.

Qul, “Ana Rabbi maa Abdi”,

Katakanlah, “saya Wakaka sebagai raja, yang diamanatkan oleh Allah Ta’ala untuk memelihara negeri Butuni bersama para abdi negeri”.

Qul, “Abdi maa Rabbi”,

Katakanlah, “Kami Abdi Negeri Butuni bersama Raja Wakaka diamanatkan Allah Ta’ala untuk Memelihara Negeri Butuni”.

Qul, “Rabbi wal Abdi waa Wahid”,

Katakanlah, “Allah Ta’ala Yang Maha memellihara  Negeri Butuni mengamanatkan kepada Wakaka sebagai raja dan para Abdi Negeri Butuni untuk selalu bersatu”.

Jadilah sang putri Wakaka sebagai Raja Pertama dari para Abdi bersatu dalam Kerajaan Butuni diawal tahun 1330an Masehi dengan sebutan Yang Mulya Raja Batara Yi Butuni.

Wakaka juga masih merupakan keturunan Raja dari Negeri Tiongkok, berasal dari dinasty KHAN dari Dinasti Fatimiyah Negeri Persia (Timur Tengah) dengan silsilah berasal dari Yastrib Madina.  Putri Raja Wakaka datang ke Buton dengan pengawalan dari panglima perang Dungku Cangia dan prajuritnya dari Negeri Tiongkok karena ketika mereka datang pertamakali di wilayah Buton, atribut kerajaan diikutkan, misalnya saja lambang-lambang kerajaan berupa Naga sebagai Simbol kerajaan, lambang Nenas sebagai simbol kemakmuran, pakaian-pakaian kerajaan, termasuk ajaran kepercayaan pengikutnya yaitu ajaran agama Hindu ——walaupun Ratu Wakaka sendiri telah menganut islam—— dan atribut-atribut wanita lainnya yang sekarang telah dijadikan pakaian adat Buton.

Beberapa tahun kemudian, datang pula kelompok dari kerajaan Mataram, putra-putri dan para pembesar dari Raja Raden Wijaya kerajaan Mataram yaitu Sibatara (Sri Batara), dan anak dari Raja Raden Wijaya yaitu Raden Jutubun dan saudara perempuannya Lailan Mangrani yang dipanggil dengan Putri Lasem. Sibatara (Sri Batara Seorang Musafir/panglima dari Dinasti Fatimiyah di Timur Tengah telah menjadi Pembesar di Kerajaan Mataram)  kemudian mempersunting Ratu Wakaka sebagai Istrinya,

Sang Raja/putri Wakaka melalui wali nikah saudara misannya sekaligus sebagai pengawal pribadinya “Sri Aden” menerima Sri Batara sebagai suami karena kesamaan/kejelasan asal usul dan bahasa yang digunakan ketika melamar sang Raja/Putri yaitu bahasa dan cucu dari penguasa  Dinasti Fatimiyah di Timur Tengah. Mereka adalah jodoh dari seorang putri dan pangeran dari negeri 1001 malam yang ditakdirkan menjadi raja dan ratu di negri Buton.

Ratu Wakaka dan Suaminya Sibatara tak lama kemudian melahirkan seorang putri yang diberi nama Bulawambona, bersamaan dengan itu Sipanjango (seorang yang sangat dihormati) mendapatkan cucu La Baaluwu

Putri Raja Bulawambona dan La Baaluwu ini kemudian dijodohkan, setelah mereka dewasa, Putri  Bulawambona diangkat menjadi Ratu II oleh ibunya Ratu Wakaka, Ratu Bulawambona kemudian  dinikahkan dengan La Baaluwu, mereka mempunyai anak (putra) yang diberi nama  Bataraguru, merupakan cucu dari Sang Ratu Wakaka, yang juga sekaligus sebagai putra makota dari kerajaan Buton ini. Setelah Ratu Bulawambona meninggal, Bataraguru kemudian menjadi Raja ke III, ia mempunyai beberapa putra salah satunya adalah putra Rajamanguntu, bersaudara dengan raja buton ke 4 pengganti ayahandanya Bataraguru yaitu Tuan Raden.

Rajamanguntu kemudian nikah dengan anak putri dari Raja Bone (Kerajaan Bone)  —- sekarang Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan yaitu Putri Walilangke. Dan selanjutnya turunan dari Rajamanguntu dan Walilangke secara silsila (turunan) adalah :

  1. La Karahamba putra dari Rajamanguntu
  2. La Sampula putra dari La Karahamba. Ia dan istrinya bersama penjaga keluarganya, tukang kebunnya, nelayannya dan para saudagarnya tercatat sebagai penghuni pertama pulau siompu, —-Kata Siompu di ambila dari Nama Penghuni Pertamanya La Sampula dengan sebutan Si Ompu —–  salah satu pulau yang berada pada bagian depan wilayah selatan kota Bau-Bau Buton. Pulau yang dikenal sebagai penghasil jeruk terbaik di wilayah Buton
  3. La Ladja salah satu putra dari La Sampula, dikenal sebagai Lakina Siompu digelar sebagai Kosokana Bonto Ogena Pertama di Negri Butuni pada masa peralihan transisi kerajaan butuni menjadi Kesultanan Buton 

Mereka bertiga ini bukan putra makota, tetapi putra makotanya adalah saudara-saudara laki-laki sekandung, dan telah datang yang kedua kalinya dari Syaikh Maulana Sayid Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman Al Fathani dari Jahor seorang ahli tasawuf Arab-Persia melalui Gujarat dengan membawa amanat dari kesultanan Dinasty Fatimiya yang telah berubah menjadi Kekhalifahan Dinasty Ustmani berkedudukan di Turki, agar singgah di kerajaan Buton dimana ratu dan rajanya berasal dari para pembesar dinasti Fatimiya agar mulai mengajarkan syariat Islam, dan menempatkan agama islam dalam posisi tertinggi …Qaim ad-Din….. dalam pemerintahan kerajaan buton. Pada tahun 1491, berkat peran Syaikh Maulana Sayid Abdul Wahid,——Semoga Allah Swt Memberkatihnya——– pilihan raja tidak didasarkan lagi pada putra makota karena kerajaan Buton ini telah berubah menjadi Kesultanan Buton, yang mana sultannya diambil (dipilih) dari Orang Pilihan Insan Kamil  sebagai  Khalifatul Khamis.

Kesultanan Buton (1500- 1960) adalah satu dari sedikit tradisi demokrasi tertua di dunia.  38 orang sultan yang pernah  bertahta di Kesultanan Buton dipilih dan diangkat secara demokratis bukan berdasarkan keturunan sebagaimana lazimnya pemerintahan monarchi seperti hal kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Setelah dipilih secara demokratis oleh lembaga siolimbona Sultan (Dewan Sultan) dilantik di batupopaua suatu lokasi di sekitar Mesjid Keraton Buton yang masih terpelihara hingga saat ini.

Mesjid Keraton Buton

Mesjid Keraton Buton  yang berada dalam Benteng (kastil) berkedudukan di Wolio sebagai pusat kerja kesultanan Buton Urusan keagamaan (Islam)

Sultan Pertamanya adalah Sultan Murhum Kaimuddin, dilantik pada tanggal 1 Safar 948 H atau Jumat, 27 Mei 1541, namanya yang identik dengan gelarnya Qaim ad-Din=Penegak Agama Islam (1541-1558).

Agama Islampun dijadikan dasar Kesultanan, oleh Sultan keempat, Sultan Dayanu Ikhsanuddin (1596 – 1632 M) dengan tim empatnya mensyarahkan Martabat Tujuh menjadi dasar dan falsafah kesultanan diundangkan dengan sebutan Undang-Undang Dasar (UUD) Martabat Tujuh  —-yakni Undang-Undang Dasar yang berisi penyelenggaranan kesultanan dengan Syara Ogena yang terdiri dari tiga dewan (eksekutif, legislatif dan yudikatif) dan satu dewan keagamaan (Syara Khidina) dengan pendekatan sufisme Tujuh Martabat yang harus dijalankan seluruh rakyat kesultanan Buton yaitu : Ahadiyah, Wahdah, Wahidiyah, (Sebagai Martabat Ketuhanan) dan  Alam Ruh, Alam Misal, Alam Ajsam dan Alam Insan (Sebagai Martabat Kehambaan). Para Pejabatnya ketika dilantik wajib di i’tiqadkan dengan sifat 20 (Allah Subhanahu Wa Ta’ala) dan sifat 4 (Rasul Allah). ——–  Wilayahnya terdiri dari empat Barata dengan pemerintahannya bersifat otonom, dan 72 Kadie dengan pusat pemerintahan berada di Wolio. Berkehidupan bernegara dan bermasyarakat dengan prinsip kemanusiaan, “BHINCI-BHINCI KULI, dengan empat syara : Satu,  POMAA MAASIAKA (saling sayang menyayangilah kalian karena Allah Ta’ala) Dua; PO MAE MAEKA (saling takut dan taatlah kalian pada Allah Ta’ala dan RasulNya), Tiga: POPIA PIARA (saling peliharalah kalian atas apa yang telah Allah Anugrahkan padamu). Empat POANGKA ANGKATAKA (Saling angkat mengangkatlah kalian karena Allah Ta’ala).

Pembangunan Mesjid Agung Keraton pun mulai dilaksanakan dan selesai pada tahun 1712. Mesjid ini berkedudukan sebagai pusat kerja kesultanan Buton Urusan keagamaan (Islam) — Syara Khidina — dengan 60 ketenagaan (1 Pimpinan, 1 Imam, 4 khatib, 12 bilal/muazim, 40 staf (makmun) 2 staf lainnya, Sampai sekarang masih tetap difungsikan. Struktur organisasi menggunakan Struktur Martabat Tujuh dengan amanat tugas dengan menggunakan prinsip sifat 20 dan empat sifat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, dengan amalan zikir tujuh martabat.

La Ladja sebagai Bonto Ogena  yang dikenal sebagai Lakina Siompu dengan Gelar Kosokana (karena ia sangai pandai dalam mengatur sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran keuangan keluarga besarnya di pulau siompu, ia kemudian membagi Jabatanya Bonto Ogena Pertama menjadi Bonto Ogena wilayah Barat dan Timur. Dan ditunjuk sebagai Bonto Bonto Ogene wilayah timur kerajaan dalam struktur pemerintahan Kesultanan Buton. Sementara wilayah barat diserahkan kepada putranya

Di Pusat Kesultanan Buton, La Ladja dengan Jabatan Bonto Ogene Matanaeyo (wilayah Timur Kesultanan) kemudian mendidik putra-putrinya dengan ajaran islam yang sudah sekian lama mereka rindukan, putra-putri turunannya disamping ahli dalam agama juga merupakan menteri dalam kesultanan Buton, secara silsila atau turunan mereka itu adalah

  1. Bonto Ogena Rakia Bungku (red: tokoh perwakilan/pimpinan seluruh rakyat pribumi dalam dewan kesultanan siolimbona). Rakia Buku melanjutkan pendidikan dari Ayahandanya kepada putra-putranya salah satunya adalah La Tondika yang khusus mendalami Tasawuf dan putra lainnya meneruskankan jabatannya sebagai Bonto Ogena.
  2. Bonto Ogena  Malaika Tuda
  3. Bonto Ogena  Gundu-Gundu Mancuana
  4. Maa Hasimu (red: “Maa” nama panggilan bagi anggota dewan kesultanan siolimbona yang terhormat), lebih kosentrasi pada pendalaman pengenalan Allah SWT yaitu orang yang selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepadaNya, Usaha yang utama yang dilakukan yaitu menuntut Ilmu, agar bisa berbuat taat dan takwa serta menyerjakan semua kewajiban kemudian menjadi Wara (saleh), zuhud dan tawakkal.
Huruf Wolio

Tulisan (Alfabet) Bahasa Wolio, sebagai tulisan resmi Kerajaan Islam Butuni Khalifatul Khamis

Pada zaman ini juga (akhir abab ke 17) alfabet kesultanan mulai diperkenalkan (red. Buri Wolio), setelah sebelumnya penggunaan bahasa arab dan Melayu, maka tutur towolio yang digunakan pusat pemerintahan kesultanan (Keraton Wolio), kemudian mulai diaksarakan sebagai suatu alfabet (red. ada vokal dan ada konsonan), dan telah menjadi tulisan dan bahasa resmi kesultanan butuni, Aksara ini memiliki jumlah huruf sebanyak 22 huruf, yaitu 17 huruf dari abjad Arab dan 5 huruf dari aksara Jawi, digunakan mengayomi beberapa bahasa yang dipergunakan di wilayah kesultanan buton, tak terkeculai turunan dari silsilah penulis.

  1. MAA MONDO yang nikah dengan Inna Mando Wedahari, menjabat Bonto Ogena pada masa Sultan Muhammad Idrus (1824-1851) Sultan buton ke 29, sedikit catatan tentang sultan pada masa Bonto Ogena Maa Mondo, yaitu Sultan Idrus disamping kedudukannya sebagai sultan, beliau juga sebagai seorang ulama. Pada masa kecilnya beliau belajar agama dari kakeknya sultan La Jampi — Sultan Buton ke 24– Ketika dewasa, beliau berguru agama islam Syeikh Muhammad bin Syais Sumbul Al Makki ketika berada di kesultanan buton. Sebagai seorang ulama beliau sangat produktif mengajarkan islam dan menulis beberapa kitab, untuk dijadikan pedoman hidup bagi rakyat yang dipimpinnya, ada sekitar 23 kitab diketahui, ditulis dan diajarkannya pada muridnya di pesantren (bc. Zawiyah) yang didirikannya. Padanya saya ucapkan semoga Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin selalu dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, silsilah dan turunannya
  2. Inna La yi ndi, (Wa Saponto) putri dari Maa Mondo seorang Ibu yang mengajarkan kasih sayang, saling hormat menghormati, saling berkorban, saling menjaga dan saling memelihara antar sesama adalah istri dari La yi ndi (Bontona Barangka Topa)
    • LA Yi NDI  atau LA TAHA (Bontona Barangka Topa) adalah Putra dari  LA BUROTO/Maa Sahari (Bontona Siompu) bin La Hirimani (Bontona ogena yi waaruma) bin La Thahiri (Bontona Padha Jambe) —bersaudara La Konce, La Palu dan La Ace —– bin LA TONDIKA ( Haji yi Padha/Sulaeman).
    • LA TONDIKA pada tahun 1620 mengunjungi Mekkah dan Madina untuk menunaikan Ibadah Haji dan belajar Agama, sebelum pulang mendapatkan syarah dari Al Arif Billah Al Allamah Al Muhaqqiq Saiyidi Manla Ibrahim Al Kurani Al Kurdi Al Madani yaitu Tahiyyatul Mas’alah syarah Tuhfatul Mursalah, berziara ke makam Nabi. Pulang dari haji singgah di kesultanan Aceh, bergabung dalam majelis Ilmu Syaikh Syamsudin ibnu Abdullah As Sumtrani mufti di kesultanan Aceh. Mansyur dengan Nama H. Sulaiman dan Kemudian kembali ke Negerinya Kesultanan Buton untuk melakukan siar islam, mansyur dengan nama Haji Padha Al Butuni. Karena beristrikan wanita Aceh, beberapa tahun kemudian turut bergabung juga dengan majelis ilmu Syaikh Nurudin Ar Raniri Kesultanan Aceh. La Tondika (H. Sulaiman). 

Dalam struktur pemerintahan kesultanan Buton La Tondika merupakan salah satu dari 4 pejabat ahli spiritual  kesultanan diantaranya Syarif Muhammad (Saidi Raba) pada masa sultan ke empat Sultan Dayanu Ikhsanuddin adalah  menyusun syarah Undang-Undang Dasar (UUD) Martabat Tujuh Kesultanan Buton yang mentranformasikan kitab ‘At Tuhfat Al Mursalah ila Ruh an Nabiy’ — sebuah Kitab yang di hadiahkan dengan Kebesaran ke atas Ruh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam— Karya Muhammad ibnu Fadhlullah Al Burhanfuri Al Hindi (Gujarat), berdasarkan syarah dari Saiyidi Manla Ibrahim Al Kurani Al Kurdi Al Madani bahwa Tahiyyatul Mas’alah syarah Tuhfatul Mursalah, untuk syarahkan menjadi Syarah Kesultanan Buton.

    • Haji yi Pada (La Tondika) bin Bontona Rakia Bungku bin La Laja (Kosokana) bin La Saomopula bin La Karahamba bin Rajamanguntu bin Bataraguru bin Bulawambona + La Bhaluwu —> Wa Kaa-Kaa+Sibatara
  1. LA EFU beristrikan putri dari LA YNDY yaitu WA IJA
  2. La ASA, adalah seorang yang alim bersaudara dengan La Abu (Maa  Zahara)
  3. H. ABDUL RAHIM (Bonto Lanto atau biasa dipanggil Yarona Lanto atau La Mane’e) Putra dari La Asa, dikenal sebagai salah satu dari wali empat (Bisa Patamiana atau ahli kebatinan/islam kesultanan yang terakhir) yang wafat tahun 1980  (tanggal 26-3-1980), Beliau menduduki jabatan di Syara Ogena (Syara Kesultanan). Menjadi Bontona Galampa Periode Tahun 1931- 1935  dan Bontona Lanto periode Tahun 1935 – 1948. Tahun 1949 Beliau menunaikan Ibadah Haji bersama 2 Putranya. Yakni: La Asira (H. Muhammad Ali) dan La Huzuni (H. Abdul Kadir” plus kemanakan sepupu dua kalinya H. Abdul Razak. Semoga Allah Swt menempatkan mereka sebagai hamba-hamba yang  sholeh.

Sebagai seorang Bhisa Patamiana (tahun 1948-1960), ahli dalam pertahanan spritual kesultanan Buton, Beliau mendapatkan ilmu pengetahuan dengan cara menguraikan eksitensi Tuhan menurut pendekatan nurani (batin, bukan logika). “ Batin yang telah dekat dengan Tuhan menghasilkan suatu presepsi mengenai sifat-sifat Tuhan (makrifat), pada Tingkat makrifat inilah manusia menjadi refleksi kuasa Tuhan”. Pada zamannya ini juga berakhir kesultanan Buton, dengan sultan terakhir Muhammad Falihi (1937-1960) dan kemudian kesultanan Buton sebagai negara merdeka dan berdaulat menyatakan  diri sebagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kini yang tersisa dan masih terus dipertahankan adalah Lembaga Agama Kesultanan Buton. Agama dijadikan Lembaga Negara (bc. Syara Khidina) tidak boleh hilang ditiadakan atau dihilangkan, atau berada dibawa negara, seperti di NKRI, hanya dijadikan kementerian dibawa lembaga presiden atau lembaga pemerintahan. Di kesultanan Buton lembaga Agama harus –mutlak– mempunyai kedudukan sangat tinggi, lembaga negara lainnya bisa saja ditiadakan atau berganti  asal jangan lembaga Agama, sebagai fondasi utama negara.

Syara Agama Negri Kesultanan Buton, akan terus bertahan sampai akhir zaman menunggui kembalinya periode khilafah ‘Ala minhaj nubuwwah. “…. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).

Falsafah terakhir dari negeri Butuni benar-benar telah diterapkan :  “Pemerintah, diri dan harta dapat dikorbankan demi keselamatan Agama”. Agama menempati posisi tertinggi setelah pemerintah, negeri, diri dan harta. Itulah Buton, Negeri Butuni, tak salah bila dikatakan bahwa peradaban tertinggi orang-orang buton adalah Undang-Undang Dasar Martabat Tujuh Kesultanan Buton, masih tetap berada dalam batin orang-orang buton sampai saat ini.

Syara Khidina, dalam diam terus bertahan dan mengkontrol secara bathin alam ruh kehidupan berbangsa dan bernegara, di negeri Khalifatul Khamis Qaim ad-Din Kesultanan Buton dengan sifat dua puluh dan empat sifat Nabi serta bertawakal dengan amalan zikir dan bermahrifat martabat tujuh keatas kebesaran Ruhaniya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.

Selanjutnya H. Abdul Rahim (Yarona Lanto) mempunyai 4 Putra, salah satunya adalah

  1. H. Muhammad Ali (wafat 04-10-1992) yang tertua dari empat bersaudara (La Zaai, Ambai, dan H. Abdul Kadir), kakek dari penulis,
  2. Ayahanda Rahim Ali (seorang saudagar) ——-ayahanda dari penulis, putra kempat dari H. Muhammad Ali—— Nikah dengan Ibunda Rosina warga turunan dari pasukan Raja Bone Arung Pallaka. Karena Raja Bone Arung Pallaka yang berselisih dengan Raja Makassar Sultan Hasanuddin, ——- padahal masa kecil kedua raja ini adalah teman sepermainan di instana kerajaan Gowa Makassar——- Arung Pallaka bersama pasukannya bermukim di Kerajaan Buton kurang lebih 3 tahun lamanya. Turunan Pasukan Arung Pallaka sekarang bermukin di Pulau Makassar di depan Kota Bau-Bau sekarang (sekitar 15 menit ditempu dengan motor laut).

Dinamakan Pulau Makassar karena  pulau ini tempat tawanan perang dari prajurit dan beberapa pimpinan dari Pasukan Sultan Hasanuddin dengan dukungan Pasukan Ternate, mencoba memperluas wilayahnya dengan menyerang Kesultanan Buton. Pertempuran yang dasyat yang menelan banyak korban dari kedua belah pihak, bentengnya kokoh dan sulit ditembus pasukan Sultan Hasanuddin, perang itu akhirnya, berkesudahan dengan gagalnya kerajaan Goa Makassar menduduki Kesultanan Buton. Mereka hanya berhasil menduduki Selayar yang masih wilayah Kesultanan Buton. Sementara pasukan Ternate hanya berhasil menduduki wilayah Muna. Seluruh pasukan Sultan Hasanudin asal Makassar yang tidak sempat lolos, menjadi tawanan perang dan ditempatkan di pulau ini dibawah pengawasan Arung Palakka dan pasukannya, kemudian tercatat dalam sejarah pulau ini dengan nama Pulau Makassar. Arung Pallaka selama kurang lebih tiga tahun berada di Pusat Kesultanan Buton, oleh pembesar kesultanan Buton mencoba mengisinya dengan belajar tentang strategi perang, ketatanegaraan dan ajaran-ajaran sufistik keislaman. Dengan pengetahuan dan pemahaman ini, Arung Palaka, kemudian mencoba melobi VOC untuk menyerang balik Sultan Hasanuddin, Ia berhasil dan kembali memperbesar kerajaannnya. Kesultanan Buton juga berhasil merebut wilayah Muna dari Pasukan Ternate, kecuali selayar lebih memilih Arung Pallaka dan menyerahkannya ke kerajaan Goa.

  • Arsad Rahim Ali (Penulis) adalah salah satu sembilan bersaudara, putra-putri dari Ayahanda Rahim Ali. Nikah dengan Andi Wiwi Riani pada tanggal 3 Maret 2002, putri dari Pasangan H. Andi Burhanuddin dan Hj. Hasnia Dalle (almarhuma, wafat pada tanggal 3 Maret  2007)
  • H. Andi Burhanuddin adalah putra dari Opu Andi Baso, neneknya  saudara dengan  Opu Andi Jemma (tercatat sebagai Pahlawan Nasional NKRI) Raja Terakhir dari Kerajaan Luwu Palopo, Sulawesi Selatan, Turunan dari Raja-raja dari negeri Sawerigading. Di duga ada hubungan  perkawinan putra-putri dari kerajaan buton dan kerajaan Luwu dari zaman dulu sampai sekarang.
  • Hj. Hasnia Dalle putri dari Pasangan H. Ambo Dalle dan Hj. Makkarena Bt. H. Bocing, cucu dari Raja Appanang Kerajaan Soppeng di Sulawesi Selatan

Dan inilah putra-putriku, turunanku (Arsad Rahim Ali)  bersama istri tercinta (Andi Wiwi Riani) :

  1. Anak Pertama : Aflah Syafi Rahmatullah lahir, 17 Juni 2003, ketika lahir adik iparku bertanya “Siapa yang lahir !?” aku termenunung sejenak dan kemudian kujawab “yang lahir adalah Aflah Syafi Rahmatullah
  2. Anak Kedua :  Muhammad Qalby Al Arsad lahir, 28 Agustus 2006) ketika istriku mengandung aku selalu berdoa “Yaaa. muqallibalquluub sabitqalbi aladiinika ya Rahmanirrahim” Ya Allah yang membolak-balikan hati manusia, tetapkannlah hatiku pada agamamu (islam) wahai yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.) Hingga kuberi nama padanya Muhammad Qalby Al Arsad
  3. Anak Ketiga : Atifah Putri Dalle (lahir, 10 Desember 2007) nama yang kuberikan sebagai penghormatan tertinggi kepada Almarhuma ibunda dari istriku yang meninggal tepat pada  tanggal dan bulan hari ulang tahun perkawinanku 3 Maret, dengan mengambil nama almarhum ayahnya H. Ambo Dalle di belakang nama  putriku Atifah Putri Dalle.
  4. Anak Kempat : Husnul Khatimah (lahir, 22 September 2009. Suatu harapan semoga semua yang terjadi dari mulai leluhur nenek moyangku (baik dariku maupun istriku) sampai kepada Turunan terakhirku akan selalu berakhir dengan kebahagian yang di Ridhoi oleh Allah Swt.

Demikian Silsilah Keluarga dari Penulis @arali2008. Arsad Rahim Ali. Dengan Latar Belakang Cerita Sejarah Kesultanan Buton dan Negara Republik Indonesia.

Hormat kami

BLOGGER @arali2008

Salam untuk semua, terima kasih.

Identitas penulis baca di : Autobiografi Penulis Penulis Lahir di Buton Sulawesi Tenggara, 19 Januari 1971, oleh orang tua diberi nama Arsad Rahim Ali. Keluarga Penulis AFI,ABI, IFA  dan NUNU serta Istriku Tercinta adalah keluargaku, sengaja ditunjukkan disini karena inilah keluargaku, apa yang penulis tulis dalam blog ini merupakan bagian dari keluarga.

Sumber :

  1. Kitab Yarona Lanto. Ditulis oleh H. Abdul Rahim, bapak  dari H. Muhammad Ali, kakek dari Penulis (Arsad Rahim Ali) dialih bahasakan oleh Abdul Hakim,  9 September 1999, 30 Jumadil Awal 1420 Hijriah. Dan ditulis kembali oleh Arsad Rahim Ali tanggal 26 Juni 2009.
  2. Achadiati Ikram dkk, Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari, diterbitkan Oleh Yayasan Obor Indonesia 2001
  3. Tentang Kesultanan Buton Anda Bisa baca di wikipedia Indonesia

70 Responses to Silsilah Keluarga

  1. evon says:

    Assalam malaikum… bagus sekali tulisannya pak 👍👍
    kalau boleh tau siapa nama bonto gena katapi dan bonto gena gampi karo??
    Sy dgr cerita dari orang tua kami punya keturunan dari haji yi pada.🙏

  2. Ahmad Supardin says:

    Saya juga punya cerita tentang Haji Pada yang di kisahkan atau di turunkan oleh keluarga saya dari kakek buyut, bahwa Haji Pada itu Beranakan Haji Pada Jambe dan Haji Pada Jambe beranakan La Taheri, La Ace, La Konce, La Palu (keterangan; urutan persaudaraan masih menjadi tanda tanya saya)
    Dari La Taheri ia Beranakan La Daha (Hidup di pulau Makassar) La Daha beranakan Lakaumbai (Hidup di Kadatua) Lakaumbai beranakan La zylu, La Zylu beranakan La Husu, La Husu beranakan La Muzuli, dan La Muzuli Beranakan saya sendiri.

    Kisahnya Kakek saya memiliki Kasoda di masjid keraton Buton namun ia tanggalkan kasodanya (jabatannya) dan hidup di pulau Makassar kemudian berkeluarga dipulau tersebut dan beranakan La Daha, La Daha kemudian memiliki anak bernama la kaumbai yang menikah dengan orang kadatua dan menetap dikadatua sampai anak dan turunannya saat ini berkembang dikadatua.

    Kalau salah mohon diluruskan..
    Mungkin sy yang keliru mendengarkan cerita tentang silsilah dari leluhur saya 🙏🙏🙏

  3. Muhammad fiqi says:

    Masyallah tulisan yg aangat jelas, kita masih saudara berarti pak. Nasab kita bertemu di haji yi padha.

    @arali2008 menjawab
    Alhamdulillah

  4. yusman says:

    saya membaca ini ditahun 2022, sy dan keluarga di maluku, kami dan leluhur sudah disini kurang lebih 4 generasi, ayahya kakek saya bernama la masi, keturunannya adalah kakek saya la tarima – ayah saya bernama saiful bachri, dan saya bernama yusman masi.
    hanya sampai disitu saya mengetahui asal usul saya bahwa kami dari berasal dari buton. sy bangga dengan tulisan ini, tepatnya ketika sy membaca ini sy berusia 29 mendekati 30 sudah tidak mengerti lagi bahasa buton, kecuali beberapa kata. dan saya bangga dengan sejarah leluhur kami di buton. semoga kelak insha Allah sy bisa pergi ke buton melacak kembali nasab keluarga yang terputus. agar anak cucu kami tidak buta akan sejarah para leluhurnya yg gemilang dan tangguh.

  5. Maaf saya tinggal di Jambi…ayah kecewa atas ketidak benarkan yg ada dlm kerjaan Buton…di meninggal Buton umur 18th ..merantua akhir nya netap di Jambi..sampai ajalnya .berumur 140th..sampai umur segitu ia TDK mau lihat Buton….peninggalannya selebar kayu tahta kerajaan Buton..setempel Buton kayu Garu yg wangi..itu di bakar supaya jgn bertanya ….kita sebangai anak ..akhir peninggal nya ..x ada cucu Sultan Buton la loji.bin laode polio..dari Hasan bin shaidina alin bin Abdul mutalib.istrinya Siti Zahara patimah.bin Muhammad Rasulullah…cuman itu ygdi ksh tau…

  6. Deni says:

    Ma syaa Allah
    Ada beberapa sejarah yang baru saya ketahui
    Syukron ilmu nya

  7. La Ode Rahmad Gunanto says:

    1. Dalam legenda lisan buton, wa kaa ka adalah putri raja cina dgn seorang istrei selirnya yg merupakan putri raja melayu. Dalam legenda melayu, satu2nya puteri melayu yg dipersunting raja cina adalah puteri seri dewi binti sang sapurba, raja bukit siguntang atau sriwijaya pedalaman. Dlm legenda melayu disebutkan bahwa lamaran raja cina tersebut dilakukan melalui utusan.
    2. Dlm kronik cina, hubungan antara kerajaan bukit siguntang terjadi pada abad ke13 yaitu dimasa kubhilai khan sbg pendiri dinasti yuan dicina. Utusan tsb dgn jelas disebut bernama syamsuddin dan sulaeman; cina muslim keturunan bangsa semu (uighur). Penaklukan cina pd saat itu dilakukan dgn cara mengirim utusan kpd raja2 disekitarnya utk tunduk dan membayar upeti kpd bangsa mongol. Biasanya diikuti dgn dihadiahkannya putri raja atau bangsawan dari calon raja bawahan kpd kubhilai khan sbg tanda bukti takluk. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa puteri seri dewi adalah putri boyongan yg dihadiahkan ayahnya sendiri kpd kubhilai khan ut dinikahi. (Kesimpulan ini berbeda dgn klaim sejarawan melayu yg mengidentikan raja cina tsb adakah khulug khan)
    3. Dari timeline sejarah bisa disimpulkan bahwa peristiwa tsb terjadi disekitar tahun ekspedisi pamalayu kerajaan singosari th 1275-1293. Atau terjadi disekitar puncak Perebutan dominasi politik dan kekuasaan antara cina dan singasari di perairan selat melaka yg berujung pada peperangan antara cina dan jawa thn 1292-1293.
    4. Pengidentikan wa kaa ka sbg musarafatul izzati yg konon berasal dari dinasti syi’ah fatimiyah dimesir tdk dapat diterima karena masa tahun berakhirnya kekuasaan dinasti ini terlalu jauh dgn peristiwa perang tersebut yg sipercayai penutur sejarah buton terjadi menjelang berdirinya kerajaan buton.
    5. Pengidentikan musarafatul izzati sbg wa kaa ka menyalahi kodrat wa kaa ka sbg seorang perempuan. Dimana setelah menikah dg sibetara, wa kaa ka msh dikaruniai 7 orang anak kandung. Ini berarti, jika wa kaa ka berasal dari dinasti fatimiyah maka sama saja mengatakan bahwa wa kaa ka masih berada diusia subur diusia sekitar 100 tahun.
    6. Dgn merujuk pd peristiwa perang cina dan jawa sbg peristiwa yg terjadi menjelang berdirinya kerajaan buton, maka patokan tahun kejadian tsb mengindikasikan bahwa kerajaan buton telah berdiri tdk lama setelah kerajaan majapahit berdiri (majapahit berdiri no ember 1293). Maka sejarawan buton yg mengklaim kerajaan buton berdiri tahun 1311 atau 1322 harus ditinjau kembali.
    7. Penulisan tahun berdiri diatas disinyalir hy berpegang pada klaim sejarawan melayu dalam buku sulalatus salatin yg mengklain putri melayu dinikahi oleh khulug khan (masa kekuasaan berakhir th 1311); sekaligus mengatakan anak dari pernikahan tsb adalah khusala khan (kekuasaan berakhir th 1322). Dan wa kaa ka juga diklaim sbg anak dari khulug khan atau bersaudara dgn khusala khan. Fakta dari penelusuran saya, wa kaa ka adalah anak tunggal dari puteri seri dewi yg dinikahi oleh kubhilai khan yg saat itu sdh berusia tua. Barangkali usia tua ini yg membuat sejarawan melayu (sumatera, malaysia dan songapur) merasa malu. Pdhal adalah merupakan sebuah kehormatan besar pada zaman itu jika seorang perempuan bisa dinikahi oleh seorang raja besar seperti kubhilai khan.
    8. Silahkan jika komentar ini ingin disanggah dgn bukti ilmiah dan argumen yg kuat
    Salam : La Ode Rahmad Gunanto bin La Ode Abdul Malik. Alamat Pasarwajo Kambulabulana Buton

  8. LA ODE RAHMAD GUNANTO says:

    Seoseorang yg menulis sejarah hendaknya berhati hati dan memperhatikan kesesuaian waktu. Sebab sejarah suatu negri pastilah akan beriringan dgn sejarah negri lain.
    (1) dalam tulisan ini disebut bahwa wa kaaka berasal dari dinasti fatimiyah di persia. Sejarah dunia mencatat, dinasti fatimiyah terletak di afrika utara dari tunisia sampai mesir (syiah) yg ingin memisahkan diri dari dinasti abasiyah di bagdad (sunni). Wilayah dinasti abasiyah termasuk persia yg merupakan daerah akar lahirnya syiah.
    Dinasti fatimiyah tdk pernah berhasil meruntuhkan kekuasaan dinasti abasiyah di bagdad sampai dihancurkan oleh salahuddin al ayubi sementara dinasti abasiyah baru dihancurkan oleh hulagu khan krn penghianatan perdana mentrinya yg merupakan orang yg beragama syiah.
    (2) ditulis pula bahwa sibatara berasal dari mataram, pdhal tercatat bahwa kerajaan buton berdiri pd tahun 1332. Itu artinya bahwa kerajaan buton berdiri pada saat ratu tribuana tunggadewi, raja ketiga kerajaan majapahit berkuasa.
    Jadi penyebutan asal sibatara yg berasal dari mataram adalah tanda tanya besar. Krn kerajaan mataram di jawa ada dua, yaitu mataram kuno yg berdiri jauh sebelum kerajaan singasari, dan mataram islam yg berdiri jauh setelah kerajaan majapahit runtuh.
    SARAN SAYA, sebelum mempublikasikan sejarah perlu ditelaah kembali kesesuaian waktu dgn kerajaan lain di nusantara dan dunia, sebab kerajaan/kesultanan buton tdk mungkin tiba tiba ada begitu saja. Termasuk menelusuri kembali jejak silsilah para pendirinya.
    SEBAB menerima begitu saja cerita sejarah hanya berdasarkan penuturan lisan dan cerita masyarakat sangat menyalahi kaidah ilmiah.
    Mari kita menulis kembali sejarah nenek moyang kita secara benar agar dapat diterima oleh ahli sejarah nusantara

    Arali2008. Menjawab
    Terima kasih atas komentarnya, berikut beberapa konfirmasi dari komentarnya dan tulisan silsilah diatas sbb
    Pertama, Tulisan diatas adalah adalah tulisan tentang Silsilah Penulis (Keluarga) bukan tulisan khusus tentang sejarah. Catatan sejarah yang menyertainya hanya merupakan pengantar tulisan tentang Silsilah Keluarga
    Point satu sebagaimana komentarnya dan juga merupakan sarannya, perlu saya konfirmasi bahwa yang dimaksud dinasti Fatimiyah negeri persia (timur tengah) ini menunjukkan erah sejarah yaitu sebelum erah dinasti Fatimiyah berdiri ada era dinasti persia sebagai negeri persia. Jadi ditulis Dinasti Fatimiyah Negeri Persia artinya ada wilayah dinasti Fatimiyah yang masih disebut Negeri Persia.

    Kedua, demikian point dua itu juga hanya sebagai pengantar latar belakang, memang sii kurang tepat kalo dilihat sudut pandang catatan sejarah. Tetapi hanya sebagai pengantar latar belakang yang starnya mulai dari akhir-akhir runtuhnya kerajaan mataram kuno, yang kemudian berlanjut ke kerajaan majapahit.

    Intinya tulisan tentang sejarah pada Slsilah Penulis diatas hanya merupakan pengantar latar belakang silsilah yang lebih menekan pada alur Silsilah Bukan merupakan uraian sejarah secara utuh. Kalo ada yang menjadikan tulisan sebagai catatan sejarah apa lagi tulisan ilmiah kuranglah tepat karena cakupan sejarah itu lebih luas dari sekedar silsilah. yang tentu kalo mengikuti irama tulisan silsilah bisa dipastikan tidak akan sesuai persis.. misalnya saja saya lahir dibuton di tahun 1971. Maka catatan tentang sejarah buton terlalu bias kalau hanya kalau disandingkan dengan kelahiran saya. Lainnya artinya tulisan tentang autobiografi, maka sejarah yang menyertainya harus benar-adanya.
    Atau lebih jelasnya lagi tulisan catatan sejarah dalam alur Silsilah diatas bersifat romantisme sejarah. Yang namanya tulisan sejarah yang bersifat roman di kategori sebagai tulisan fiksi artinya hanya sebagai latar.

    Namun demikian terima kasih sarannya, untuk sebagai masukan.

  9. philips lbw says:

    kalau kita memahami sejarah buto dari internet, banyak fersi/berbeda2 tidak ada refrensi yg kuat selain sejarah buto yang ada di baadia.

  10. philips lbw says:

    sebagai koreksi bahwa wa kaa kaa itu bukan dari cina tapi Beliau berasal dari Negeri Yastrib.atau Negeri Madinah. Nama Aslinya “MUSYARAFATUL IZZATI AL FAKHRI” Bin Abdullah Badiy uz Zamani bin Abubakar bin Muhammad dan seterusnya.
    di ambil dari salinan buku tembaga ASSAJARU HULIQA DAARUL BATNIY WA DAARUL MUNAJAT,yang di alih bahakan oleh UZTAZ AKBAR MAULANA SAYID ABDIL RAHMAN HADAD Pada Tahun 1863. di salin dan susun oleh:
    1. LA ODE MUHAMMAD AHMADI
    Mantan Qadhi Masjid Agung Keraton.
    2. LA ODE MUHAMMAD AMIR
    Mantan Qadhi Masjid Agung Keraton.
    3. LA ODE MUHAMMAD TANZIYLU FAISAL AMIR
    Mantan Imamm LIPU MALANGA/WANTIRO.

  11. LA ODE KAIMUDDIN says:

    jangan menyerah saudaraku teruskan siarkan yang dianggap benar sesuai dengan referensi dan bukti yang ada biar katong orang buton yang ada di perantauan dapat membaca dan mengenal bagaimana kesaktian kemampuan katong pung nenek moyang dulu. ternyata katong orang buton sesuai dgn yang beta baca lorong semua di buton sana adalah pendatang pantasan ganteng2 dan cantik2

  12. Wah mantap om, sekarang saya tau silsilah keluarga om
    Terima kasih

  13. Taufik hadi says:

    Apakah ada yang bisa ceritakan silsilah syekh abdul mojina kalau kebawah dan ke atas krna ayah dan paman kami menyebut nama beliau.. hasil penelusuran saya ada 2 nama yang terputus 🙏🙏🙏

  14. Taufik hadi says:

    Apakah ada yang bisa ceritakan silsilah syekh abdul mojina kalau kebawah dan ke atas krna ayah dan paman kami menyebut nama beliau.. hasil penelusuran saya ada 2 nama yang terputus 🙏🙏🙏

    Arali2008 menjawab
    Silakan gabung di group https://m.facebook.com/groups/1523134067739718?multi_permalinks=3207741165945658&notif_t=group_activity&notif_id=1599175688506607&ref=m_notif

  15. La Atjeh Amin says:

    Kalau boleh tau siapa kakaknya yang tinggal di Baubau Pak kebetulan saya sering ke Baubau akan saya temui beliau. Terima kasih Pak .

    @arali2008 menjawab
    Silakan gabung di group buton senasib
    https://m.facebook.com/groups/1523134067739718?multi_permalinks=3207741165945658&notif_t=group_activity&notif_id=1599175688506607&ref=m_notif

  16. Mohon informasiny mngenai datuk abdul kader bin abdul wahid/wahid zaelani.(salam dri manado)
    @arali2008 menjawab
    Maaf saya belum menenukan datanya

  17. dudi says:

    ana mo tanya perihal apa arti kata SANGIA KAMBAU/ SANGIA KOPEA ? . KAMI HANYA MENGETAHUI GELARNYA SJA TAPI TDK MENGETHUI NAMA ASLINYA. aku mencatat silsilah kelurga leluhurkuu kutemukan nama nama itu yang saya sendiri tidak faham. apa ada data yang otentik yang bisa dijdikan referensi. semisal keturunan SANGIA KOPEA. atau SANGIA KAMBAU. kekek buyutku BERNAMA ARO WAKUMPULU/MONGKITO ASAL BUTON MENJADI BONTO DIMUNA (PENGGANTI RAJA) SELAMA 10 TAHUN. buku MARTABAT 7 berisi tarekat-maarifat buton.sayangnya buku itu hilang. bila penulis mengetahui silsilah keluarga yang tersebut diatas mohon dibagi pengetahuanya.

  18. La Stjeh Amin says:

    Maaf terlambat saya baca tulisan anda dan terima kasih telah menulis tentang silsilah keturunan Maa Mondo. Konon kabarnya saya juga turunan Maa Mondo tapi belum 100 % saya percaya sebelum saya liat langsung sumber aslinya karena hanya saya dengar dari cerita dari mulut kemulut. Apakah Bpk berkenan intuk membantu saya untuk mendapatkan silsilah keturunan Maa Mondo yang asli dari garis atas kebawah maupun dari samping kanan dan kiri.
    Nama saya La Atjeh Amin cucu dari La Asa (Maa Manuru) bonto Ogena Bharata Kaedhupa kira2 tahun 1911 – 1919 M. Terima kadih atas bantuannya.

    Arali2008 menjawab
    Iya itu ada, disimpan oleh paman saya dibau-bau, sementara sekarang posisi di sulawesi barat.

  19. La Husni Hasiun says:

    trimakasih telah menulis tentang bonto oegena Maa Mondo .beliau adalah kakek turunan kami.dan kami adalah turunan beliau yg bermukim di Melai di area benteng kesultanan Buton depan mesjid kesultanan

  20. Amirul Haq says:

    saya mau bertanya ayah La baaluwu itu adalah sangia rana kah? jika benar istri sangia rana itu berasal dari?
    @arali2008 menjawab
    bukan

  21. azmanazam says:

    makinsimpang siur sejarah mia pata miana….dari semua budayawan buton brbeda beda….gimana mau percaya
    apakah mgkin sosok mia pata miana ni cuman fiksi belaka

  22. laode abidin says:

    Ini….sejarah baru betul….Wakaka itu dari keturunan Arab……bukan dari cina👍

  23. Dimas Kusumah says:

    Makasih buat infonya, tapi saya lagi cari keluarga kakek saya, nama kakek saya Lawali dan bapak dari kakek saya adalah lamarua. Barangkali anda bisa bantu saya. Terimakasih sebelumnya

  24. OdeLia says:

    Alhamdulillah.. Terimakasih pak Arali atas pemaparan sejarah singkat tentang kesultanan Buton & silsilah keluarga pak Arali yg berasal dari Bonto Ogena Lakina Siompu, dst nya sampai ke Bonto Lanto H. Abdul Rahim dari Siompu, apakah suatu kebetulan leluhur saya juga ada yg bernama H. Abdul Rahim yg makam nya ada di Molona Siompu, apakah yg dimaksud dalam tulisan ini beliau atau org yg berbeda? Mohon penjelasannya pak Arali, karena saya juga anak Buton kelahiran Siompu yg hidup di rantau (Semarang) yg saat ini sedang mencari silsilah/nashab keluarga saya yg di Buton. Terimakasih

    arali2008 menjawab
    dia orang yang berbeda. kalau mau cari nashabnya bisa ke bau-bau saja, trims

  25. Anwar janisar says:

    Assalamualaikum wr.wb, saya anwar janisar cucu dari alm. Lanisa, kalo saya boleh tau. Apakah kakek saya juga dari garis keturunan raja buton. Terima kasih, wassalammualaikum wr.wb

  26. cucubonto says:

    Achadiati Ikram dkk, Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari, diterbitkan Oleh Yayasan Obor Indonesia 2001

    Pak mulku ini anak atau cucunya bontoogena, rumahnya di baadia, dekat lawa pintu gerbang ke luar keraton,
    rumahnya ada pohon sawo besar,

  27. cucubonto says:

    Saya keturunan bonto family, sodara2 kakeku adalah bonto, kakeku ada dalam peta silsilah dr nenek wa ka ka dst, warisan kakek ada sebidang tanah di dekat mesjid keraton buton serta di baadia, setidaknya ada jejak bahwa kami adalah pewaris dan penjaga keraton buton, sebagai keluarga bonto kami tdk pakai gelar laode krn laode adalah gelar ut sultan dan keturunannya, sy pernah baca kalau laode hanya berhak digunakan sampe keturunan ke 40 jika melanggar akan kena kutuk, laode atau raja seperti presiden yg akan keluar kompleks istana ketika jabatan selesai, biasanya diberikan sebidang tanah di suatu daerah/kampung sbg penghargaan sekaligus beserta pelayan2 budak2nya, namun sering terjadi keturunan budak2 pelayan ini setelah majikan mereka meninggal dunia, mrk yg sdh mandiri beranak pinak, tiba2 mencantumkan gelar laode waode ut anak cucunya,,, fenomena ini sempat jd modus sbg cara menaikan derajat, apalagi ketika kesultanan buton telah berakhir,,
    tidak ada lagi yg berwenang menegakkan aturan tata negara kesultanan buton.

    Sy setuju dgn tulisan bapak @arali2008 meskipun ada bagian2 yg berbeda dgn yg sy ketahui, wajar saja, sejarah adalah catatan masa lampau, bisa beda narasumber, beda cerita, namun tulisan bapak cukup lengkap dan detail, juga kpd bapak yg menyalin martabat tumuh di atas,

    Hal yg sy keceea dgn keadaan saat ini adalah keturunan keraton buton tdk lagi memiliki apa yg dibanggakan terutama soal integritas, banyak kepalsuan, dr gelar palsu sampai perebutan harta warisan.
    Membedakan keturunan keraton asli sbg ode atau non ode adalah kharismanya, tata kramanya, yg tdk bsa dibeli dan dipalsukan,,

    Sebagai keturunan keraton buton, saya bertanya apakah saudara2 , bapak2 disini merasa ada keistimewaan hubungan dgn leluhur?
    Beda dgn keturunan sultan yg kakeknya hanya kebetulan jd raja lalu turun jabatan, dan tinggal dluar benteng keraton,

    Dalam keluargaku, hub antara leluhur dan keturunannya masih ada lewat komunikasi bathin, bapaku saban hari bercakap2 dgn mereka yg tdk berbentuk, sering tengah malam, magrib atau pagi, mnurut bapak /mama mereka adalah kakek, nenek dan pamannya, apalagi menjelang kematiannya, mereka/leluhur datang menjemput alm bapakku, shg kami smua tau kapan beliau akan meninggal, saat beliau dimandikan, setiap kali air disiramkan bersamaan pula dgn hujan yg mengguyur atap rumah dan hanya sebatas halaman rumahku, aneh tapi nyata. Pamanku semasa hidup, kakaku yg lain juga menjalani hidup bathin, dua alam,,,hal begini bagi keturunan keluarga keraton buton adalah hal lumrah, bukan sesuatu yg aneh, sayangnya tidak smua keluarga keturunan keraton buton msh memegang tradisi kebathinan buton, shg hubungan dgn leluhur terputus, berkah, karomah dr leluhur tidak hadir lagi dalam keluarga, apalagi bagi muda mudi saat ini.

    Leluhur kita menjadi aulia masih hidup di dimensi lain, sy tdk bisa sebut di sini, mereka lah yg menjaga dan melindungi keturunannya, ketika sakit mrk hadir, kasih solusi, berdoa kpd Allah juga wajib, berkah dr leluhur menjaga kita sesuai janji Allah menjaga aulia dan keturunannya, seperti abraham yg memberkati keturunannya.

  28. Assalaamu’alaikum, ma’af adakah hubungan bapak ke bapak hasan bin arsyad bin jamal di bima, karena saya cucunya

  29. kaledosapi says:

    mohon maaf penulis apa saya boleh bertanya apa ada anak raja buton yang pada saat itu di culik oleh suku bajo yang bernamah hamida
    saya mohon penjelasan atau mungkin itu hanya cerita sejarah saja dari pada nenek2 saya kalau memang penulis mengetahui tolong bantuannya terima kasih

  30. mrgonjol says:

    Aslmkm,
    Apakah bisa sy dapat copy dr kitab tembaga tersebut?

  31. La Ode Asli says:

    Setau saya kerajaan muna tdk perna mengakui sebagai batara kesultanan buton.. dan kerajaan muna tdk pernah dikuasai dgn kerajaan ternate maupun kesultanan buton.

    arali2008 menjawab
    ya sudah pastilah kalau menurut Anda, catatan sejarah tidak demikian, baiknya belajarlah sejarah dengan baik dan benar, karena apa yang terjadi masa lalu tidak akan bisa diruba lagi

  32. Muri Ali says:

    Tidak benar JENGHIS KHAN TIDAK PUNYA KETURUNAN dan TIDAK PUNYA ISTRI, perhatikan : Jenghis khan (Temujin) bin Yesugei lahir th.1162 -1167, menjadi raja th.1206. Istri : 1. Borto Ujin. 2. Khulan. 3.Yisugen. 4. Yisui, dll. Anak : Jochi, Chagatai, Ogedei. Cucu terkenal yg menjadi Raja adalah Kubilai khan bin Tului bin Jenghis Khan, lahir ; 23 sep.1215 s/d 18 feb 1294, menjadi raja th.1260. Menyerang Jawa tahun 1292 s/d1293. Ratu Wa ka ka tiba dibuton th.1298, Perlu diketahui bahwa gelar raja bagi bangsa mongol adalah dua kata : Kha Khan, maka besar kemungkinannya dengan nama wa Ka ka. Demikian juga melihat tahun penyerangan mongol ke jawa th.1293 dibandingkan dengan tahun kedatangan wa ka ka di buton th,1298 sekitar 5 tahun setelah dijawa. Hal lain Dinasti Fatimiayah bukan di persia tapi di Mesir dan syam th.5 jan 910 M s/d 1171 M. Koreksi selanjutnya adalah silsilah pada kitab tambaga banyak yang keliru baik nama maupun tahun terkhusus tentang silsilah keturunan Nabi s.a.w dan Ali bin Abu thalib, kitab tambaga tidak bisa dijadikan rujukan utama dalam penulisan sejarah dan lainnya, perlu pembanding sejarah lain. Contoh kekeliruan itu adalah Bunda Fatimah azzahrah disebut sebagai Siti Aisyah ra., padahal yg benar adalah Bunda Saidah Khadijah Al Khubro ra. Mengenai Musyaraftul Izati Al Fakhriy boleh jadi pribadi yg berbeda dengan wa ka ka, dan jika dianggap satu pribadi hal ini masih sulit diterima karena lemahnya argumentasi, misalnya kemustahilan keturunan nabi (Habib, Syarifah, Sayid) untuk bisa menerima seorang yang beragama paganisme sebagai suami atau istri, sementara Sri batara suami wa ka ka adalah seorang Hindu. Walaupun dalam pasukan Jenghis Khan yg menyerang jawa terkenal dengan panglima Hajinya (Sih PI, Ikemase dan Koh sing= mrk Muslim), Namun jelas adanya bahwa Sri Batara adalah seorang Hindu sang putra Raden Wijaya (Hindu) berkuasa th.1293-1309. dan masih banyak yg perlu pengujian ilmiah. Mohon maaf kepada La Ode Husain, Arali dan Sapraham atas koreksi ini. Ini hanya pendapat juga. Trimakasih.

    arali2008 menjawab
    Cucu terkenal yg menjadi Raja adalah Kubilai khan bin Tului bin Jenghis Khan, lahir ; 23 sep.1215 s/d 18 feb 1294, menjadi raja th.1260. Sang cucu inilah yang tidak mempunyai keturunan.
    untuk informasi dari buku tabanga, memang masih kontrofersi, namun yang di postingan oleh teman-teman dalam komentar disini, terhambur tulisannya, karena pengaruh “copy langsung paste”, yang membuat tulisannya sebelumnya bagus menjadi terhambur penempatan beberapa kalimat dan kata-katanya.

    namun demikian masukannya sangat bagus trims

  33. Ali Koreksi says:

    Melihat terjemahan kitab tambaga yang diterjemahkan oleh Ali Husain, jika benar maka buku tambaga tidak bisa dijadikan sumber referensi sejarah ilmiah, krn banyak bercampur antara mitos. selain itu banyak kesalahan sejarahnya, contohnya adalah Ibunda fatimah azzahrah disebutkan sebagai Siti Aisyah, padahal yang benar adalah Saidah Khadijah Al Kubro, Aisyah tidak pernah melahirkan anak hingga wafatnya. Kemudian wa ka ka disebutkan bertapa selama 13 tahun, padahal jika dihitung lama bertapa antara th.1228 s/d 1331 adalah 103 tahun lamanya kemudian baru menikah. di usia diatas 100 tahun bagi wanita mustahil dapat melahirkan secara medis, dan jika ini benar maka wa ka ka adalah manusia pertama yg dikenali melahirkan anak di usia lebih 100 tahun. Dan masih banyak kerancuan ceritanya jika ditelusuri berdasarkan ilmu epistemologi sejarah, banyak yang tidak berkesesuaian secara ilmiah.
    Mohon maaf atas koreksi ini, setidaknya kita berhati2 dan cukup menjadi referensi atau acuan untuk penulisan ilmiah ttg buton dan muna. Saya menurut sejarah silsilah dari kakek buyutku adalah turunan yg ke 13 dari sultan Murhum, namun saya selalu ragu ttg asal muasal wa ka ka krn perlu pengujian DNA antara kaum turunan arab (sayid) gen mitokondria (dalam gen ibu) dan turunan wa ka ka, demikian juga bagi turunan raja jawa (raden wijaya).

    arali2008 menjawab
    untuk informasi dari buku tabanga, memang masih kontrofersi, namun yang di postingan oleh teman-teman dalam komentar disini, terhambur tulisannya, karena pengaruh “copy langsung paste”, yang membuat tulisannya sebelumnya bagus menjadi terhambur penempatan beberapa kalimat dan kata-katanya. Masukan yang sangat bagus

  34. adi faoka wibowo says:

    salam hangat sesama wolio…sy adi faoka wibowo,,,cukup antusias bc tulisan ini..sejalan dengan kisah sejarah keluarga sy sndiri terutama bonto ogena…

  35. la ode m ihsan says:

    dari tulisan diatas saya teringat dengan nama laode karambau…maaf sebeumnya,,,,saya ingin bercerita SEDIKIT…kejadiannya sekitar tahun 2008 menjelang idul fitri tepatnya diatas kapal lambelu…saya naik dari bitung sulawessi utara…dan setelah transit di namlea ada dua orang tua yang pertama bernama Lakandari, dia dari pulau buruh…. berasal dari desa wakengku kecamatan mawasangka timur kabupaten buton, dia mengaku turunan dari Laode Karambau….dan yang ke dua bernama la abdul rahman dari namlea,,,,,, dia mengaku cucunya yaro kino bula atau yaro bula (maaf kalau salah), dia pulang ke buton hanya untuk shalat idul fitri..hal2 yang prinsip maaf saya tidak tulis,,,tapi saya butuh informasi tentang mereka….ini nomor hp saya 085340980429….saya juga orang buton…orang tua saya bilang: turunan dari LA ODE NDOHA, tapi maaf saya tidak bisa bahasa boton…..saya ada di sulawesi utara teepatnya di daerah sanger…trimakasih sebelumnya

  36. Andi Akbar says:

    salam kenal abang, senang bisa baca tulisan anda, belajar sejarah itu penting aplg yg berhubungan dengan silsilah keluarga, saya sekarng berdomisili Kuningan Jabar, tahun 2011 sy menengok kluarga sy di bau-bau dan di wanci. Senang bertemu n berkumpul dengan kluarga disana, hnya syg saya g bisa berbahsa buton. Singkatnya saya tertarik dengan mencoba menelusuri silsilah kluarga info awal yg saya dapat bahwa kakek sy (La Ode Endo alm.) lahir di wanci th 1911 masih berasal dari badia yg letaknya didalam keraton buton dan saya masih punya famili di badia menurut mereka, saya sempat berkunjung ke keraton di badia. Mengapa beliau bisa dilahirkan di wanci karena leluhurnya dulu ditugaskan untuk mendamaikan wanci yang disaat itu terjadi pertumpahan darah. nah datnglah utusan dari keraton yang berhasil mendamaikan kedua pihak yg bertikai, sehingga diberi hadiah sebidang tanah yang menurut saya begitu luas dan letaknya juga berdekatan dengan pusat pemerintahan di wanci (dilokasi tersebut ada gua dibawah tanah yg dijadikan tempat mandi dan cuci masyarakat sekitar), sy lupa walau sempat di sebutin nama2 org yg ada kaitannya dengan silsilah kakek saya. Tp saya ada pertanyaan barangkali abang atau rekan ada yg tau, tentang sebenarnya siapa yg dikirim ke Wanci oleh kesultanan Buton untuk mendamaikan pertikaian disana dan kejadiannya kapan? Mudah2n adanya rubrik ini dapat menyambung silahturahmi umat muslim, suku buton yg dirantau atau bisa jadi bertemu dengan kerabat yg masih memiliki hubungan kluarga.

  37. HARVIYADDIN says:

    bila mungkin bisa di kirimkan alamat la ode husain, saya ingin menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan “kombo”_pakaian. saya lagi studi laraingi. salah satu tarian yang melegenda di Buton. bila ada informasi, harap di posting. jika berkenan alamat yang kami minta dapat dikirmkan ke : devisihpp@gmail.com

    arali2008 menjawab
    coba ini hubungi nomor emalnya La Ode Husain : cheng.khall@yahoo.co.id

  38. ana ogi says:

    Dalam Sastra Bugis Kuno yang tersimpan di Museum I LA GALIGO, bhw Saweringading Kembar Siam dengan WE TENRI ABENG. Tidak ada Saudara Lain termasuk La Baa Luwu.
    Bila dicermati Epos Besar Sawerigading tersirat Kejadian itu berlangsung saat di mulainya Peradaban Manusia di Tanah Bugis Sebelum Masehi (Episode: MULA RITEBBANGNA WELENRENGNGE).
    Pertanyaan:
    Anda Dapat Referensi darimana ataukah Anda Hanya Kait-kaitkan saja karena Kebetulan istri Anda Orang Luwu.

    arali2008 menjawab
    Tulisan diatas adalah tulisan tentang silsilah penulis, agar mudah dikenang diberi latar sejarah dan sedikit berbau sastra, Mengenai La Baa Luwu hubungannya dengan tulisan saya diatas ini sifatnya masih diduga atau asumsi atau hipotesis, dasarnya :
    PERTAMA cerita-cerita santai dari keluarga sang istri sendiri (maaf saya tidak bisa sebutkan orangnya) mengatakan bahwa zaman dulu zamannya raja luwu II Batara latu ada istri sirinya (istri rahasia) yang tidak diterima di kerajaan, ia kemudian pergi atau ditempat di bone (watampone) sebagai wilayahnya, anaknya diduga dipelihara sang pembesar di buton. Apakah sang anak itu adalah La Baa Luwu, bisa “ya”, bisa “tidak”, bila “ya” diduga anak itu adalah La Baa Luwu (red, di artikan Anak Pembesar dari Luwu), kalau “tidak” kira-kira siapa? tidak ada yang lainnya kecuali yang namanya La Baa Luwu tersebut. Sementara di Buton dalam berbagai reteratur ada juga hubungan perkawinan dengan putra-putri raja di kedua kerajaan.

    KEDUA Yang menarik dari La Baa Luwu adalah anak dari istrinya yaitu sang ratu(raja) II kerajaan Buton Bulawambona mempunyai putra yang bernama BATARAGURU BIN LA BAA LUWU sekaligus sebagai Raja III Buton. Sementara di Kerajaan Luwu Raja Pertamanya adalah BATARAGURU. Pertanyaan besarnya adalah “apakah ada hubungannya Raja Buton ke III yaitu BATARAGURU BIN LA BAA LUWU dengan Raja Luwu I BATARAGURU ?” jawabannya tentunya bersifat di duga juga, kalau “Ya” bisa jadi kalau La Baa Luwu berasal dari kerajaan Luwu, bisa jadi ia telah memberikan nama (menyarangkan) pada anaknya sama persis nama kakeknya yang ada di luwu….. tetapi itu semua masih bersifat diduga dengan asumsi kesamaan-kesamaan nama tersebut.

    KETIGA Ada salah satu bukti yang sangat kuat adanya hubungan Kerajaan Buton dengan Kerajaan luwu adalah bahasa wotu (bukan bahasa bugis) sebagai bahasa resmi kerajaan luwu tempo dulu 70 % sama dengan bahasa wolio sebagai bahasa resmi kerajaaan buton, hanya 30 % bahasa bugis bone, Mengenai sastra I LA GA LIGO itu adalah seperti yang anda katakan, “sastra kuno bugis, berlatar belakang Peradaban Manusia di Tanah bugis”, lebih tepatnya adalah cerita dari lontara kerajaan Luwu yang ditulis kembali oleh sastrawan bugis yang kemudian disebut sastra kuno bugis. Berlatar belakang peradaban manusia ditanah bugis, yang lebih tepat adalah TANAH LUWU atau WOTU, yang namanya sastra akan dibuat indah sebagaimana layaknya sebuah sastra, terlalu sempurna, kalau itu dinyatakan sebagai bukti sejarah yang utuh.
    ——————————–
    terima kasih kritikan dan masukan anda sangat baik untuk bahan-bahan perbandingan, mohon maaf tulisan diatas hanya tulisan tentang Silsilah Keluarga Penulis, mengenai sejarahnya itu hanya latar untuk mempermudah menceritakannya.

  39. sulifi says:

    Maaf ya? mau nanya, sebelum datangnya mia patamiana atau katakan saja sebelum raja wakaka memerintah, Bangunan Kerajaan Buton sudah ada atau belum?, yang bangun siapa?, nama bangunan itu apa?, atau katakan saja archa apakah,….tolong ceritakan sy sebelum masuknya raja wakaka (sebelum islam)

    arali2008 menjawab
    Sebelum datang mia patamiana diwilayah pusat keraton buton adalah hutan belantara, belum berpenghuni, wilayah itu yang sekarang eks keraton buton ditemukan pertamakali oleh kelompok sipangjonga dan membangun pemukiman disitu, memang ketika pertamakali kedatangan sipangjonga mendarat dimuara sungai bau-bau, …. sungai yang sekarang membela kota bau-bau…..sekitar. 4 km dari benteng keraton buton, sudah ada pemukiman disekitarnya yang tak bertuan, mereka adalah bagian dari migran nusantara yang datang dari utara bagian cina, banyak ditemukan keramik-keramik yang menunjukan keberadaan mereka, tidak ditemukan archa, ataupun bekas candi karena mereka hanyalah beberapa rumpun kekuarga dengan kebiasaan hidupnya menganut ajaran Hindu

  40. iswadi says:

    Saya mau tanya, kakej saya bergelar la ode mas yusuf dari keturunan kesultanan ke 13, dan anak saya sekarang mewarisi sifat. Keturunan kesultanan buton dan kerajaan majapahit.

    arali2008. Menjawab
    Apa pertanyaanya….?

  41. saya bangga jadi orang buton….
    terima kasih untuk bacaanx,,,
    sukses buat penulis….

  42. Arya Rajapati says:

    SIGENTAR ALAM SEBENARNYA AKU
    BANTAL SERAGA LAYANG KUNING KU
    TUNGGAK SINGGAHSANA MAHAMERU KU
    TUJUH PETALA BUMI MEMERINTAH AKU
    Ancestor father side – Raden Wijaya from Majapahit to Penarikan. Ancestor mother side – Abdul Karim b MAT SIDEK @ MD SIDDIQUE bin Abu Bakar bin Daeng Sopo bin Karaeng Agang bin To’ Tuan @Karaeng Aji yang datang kepada tahun 1722.
    Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. About Arya – YM Dato’ Mangkubumi Shahrin Bin Rajapati Kamarulzaman Bin Rajapati Habib Bin YM Rajapati Dato Mohamaed (ADC to Tuanku Antah 1874,Tuanku Mohamed 1901) Bin Rajapatii Ismail Bin Pengiran Arya Adipati Mangkubumi Salleh

  43. hermina says:

    Sy juga senang baca silsilah keluarga pa arali dari buton. Yang lebih senang lagi karena sy pernah ada kegiatan survey disana saat para pengungsi dari maluku datang ke Buton. bahkan para pengungsi maluku tsb yang PNS/TNI mutasi ke Buton, membanagun komplek perumahan baru. Sy juga sering jalan-jalan di sepanjang benteng kerajaan Buton…, sy sangat bersyukur menjadi bangsa Indonesia yg sangat kaya dg beragam kebudayaan, pribadi, talenta suku dan adat istiadat yg berbeda-beda, tetapi tetap bersatu menuju satu tujuan yg pasti…yaitu untuk mencari ketenangan hidup yg hakiki di dunia dan akhirat nanti…Tetap semangat dan berkarya ya boss…

  44. hermina says:

    Alhamdulilah sy bisa ketemu dan mengenal lebih dekat dg Pa arali2008. Gara-gara ditinggal monev PDBK ke mamasa oleh pak Fatih, sy bingung di Polman mau ketemu siapa yg benar2 aktif dalam mendukung PDBK Polman, krn ternyata di polman banyak strategi yg diucapkan tp tidak berfungsi dan teamwork yg dibentuk juga tdk jelas. Semoga dg adanya posisi penting pa arali dalam “lokomotif perencanaan” dinas kesehatan Polman, teamwork Polman dalam kegiatan Pendampingan Daerah Bermasalah Kesehatan menjadilebih jelas dan bisa terukur keberhasilannya. Sy saluut dg blog pa arali yg mantaap.sy akan belajar banyak ke pa arali yaa. Pengalamannya dalam menangani epidemiologi gizi dan kesehatan di masyarakat Polman menjadi sinar terang dan harapan yg tidak boleh pudar. Selama ini sy seakan tersesat sendirian mencari mitra kerja yg benar-benar mau bekerja dan bertanggungjawab secara moril maupun material. Sukses ya dan tetap semangat membangun harapan baru untuk Polman. Doa dan harapan sy selalu menyertai mu….hehe…., hebat., tks..

  45. B.Tri Widadi. says:

    maap sebelumnya , saya seorang pambaca yang tertarik dengan sejarah buton , sislsilah dan juga bentengnya yang katanya mempunyai 12 pintu masuk. konon 12 pintu itu untuk masuknya 12 bangsa apakah itu betul, jika benar bangsa apa saja dan apa sebabnya

  46. Lasubu says:

    Ya. Satu nukilan yang bermaklumat. Terima Kasih

    Lasuboh Lanuru
    Buton Malaysia.
    Asal Bapak dari Mawasangka

  47. 240482 says:

    saya sangat bingung dengan sejarah buton itu sendiri, dilain pihak mengatakan wakaka adalah raja yang pertama sekitar tahun 1332 M – 1350 M dan yang membawa islam ke buton adalah syekh abdul wahid yang ayahnya bernama syekh sulaiman dan ibunya putri sultan johor syekh abdul wahid datang ke buton pad tahun 1538m pada masa pemerintahan raja ke 6 raja murhum yang diberi gelar sultan qaimuddin, sedangkan persi saudara arsad bahwa raja pertama wakaka ke buton islam sudah ada di tanah buton, mohon maaf saudara arsad tolong di cek kebenaran tentang silsilah kerajaan buton yg anda ceritakan itu sebaba saya lihat beberapa referensi seperti cerita dari sulawesi selatan dan versi cerita orang buton yang lian sama hanya cerita mas arsad saja yang sangat jauh perbedaannya tolong diluruskan kebenarannya kalau memang cerita mas arsad itu benar tolong buktikan dengan referensi yg jelas jangan mengatas namakan keturunan dari kerjaan dan kesultanan ………………………………………………………

    arali2008 menjawab

    Ada dua komentar Anda yang saya diminta memberikan penjelasan.
    Pertama tentang keberadaan islam di tanah buton.
    yang kedua tentang Atas Jangan mengatas namakan kerajaan dan kesultanan.

    jawaban yang pertama :
    tidak perlu bingun …… seperti yang Anda Komentari “raja pertama wakaka ke buton islam sudah ada di tanah buton” maksudnya adalah sebelum datangnyaa Wakaka sudah ada kelompok sipanjongo yang berasal dari Johor, kelomppk ini adalah orang-orang yang merindukan islam, mereka telah mengenal islam di Johor, karena di johor waktu itu sudah ada islam. Seperti yang anda katakan “syekh abdul wahid yang ayahnya bernama syekh sulaiman dan ibunya putri sultan johor syekh abdul wahid” Artinya islam itu sudah ada di johor dan oleh kelompok Sipanjonga yang notabenenya berasal dari Johor, mereka sudah mengenalnya sebelum meninggalkan negeri Johor— saya tidak bisa pastikan apakah mereka sudah islam atau tidak —- tetapi yang pasti mereka telah mengenal islam dan merindukannya.
    artinya sebelum kedatangan Wakaka di Buton sudah ada kelompok sipanjonga mereka telah mengenal islam dan merindukannya. Putri Raja Wakaka sendiri yang berasal dari Dinasti Fatimiyah Negeri Persia dengan silsila berasal dari Yastrib Madina, secara pribadi sudah mengenal islam, setidaknya telah islam karena turunan dari orang tuanya.

    Mengenai pemerintahan raja ke 6 raja murhum yang diberi gelar sultan qaimuddin, sebagai bukti pemerintahan kesultanan (islam) saya kira sejarawan sudah membuktikan.

    Jawaban yang kedua
    Saya tidak tahu Anda Berasal dari Daerah Mana… bahwa Anda mengatakan “jangan mengatas namakan kerajaan dan kesultanan” Saya kira tidaklah demikian, maaf kalau boleh saya katakan Anda sangat Keliru, tulisan saya ini menyangkut silsilah keluarga saya, dimana saya punya orang tua, orang tua saya punya juga orang tua dan terus keatas sampai ketemu dengan Wakaka. Kalau kemudian diantara nenek-nenek dan kakek-kakek saya itu terlibat dalam kerajaan dan kesultanan, itu bukan berarti tulisan saya ini mengatasnamakan Kerajaan dan Kesultanan yang kemudian Anda gugat, itu versi lain alias cerita tentang kerajaan dan kesultan Buton dalam tulisan saya ini hanya untuk mempermudah penjelasan dan pemahaman tentang Silsilah Keluarga saya.
    Saya kira sejarah tentang kerajaan dan kesultanan buton dan hubungannya dengan sulawesi selatan, pada tulisan saya ini Anda mau menjadikan sumber (referensi) tidaklah Tepat. Sama halnya Anda yang saya tidak kenal tetapi yang jelas Anda sekarang tinggal di tahun 2013 pemerintahan Indonesia yang dipimpinan oleh SBY, dan kemudian saya mau menjadikan sumber referensi, saya kira tidaklah tepat walaupun benar kalau Saya mengatakan dan menyimpulkan “ditahun 2013 di Indonesia ada Pemerintahan SBY”

    Mohon maaf kalau ada kesalafahaman… disarankan kalau Anda mau mengenal Kerajaan dan kesultanan Buton lebih jauh Anda bisa mencari Buku-buku yang resmi, pada tulisan ini sejarah kerajaan dan kesultanan buton dan hubungannya dengan sulawesi selatan tidaklah tepat untuk anda jadikan sumber referensi tetapi bukan berarti salah untuk dijadikam pintu masuk untuk menjelaskan Silsilah Keluarga. Ini adalah tulisan tentang Silsilah Keluarga bukan tulisan tentang Mengatas Namakan Kerajaan dan Kesultanan. Semoga Anda Bijak untuk memahaminya

    Catatan terpenting : Perbedaan mendasar Antara Kesultan Buton dan Kesultanan yang ada di Sulawesi Selatan adalah Monarkinya. Buton tidak mengenal Anak Keturunan Raja, tidak mutlak anak raja atau sultan langsung menajdi raja/sultan, tetapi Raja/sultan dipilih dari orang orang terbaik menjadi raja/Sultan, bahasa sekarang disebut dipilih secara demokrasi.
    Sedangkan Kesultan di Sulawesi Selatan sangat-sangat monarki bahwa raja harus berasal dari keturunan raja. pernyataan ANDA MENGATAKAN ATAS NAMA KERAJAAN DAN KESULATAN hanya berlaku di sulawesi selatan di buton tidak. Jadi Anda sangat keliru Melihat keturunan atau silsilah keluarga saya dengan sudut pandang dengan keturunan dan silsilah keluarga kerajaan dan kesultanan yang ada di Sulawesi Selatan.

  48. azmishah says:

    Aslmkm wr wb,
    alhmdlh terimakaseh atas tulisan dan segala infomasi yg saudaraku curahkn.
    Mohon kiranya bt saudaraku utk berikn tulisan
    mengenai raja butun yg ke 6.
    Terimaseh

  49. oellaode says:

    Salut buat saudara Arali, sangat menambah pengetahuan.

    Buat sdr La Ode Husain : Tahun 1995 sy menghabiskan masa libur di tempat Bapak La Ode Muhammad Tanziylu Faizal Amir. Sangat beruntung mendengar langsung isi kitab “Assajaru Huliqa Daarul Bathniy Wa Daarul Munajat dari beliau. Beliau juga menceritakan sebab2 mengapa sampai kitab tsb di ‘sita’ dan akhirnya ikut karam. Disini, terdapat sedikit perbedaan dengan cerita yang sdr tulis di atas.

    Salam.

  50. Fanza says:

    Assalamu alaikum Wr. Wb.
    salut untuk blog anda dan sejarah keluargax….
    kalo berkenan saya ingin minta petunjuk tentang metode penelusuran silsilah keluarga.
    saya lahir dan besar di makassar, dan beberapa tahun lalu saya membaca catatan tentang silsilah keluarga, namun sangat sederhana dan tanpa penjelasan yg berarti. ayah saya asli muna, tapi menurut silsilah beberapa generasi keatas berasal dr buton, yang berujung kepada Laode Karambau(Oputaiko).
    Insya Allah tahun saya berencana berkunjung ke Pulau Buton dan Pulau Muna. yang menjadi pertanyaan saya, dimana kira2 saya bisa mendapat referensi atau literatur resmi tentang silsilah dari Laode Karambau(oputaiko)?
    mudah2an Bang Arsad berkenan memberi pencerahan.
    wassalam.

    arali2008 menjawab
    agak sulit juga yach.. untuk menjawab…karena apa yang saya dapatkan merupakan catatan dari nenek penulis yang kemudian dibuat dalam bentuk tulisan seperti silsilah penulis tersebut. Untuk anda (P’Fanza) seperti pintu masuk sudah ada yaitu dimulai dari La Ode Karambau (Oputaiko) tinggal ditelusuri keatasnya, dimusium bau-bau mungkin salah satu solusinya……..

  51. I. RIWAYAT SINGKAT SALINAN QITAB SEJARAH TERJADINYA NEGERI BUTON DAN NEGERI MUNA Riwayat singkat salinan qitab atau buku sejarah terjadinya Negeri Buton dan Negeri Muna. Qitab atau Buku tersebut Judul aslinya adalah “Assajaru Huliqa Daarul Bathniy Wa Daarul Munajat“, bertuliskan Aksara Arab Gundul tidak Bersanat atau Bertasjid dan kulit Qitab tersebut dilapisi tembaga tipis sehingga pemiliknya menamai Buku Tembaga. Qitab atau buku sejarah terjadinya Negeri Buton dan Negeri Muna ini pertama kali disalin oleh mantan Qadhy Masjid Agung Keraton Buton yang bernama La Ode Muhammad Ahmadi, pada pemiliknya, yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesias sekaligus menjadi pembimbingnya bernama “Uztaz Akbar Maulana Sayid Abdul Rahman Hadad“ di Gresik pada tahun 1863 M. Ketika menyalin isi qitab tersebut LAOde Muhammad Ahmadi masih lajang, beliau sebagai Juragan perahu layar yang membawa kopra dan biji kemiri dari Pulau Buton ke tanah Jawa (Gresik). Sayid inilah yang mengajar membaca dan menulis aksara Arab dan Al Qur’an sehingga La Ode Muhammad Ahmadi cakap, terampil dan lancer dalam menulis aksara Arab dan Membaca Al Qur’an. Uztaz Akbar Maulana Sayid Abdul Rahman Hadad telah berjasa mengungkap serta mengingatkan pada generasi penerus tentang ketinggian keberadaan Budaya Negeri Buton dan Negeri Muna yang dituangkan dalam Buku Tembaga tersebut. Setelah menyelesaikan pelajarannya pada Uztaz Akbar Maulana Sayid Abdul Rahman Hadad, La Ode Muhammad Ahmadi kembali ke Buton, dan qitab yang telah disalin tidak pernah diedarkan pada pihak lain karena menganggap bahwa qitab atau buku tersebut sangat rahasia. Setelah La Ode Muhammad Ahmadi meninggal dunia qitab tersebut diwariskan kepada Putranya yang bernama La Ode Muhammad Amir, beliau adalah mantan Qadhiy Masjid Agung Keraton (Lakina Agama Yi Tambena Lawa). Qitab atau buku yang telah diwariskan oleh ayahnya, tetap dirahasiakan oleh La Ode Muhammad Amir, hanya kaum keluarga dan kerabat dekat yang dapat penggalan isinya, sampai beliau meninggal dunia pada tahun 1954 M. Kemudian salinan qitab atau buku sejarah terjadinya Negeri Buton dan Negeri Muna diwariskan lagi pada Putranaya yang bernama La Ode Muhammad Tanziylu Faizal Amir, beliau mantan Imam Lipu Malanga atau Wantiro yang disebut sekarang ini. La Ode Muhammad Ahmadi dan La Ode Muhammad Amir selalu merahasiakan tentang keberadaan qitab atau buku salinan sejarah terjadinya Negeri Buton dan Negeri Muna. Begitu juga dengan La Ode Muhammad Tanziylu Faizal Amir. Tapi atas desakkan dari keluarga dan kerabat dekat agar qitab tersebut diedarkan, maka pada tahun 1984 qitab atau buku salinan sejarah tersebut mulai dikumpulkan dan yang belum sempat disalin kembali telah dihafalkan. Karena terus didesak maka saat ini tahun 1995 qitab atau buku salinan sejarah terjadinya Negeri Buton dan Negeri Muna diangkat untuk dijadikan buku, agar masyarakat Buton dan masyarakat Muna dapat mengetahui sejarah yang asli tentang negerinya masing-masing. Pada alinea di atas kami katakan bahwa pada tahun 1984 qitab atau buku salinan sejarah tersebut kami kumpulkan, sebenarnya qitab atau buku itu sangat rahasia sehingga orang lain tidak satupun yang mengetahui, hanya kalangan tertentu. Ketika Andi Patiroi berkunjung kerumah Bapak La Ode Muhammad Tanziylu Faizal Amir, beliau sedang memindahkan atau menyalin qitab tersebut dari salinan aslinya, karena sudah biasa dan akrab dengan pemilik qitab atau buku tersebut, serta sudah dianggapnya rumah sendiri, andi patiroi tidak sungkan hendak meminjam qitab tersebut untuk mengetahui isinya, bagi pemilik sebetulnya tidak boleh karena isinya sangat rahasia, serta mengingat wasiat kakeknya yakni La Ode Muhammad Ahmadi yang diberitahu oleh pembimbingnya Uztaz Akbar Maulana Sayid Abdul Rahman Hadad yang menirukan kalimat yang pernah diucapkan Imam Ali Bin Abithalib dalam wasiatnya kepada kedua Putranya Hasan dan Husain, bahwa : Kusembunyikan isi ma’rifat yang aku ketahui agar yang jahil atau bodoh tidak tersesat karenanya. Adakalanya, bila kuungkapkan Mustika ilmu yang aku ketahui pasti aku dituduh sebagai penyembah berhala. Dan sebagian Muslimin pun akan menghalalkan darahku, lalu menganggap perbuatan buruk mereka sebagai kebaikan. Bagi La Ode Muhammad Tanziylu Faizal Amir, qitab tersebut tidak boleh dipinjamkan pada siapapun, yang mana selalu mengingat wasiat dari kakeknya serta mengutip apa yang pernah diucapkan olem Imam Ali bin Abithalib kepada kedua Putranya. Namun Andi Patiroi tetap memaksa dengan menakut-nakuti, yang mana pada saat itu masyarakat Buton diancam apabila ada hak miliknya yang diingini oleh petugas, tidak diberikan akan dituduh terlibat atau dilibatkan sebagai anggota gerakan terlarang (G 30 S PKI). Karena khawatir dengan ancaman-ancaman tersebut, dengan berat hati dan dalam keadaan terpaksa Bapak La Ode Muhammad Tanziylu Faizal Amir melepas miliknya yang sangat berharga untuk dipinjam oleh Andi Patiroi dengan catatan selesai dibaca harus dikembalikan. Mengingat qitab tersebut sangat rahasia dan penting bagi pemiliknya, maka La Ode Muhammad Tanziylu Faizal Amir selaku pemilik, minta agar qitab tersebut dikembalikan namun permintaan dari La Ode Muhammad Tanziylu Faizal Amir tidak dihiraukan oleh Andi Patiroi, karena tertarik dengan isi qitab tersebut yang menceritakan Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone, maka pada tahun 1970-an qitab tersebut dibawa ke Negeri asalnya, tetapi malang baginya sebelum sampai di Negerinya Kapal Motor Harapan Bone yang di tumpanginya karam di telan lautan beserta salinan asli qitab Sejarah terjadinya Negeri Buton dan Negeri Muna atau Buku Tembaga. Qitab atau buku salinan Sejarah terjadinya Nageri Buton dan Negeri Muna tersebut, mengingatkan masyarakat Buton dan masyarakat Muna ada orang-orang yang pertama mendiami Buton dan Muna serta yang menulis qitab atau buku sejarah tersebut, sehingga kejadian-kejadian yang dialami oleh mereka dapat diketahui oleh anak-anak dan cucu-cucunya sekalipun orang-orang tersebut telah lama meninggal dunia menghadap Sang Pencipta. Adapun orang-orang yang menulis qitab atau buku Sejarah tejadinya Negeri Buton dan Negeri Muna ada 10 (sepuluh) orang, dan mereka juga adalah pemimpin manusia yang mula-mula mendiami Negeri Buton pada akhir abad ke XIII. Kesepuluh orang tersebut masing-masing bernama : 1. Si Panjonga 6. Sang Ria Rana (Sangia Ria Rana) 2. Si Tamanajo 7. Banca Patola (Ndoeku) 3. Si Malui 8. Kaudoro 4. Si Sajawangkati 9. Raden Jutubun (Baubesi) 5. Dung Kung Sang Hiang 10. Raden Sibatara (Sabatara) (Dungku Cangia) Bagi masyarakat Buton dan masyarakat Muna sangat menyesalkan kejadian itu sebab peninggalan Nenek Moyang mereka hilang bersama orang yang tidak berhak menerimanya, tapi tidak perlu berkecil hati walaupun qitab atau buku salinan aslinya telah hilang, isinya sebagian besar telah disalin. Sedangkan yang belum sempat disalin sudah dihafal itu hanya karena kehendak Allah SWT . Amin. II. HAKEKAT DAN RAHASIA ASAL KEJADIAN NEGERI BUTON DAN NEGERI MUNA Hakekat Kejadian Negeri Buton dan Negeri Muna Pada tahun III Hijriah atau tepatnya pada tahun 624 M. yang mana Rasulullah Saw selesai mengerjakan shalat Fardhu Subuh berjamaah bersama-sama para Sahabat dan pengikut dari kaum Muhajirin maupun kaum Ansyar dalam Masjid beliau di Madinah (Masjid Quba), seperti biasa selesai mengerjakan shalat Fardhu, para Sahabat, pengikut dari kaum Muhajirin maupun kaum Ansyar tidak langsung pulang ke rumah tetapi masih mendengarkan petuah atau nasehat dari Rasulullah Saw tentang segala hal yang belum mereka ketahui. Tatkala Rasulullah Saw sedang memberikan petuah atau nasehat, tiba-tiba terdengarlah oleh mereka suara dentuman sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, lalu salah seorang dari sahabat bertanya kepada beliau. “Ya Rasulullah bunyi apakah gerangan tadi ?“ Kemudian Rasulullah Saw menjawab : Sesungguhnya bunyi dentuman yang baru kita dengarkan bersama tadi adalah : Menurut firman Allah SWT yang telah diwahyukan kepada ku melalui Hadits qudsi bahwa “Jauh dari sebelah Timur Arabia ini ada dua gugusan tanah yang telah lama muncul dari permukaan laut untuk memperkenalkan dirinya kepada Dunia”, sedangkan menurut ramalanku “Sabda Rasulullah Saw“ Bahwa manusia yang menjadi penghuni kedua Negeri itu sebagian besar akan mengikuti seruan ku yaitu Beriman dan Bertakwa kepada Alla SWT. Oleh karena itu sebelum kita didahului oleh Bangsa lain untuk menginjakkan kakinya pada kedua Negeri tersebut lebih baik kita yang mendahului”. Kemudian Rasulullah Saw mengutus salah seorang sahabatnya untuk mencari kedua Negeri tersebut, akan tetapi sahabat yang ditunjuk oleh Beliau masih merasa takut. Selain itu situasi di Madinah saat itu masih dalam keadaan berkabung karena perang, akhirnya pencarian kedua Negeri tersebut untuk sementara ditangguhkan sambil menunggu keadaan Negeri Madinah normal kembali. Karena gagal dengan penunjukkan salah seorang sahabat serta tidak ingin didahului oleh Bangsa lain, Rasulullah SAW segera mengadakan musyawarah bersama para Sahabatnya membahas rencana pencarian kedua Negeri tersebut. Dalam musyawarah disepakati bahwa akan diutus dua orang bersaudara, saudara Rasulullah saw sendiri yang belum disebutkan namanya. Kemudian pada tahun VII (ketujuh) Hijriah Rasulullah Saw mengutus dua orang bersaudara (kakak beradik) saudara Beliau dari Baniy Hasyim untuk mencari kedua Negeri yang dimaksud yaitu masing-masing bernama : 1. Abdul Gafur ahli Biologi 2. Abdul Gafar alias Abdul Syukur ahli Antropologi Dalam suatu musyawarah yang dihadiri oleh Ali Bin Abithalib bersama istrinya Fatimatuh Zuhra (Fatimah Az–Zahra) serta para kerabat tertentu, dengan keputusan yang telah diambil, Rasulullah Saw pesan kapada semua yang hadir hasil keputusan tersebut tidak disiarkan kepada yang lainnya, sebab apa yang telah dibahas menyangkut ilmu Nabi dan bukan ilmu Rasul. Kemudian Rasulullah Saw berpesan kepada kedua utusan tersebut sebagai sabda yang artinya : “Bawalah kedua bendera ini, dan pasanglah pada tiap-tiap Negeri yang saudara-saudara jumpai, adalah sebagai bukti yang menunjukkan bahwa kedua Negeri itu adalah penemuan ku, dan perlu saudara-saudara sama maklumi bahwa hakekat rahasia isi hatiku pada kedua Negeri dimaksud sangat erat dengan keadaan ku, baik dalam bathinia maupun dalam lahiriah, dan ini salah satu titipan sepeninggal ku untuk wariskan kepada generasi penerus yang menjadi penghuni kedua Negeri tersebut. Karena dari Mekkah, Madinah dan kedua Negeri yang dimaksud adalah 4 (empat) Negeri yang akan kusesuaikan dengan susunan rankaian nama ku Muhammad yang empat hurufnya akan kujadikan pula menjadi hakekat rahasia yang terkandung dalam tiap-tiap huruf nama ku menjadi nama keempat Negeri yang dimaksud yaitu : Mekkah, Madinah dan kedua Negeri yang akan dicari oleh saudara-saudara utusan ku”. Kemudian Rasulullah Saw bersbda lagi : Artinya : Karena menurut rahasia hati ku adalah : a. Mekkah itu ku tamsil ibaratkan kepala ku dan makam hakekatnya dikandung huruf MIM, awal dari huruf nama ku Muhammad. b. Dan Madinah itu ku tamsil ibaratkan badan ku dan makam hakekatnya dikandung huruf HA dari rangkaian huruf namaku Muhammad. c. Dan tanah yang mula-mula di jumpai oleh saudara-saudara utusan ku, adalah kutamsil ibaratkan perut ku dan ku namai dia Bathniy. Artinya : Perut ku sebagaimana tersebut makam hakekatnya dikandung huruf MIM kedua dari rangkaian huruf namaku Muhammad. d. Sedangkan tanah yang terakhir dijumpai oleh kedua utusan ku adalah ku tamsil ibaratkan kedua belah kaki ku yaitu Rijalaany, artinya : Kedua belah kaki ku sebagaimana terebut di atas dan makam hakekatnya dikandung huruf DAL dari rangkaian huruf nama ku Muhammad dan ku namai dia Munajat. Selanjutnya beliau bersabda lagi ; Artinya : “Menurut hakekat rahasia keyakinan hati ku kedua Negeri tersebut ku namai dia masing-masing “Bathniy” dan “Rijalaany“. Karena Mekkah itu menurut rahasia keyakinan isi hati ku adalah kutamsil ibaratkan kepala ku, dan kita sama maklumi bahwa tiap-tiap kepala manusia itu mengandung sesuatu makam “Di Maqha“ namanya. Di Maqha inilah letaknya Mekkah itu yang ku rangkaikan dengan huruf MIM, awal dari rangkaian huruf nama ku sebagai mana yang saya katakan tadi. Karena di Mekkalah mulai terbuka pikiran ku untuk memperjuangkan kebenaran Islam sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Wal Makkiyah Wara’suukal Miimil Awali Alaa Suuratil Muhammad“ Artinya : Mekkah itu adalah kepala ku huruf MIM, awal dari rangkaian nama ku Muhammad. Begitu pula dengan Yatsrib atau Madinatun Nabi artinya Kota Nabi, adalah ku tamsil ibaratkan badan ku, karena didalam badan atau dada manusia itu merupakan suatu Maqam yang mengandung hati dalam hakekatnya dikandung huruf HA dari rangkaian huruf nama ku Muhammad. Dan Hadits Rasulullah Saw berbunyi : “Almadaniyah Wal Badaanu Kal Ha Alaa Suurati Muhammad” Artinya : Madinah itu adalah dada ku huruf HA, dari rangkaian huruf nama ku Muhammad, dan ku tamsil ibaratkan dada ku. Karena dalam sabda beliau yang artinya : Dan di Madinah inilah Saya mengumpulkan semua kekuatan, pikiran maupun tenaga dengan tulus dan ikhlas karena Allah SWT, bersama para Sahabat dan pengikut-pengikut ku baik dari kaum Muhajirin maupun dari kaum Ansyar untuk mempertahankan kemegahan Islam yaitu Agama yang benar dan lurus disisi Allah SWT. Kemudian Rasulullah Saw bersabda lagi . Artinya : Demikian pula Negeri pertama yang dijumpai oleh kedua saudara-saudara utusan ku, saya namai Bathniy atau perut ku, karena semua yang masuk dalam perut itu sebagian melalui jantung. Itulah sebabnya Saya namai Bathniy sebab di Negeri itu merupakan suatu “Hazana“ bagi Ku untuk ku jadikan perbendaharaan penyimpanan hakekat rahasia Agama yang ku perjuangkan. Dan mengenai hubungannya dengan Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah Saw yang berbunyi : “ Wal Bathniy Kalmiy Mitstsaani Alaa Suurati Muhammad“ Artinya : Bathniy adalah Negeri Buton huruf MIM kedua dari rangkaian nama ku Muhammad dan ku tamsil ibaratkan sebagai perut ku. Dan sabdanya lagi. Artinya : Sedangkan Negeri terakhir yang ditemui oleh kedua saudara utusan KU, ku tamsil ibaratkan kedua belah kaki ku dan ku namai Munajat. Karena bunyi dentuman yang pertama menandakan bahwa Negeri itulah yang pertama-tama memperkenalkan dirinya kepada dunia, bertepatan dengan bunyi dentuman tersebut Munajat pula doa saya kehadirat Allah SWT untuk memohon Syafaat kepada semua umat pengikut ku dan kumohon petunjuk yang benar bagi manusia yang berada ditempat kejahilan dan kekafiran mudah-mudahan mereka beriman dan taqwa kepada Allah SWT. Beliau bersabda lagi : “Wal Munajat Rijaalaniy Kal Dal Alaa Suurati Muhammad“ Artinya : Dan Munajat nama Negeri Muna adalah kedua belah kaki ku huruf DAL rangkaian huruf nama ku Muhammad. Kemudian Rasulullah Saw bersabda lagi : Artinya : Wahai saudara utusan ku Abdul Gafur dan Abdul Syukur berangkatlah sebagai pelaksanaan Jihat Fisabilillah. Kemudian Rasulullah Saw bersabda : ”Wala Tahzan Innallaha” Artinya : Dan janganlah takut dan gentar Allah SWT bersama kita. Kemudian beliau bersabda lagi, Artinya : Ambillah kedua bendera ini, dan pasanglah satu-persatu di Negeri yang saudara-saudara jumpai, dan pesan ku pada saudara-saudara laksanakanlah dengan hati yang tulus ikhlas untuk keagungan dan kemuliaan nama saudara–saudara, dan merupakan lambang bukti perjuangan saudara-saudara yang menghiasi lembaran sejarah dikemudian hari. Kemudian kedua utusan tersebut menerima kedua bendera tersebut dari tangan Rasulullah SAW, kedua bendera tersebut berwarna sama yaitu hijau ditulis aksara arab dengan hiasan sulaman benang emas yang berbunyi : “La Ilaha Ilallah Muhammadarrasulullah“ Artinya : Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah atau pesuruh Allah. Dengan diiringi doa restu dari Rasulullah Saw, sahabat-sahabat dan keluarga yang ditinggalkan, mudah-mudahan pencarian kedua Negeri oleh kedua utusan dikabulkan oleh Allah SWT, dan kembali ke Negeri Madinah dalam keadaan selamat, maka berangkatlah kedua utusan tersebut meninggalkan Madinah menuju Jeddah untuk mengarungi lautan dan samudra guna mencari kedua Negeri yang diwasiatkan junjungan kita yang mulia Nabi Besar Muhammad Saw, yang dilengkapi dengan hakekat bahtera dan skema hubungan keempat Negeri seperti yang akan disebutkan berikut. Kedua utusan Rasulullah Saw tidak langsung menemukan kedua Negeri yang diwasiatkan, tetapi Abdul Gafur dan Abdul Gafar alias Abdul Syukur mengembara kebeberapa Negeri, seperti Negeri Johor, Pasai dan Cina dan masih banyak lagi Negeri-Negeri yang dilewati, tapi tidak diriwayatkan oleh kedua utusan Rasulullah Saw. Sehingga pengembara Abdul Gafur dan Abdul Gafar alias Abdul Syukur mencari kedua Negeri yang diwasiatkan oleh Rasulullah Saw pada mereka memakan waktu kurang lebih 60 tahun. Berikut Gambar Skema Hubungan Keempat Negeri Mekkah, Madinah,Bathniy dan Munajat serta Bahtera utusan Rasulullah Saw KEPALA AL MAKIYAH atau MEKKAH atau MEKAH BADAN / DADA AL MADANIAH atau MADINAH SHURAT / PUSAT AL BATHNIY P E R U T atau B U T O N KEDUA BELAH AL MUNAJAT K A K I atau M U N A III. HIKMAH PENEMUAN KEDUA NEGERI OLEH KEDUA UTUSAN RASULULLAH SAW Penemuan kedua Negeri oleh utusan Rasulullah Saw tersebut dalam lembaran sejarah Budaya Buton dan Muna, mengenai asal mula terjadinya Negeri Buton dan Negeri Muna seperti diriwayatkan oleh kedua utusan tersebut. Bahwa bertepatan dengan malam Nisif Sya’ban yaitu lima belas malam bulan dilangit yang malam itu bertepatan dengan 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah Saw, berarti telah memasuki abad ke VII saat itulah kedua utusan Rasulullah Saw tiba disuatu Negeri yang belum dihuni oleh manusia. Dari kajauhan nampak pleh mereka daratan, yang baru dilihat oleh salah seorang dari kedua utusan tersebut, lalu “Batha Gafura“ artinya Pasir Gafur dan kata yang diucapkan salah seorang utusan Rasulullah Saw diabadikan menjadi sebuah nama kecamatan, yaitu Kecamatan Batauga. Kemudian kedua utusan tadi terus menyusuri pantai dan salah seorang dari kedua utusan tersebut berkata lagi bahwa : Pinggir pantai yang baru kita jumpai ini bagaikan pinggiran pantai Masyira (Mesir), kemudian kakak beradik Abdul Gafur dan Abdul Syukur selaku mendataris dari Rasulullah saw mendarat di Negeri yang baru mereka temukan untuk melakukan penyelidikan. Setelah meneliti keadaan Negeri yang baru ditemukan tadi Abdul Gafur menulis pada sebuah batu bunyinya “Masyira“ dengan aksara Arab namun sayang prasasti yang ditulis salah satu utusan Rasulullah Saw yaitu Abdul Gafur hilang karena waktu dan keadaan, dan tulisan tersebut diabadikan menjadi nama sebuah Desa di kecamatan Batauga, yaitu Desa Masiri. Selesai mengintari sekitar pantai dan menulis prasasti pada sebuah batu kedua utusan tersebut mencari dataran tinggi, seharian penuh mereka berjalan, dan setelah matahari terbenam keduanya baru beristirahat sambil melaksanakan shalat Fardhu Magrib, selesai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu Shalat Fardhu Magrib tiba-tiba terdengar oleh keduanya suara Adzan, kedua utusan Rasulullah Saw kaget sebab di Negeri yang baru mereka temukan belum mempunyai penghuni manusia, lalu kedua utusan tersebut mencari arah datangnya suara yang baru didengarnya, dari kejauhan nampak oleh kedua utusan Rasulullah Saw sebuah lubang menyerupai goa yang masuk lurus kedalam tanah, diamatinya lubang tersebut dengan cermat lalu salah seorang dari kedua utusan berkata, bahwa suara saudara kita “Zubair“ sedang menyuarakan Azan Dhuhur, dan didalam goa itu samar-samar terlihat Hajar Aswad di Mekkah sedang Berzikir. Melihat kenyataan yang demikian kedua utusan tersebut langsung mengerjakan Shalat Fardhu Dhuhur, sekalipun mereka belum lama selesai melaksanakan shalat maghrib, itulah sebabnya masyarakat Buton pada zaman dahulu apabila melaksanakan shalat Idul Fitri atau Idul Adha selalu masuk waktu Lohor (dhuhur) karena bersamaan di Mekkah (kepala), pendengaran dan penglihatan Abdul Gafur dan Abdul Syukur bukan seperti penglihatan dan pendengaran orang kebanyakan, tetapi atas kehendak Allah SWT kedua utusan Rasulullah Saw tersebut, dapat melihat dan mendengar bukan dengan bentuk lahiriah, dari cerita tersebut diatas menjadi sebuah legenda, bahwa : apabila kakek, nenek, ayah dan ibu atau saudara kita yang lain yang sudah meninggal dunia dapat dilihat dilubang tersebut. Di mulut goa inilah Abdul Gafur menulis aksara Arab yang berbunyi “Bathn“ dan tulisan tersebut sampai sekarang masih ada, namun telah ditutup oleh pondasi Masjid Agung Keraton Buton, sebagai Muhabat Utama. Abdul Gafur dan Abdul Syukur merahasiakan keberadaan gua yang mereka temukan karena penuh rahasia dan merupakan pusat tanah, sehingga masuk diakal apabila Rasulullah Saw menamainya Bathniy atau Perut. Dan disinilah kedua utusa Rasulullah Saw memasang bendera dari Rasulullah Saw, yang sekarang diabadikan menjadi tempat tiang bendera Kerajaan atau Kesultanan Buton. Kedua utusan Rasulullah Saw menyimpulkan bahwa Negeri yang baru mereka temukan itu berasal dari segumpal buih air laut dan tanahnya masih muda usianya. Dari daratan Bathniy atau Bathn atau Buton diseberang laut terlihat oleh kedua utusan tadi sebuah daratan, kedua utusan Rasulullah Saw tersebut mendatangi daratan yang dilihat dari daratan Buton, sesampainya ditempat yang mereka tuju, keduanya mengadakan penelitian untuk mengetahui keadaan tanah daratan yang baru mereka temukan, lalu kedua utusan Rasulullah Saw tadi mencari daratan yang lebih tinggi, setibanya di dataran tinggi kedua utusan tadi menemukan batu berbentuk pohon sehingga tempat itu mereka namai “Siratul Hijir“ artinya Pohon Batu. Pohon Batu yang diketemukan oleh kedua utusan Rasulullah Saw tumbuhnya dipinggir tebing disinilah Abdul Gafur dan Abdul Syukur memasang bendera Rasulullah Saw seperti yang dipasang pada Negeri yang pertama diketemukan yaitu Negeri Bathniy, serta menulis nama Negeri itu “Munajat“ yang sekarang disebut “Muna“ maksudnya adalah isi hakekat rahasia Mina Kota Arab lama. Penelitian yang dilakukan oleh kedua utusan Rasulullah Saw tersebut menyatakan bahwa Negeri Munajat atau Muna asal kejadiannya dari pecahan kabut “ Filiyin “ yang telah pijar, merupakan suatu batu Nuqthah, adalah titik Bah yang penuh berkah merupakan salah satu Iradat Allah SWT. Adapun asal kejadian Negeri Buton menurut hasil penyelidikan kedua utusan Rasulullah Saw, adalah berasal dari segumpal Buih yang terdampar di batu Nuqthah tadi, dan atas izin Allah SWT sebagai ”Haliqul Asyai” yang menjadikan alam semesta dan segala isinya, akhirnya Buih yang dimaksud menjadi segumpal tanah. Disimak dari hasil penyelidikan atau penelitian kedua sahabat tadi Negeri Buton lebih mudah dari Negeri Muna, namun yang lebih dulu dihuni oleh manusia adalah Negeri Buton, dan berkahnya melebihi Negeri Muna, sedang penghuni-penghuninya berdatangan dari Semenanjung Melayu Pariyaman dan Saudi Arabia yakni “Qurais Fakhriy“ atau “Wa Kaa–Kaa“ dan masih banyak lagi manusia-manusia keramat dan sakti dari Negeri lain satu diantaranya “Raden Sibatara“ Putra Raja Majapahit Raden Wijaya. Buton mempunyai kelebihan karena orang-orang yang pernah menetap adalah Wali-Wali Allah SWT yang alim, selanjutnya orang-orang tersebut menyebar ke berbagai Negeri, seperti kedua utusan Rasulullah Saw yaitu Abdul Gafur dan Abdul Syukur, setelah menetap beberapa saat di Negeri Buton dan Negeri Muna, keduanya kembali pindah ke Negeri Pasai, Johor dan Cina, yang merupakan alur perjalanannya dari Jedah (Mekkah), dan tidak kembali lagi ke Negeri asalnya Madinah seperti harapan keluarganya. IV. ASAL MULA MANUSIA PENGHUNI NEGERI BUTON Tersebutlah dalam sejarah Budaya Buton tentang manusia yang mula-mula mendiami Negeri Buton adalah orang-orang besar dan sakti, dan kedatangan orang-orang tersebut selalu berkelompok serta bertahap. A. KEDATANGAN ARMADA SI PANJONGA DAN ROMBONGANNYA “Si Panjonga“ adalah orang sakti berasal dari Suku Melayu di Negeri Pasai. Meninggalkan Negeri asalnya pada tiga likur malam Bulan Sya’ban tahun 634 Hijriah dengan mengajak “Si Tamanajo” sebagai pembantu utamanya serta 40 orang kepala keluarga sebagai pengikutnya. Kepergian rombongan besar ini dari Negeri asalnya adalah mencari daerah yang telah diberitakan oleh leluhurnya untuk ditempati. Berbulan-bulan mengarungi lautan dan melewati daratan dengan menggunakan Bahtera namanya “Lakuleba“, diburitan Bahtera yang ditumpangi oleh rombongan besar dikibarkan bendera Kerajaan leluhurnya yang berwarna Hitam putih selang seling, dalam bahasa Buton disebut bendera “Longa–Longa“, nama armada yang digunakan Si Panjonga dan pembantu utamanya serta pengikutnya diabadikan menjadi sebuah nama perkampungan disebuah Desa di Kabupaten Buton yang disebut Desa “Lakaliba“. Pada tahun 1236 M, armada Si Panjonga dan pengikutnya mendarat di salah satu daratan Negeri Buton, sesampai di Negeri baru mereka temukan Si panjonga dan rombongannya mencari dataran tinggi untuk membina kaumnya. Agar mudah mengawasi kaumnya serta menjaga kemungkinan dari serangan musuh, rombongan manusia besar dan sakti ini membuat Benteng pada sebuah bukit yang dinamai “Tobe-Tobe“, setelah benteng yang dibuat rampung mereka datang ditempat pertama terdampar dengan maksud mengibarkan bendera Kerajaan leluhurnya, maka dibuatlah lubang yang berada disalah satu tempat yang dikelilingi benteng untuk mengibarkan bendera dimaksud. Tempat pengibaran bendera tersebut dinamai “Sulaa“. Hingga saat ini tempat ini tidak pernah berubah dan diabadikan menjadi nama sebuah Kelurahan yaitu Kelurahan Sulaa di wilayah Kecamatan Betoambari. Hanya saja Benteng tempat pengibaran bendera tersebut telah dirusak oleh tangan- tangan yang tidak bertanggung jawab. Setelah pembuatan benteng dan pengibaran bendera selesai dan kehidupan di Tobe-Tobe sudah berjalan baik, Si Panjonga meminta kepada pembantu utamanya Si Tamanajo untuk mengajak sebagian kaum pengikutnya mencari daerah baru sebagai tempat tinggal dan mengembangkan keturunannya. Setelah mempersiapkan segala perlengkapan Si Tamanajo dan kaum pengikut yang akan diajak berpamitan kepada pimpinannya Si Panjonga serta rombongan yang ditinggalkan. Selanjutnya rombongan kecil yang dipimpin Si Tamanajo meninggalkan Sulaa tempat pengibaran bendera pimpinannya menuju arah timur menyusuri pantai Buton. Sesampainya di teluk Bungi Todanga yang sekarang wilayah Kecamatan Kapontori, mereka melihat-lihat keadaan Daerah tersebut sambil beristirahat. Kemudian rombongan tersebut melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu dataran tinggi yang berada di sebelah Timur Laut dari tempat kediaman pimpinannya Si Panjonga di Tobe-Tobe. Oleh karena dataran tinggi yang baru diketemukan oleh Si Tamanajo dan rombongan sangat bagus untuk pemukiman, maka rombongan ini mengakhiri perjalanannya dengan membuat perkampungan serta benteng pertahanan di puncak gunung yang sebutnya “Lambelu“, serta menamai bentengnya “Kamosope“. Benteng tersebut sampai sekarang masih ada dilengkapi 2 (dua) pucuk meriam yang posisinya berlawanan arah. Satu pucuk moncongnya mengarah ke sebelah Barat dan moncong yang satunya mengarah ke sebelah Utara. Setelah perkampungan dan pembuatan Benteng selesai Si Tamanajo memerintahkan kepada rombongannya untuk membuat lubang pengibaran bendera Kerajaan leluhurnya sama dengan yang dikibarkan oleh pimpinannya di Sulaa yaitu Bendera Longa-Longa. B. KEDATANGAN ARMADA SI MALUI DAN ROMBONGANNYA Kedatangan manusia kedua di Negeri Buton disebutkan dalam sejarah Budaya Buton adalah manusia sakti bernama “Si Malui“ dan adiknya bernam “Si Baana” serta pembantu utamanya “Si Sajawangkati“. Si Malui berasal dari daerah Bumbu Negeri Melayu Pariyaman, meninggalkan Negeri asalnya pada lima belas hari bulan Sya’ban tahun 634 Hijriah. Sama seperti halnya Si Panjonga, Si Malui membawa rombongan 40 (empat puluh) orang kepala keluarga sebagai pengikutnya. Berbulan-bulan lamanya mengarungi lautan dan melewati daratan dengan tumpangnya yang dinamai “Popangua“ di buritan Bahtera yang mereka tumpangi dkibarkan bendera Kerajaan leluhurnya yang berwarna Kuning hitam selang seling di namai bendera “Buncaha“. Pada akhir tahun 1236 M, rombongan yang dipimpin oleh manusia sakti Si Malui terdampar di sesebelah Utara Timur Laut Negeri Buton, hampir bersamaan dengan kedatangan Si Panjonga dan rombongan, daerah pendaratan armadanya disebut “Kamaru“. Bentengnya disebut Wonco, Setibanya di Negeri Buton Si Malui, pembantu utama dan pengikutnya membuat tempat pemukiman dan benteng pertahanan, setelah benteng yang dibuat rampung Si Malui dan pembantu utamanya memerintahkan kepada pengikutnya untuk membuat lubang tempat pengibaran bendera didalam areal benteng yang telah dibuat. Tidak berapa lama Si Malui dan rombongan menempati daerah Kamaru, dan kehidupan sudah berjalan baik, Si Malui selaku ketua rombongan meminta kepada pembantu utamanya mencari daerah baru yang cocok untuk pertanian dan tempat pemukiman. Rombongan kecil yang dipimpin oleh Si Sajawangkati berpamitan kepada pemimpinnya untuk mencari daerah hunian baru, mereka menyusuri pantai daratan Buton, dan setibanya disuatu tempat yang berkenan dihati Si Sajawangkati dan pengikutnya yang dinamai “Wasuemba“, langsung Si Sajawangkati dan pengikutnya membuat perkampungan serta benteng pertahanan yang disebut benteng “Koncu“ di Wabula. Setelah perkampungan dan benteng Koncu selesai dibuat Si Sajawangkati memerintahkan kepada pengikutnya untuk membuat lubang pengibaran bendera Kerajaan leluhurnya berwarna kuning hitam sama dengan yang dikibarkan oleh Si Malui pimpinannya di Kamaru. Tidak berapa lama kedua rombongan yang telah menempati 4 (empat) wilayah dan satu sama lain sudah saling kenal, serta saling mengunjungi tempat masing-masing, dibuatlah suatu kesepakatan untuk mengadakan musyawarah. Dalam musyawarah diputuskan bahwa mereka akan membuat perkampungan yang dinamai “Batu Yigandangi“, dan ketua pelaksana bandar perkampungan adalah Si Panjonga sampai sekarang tempat Bandar perkampungan masih ada dan diabadikan menjadi tempat makam Pahlawan Kesatria Buton dan Muna yaitu “Laki La Ponto” alias “Murhum“ Raja Buton VI (Keenam atau Sultan I di Negeri Buton). Selaku ketua pelaksana bandar perkampungan Si Panjonga berdiri ditengah-tengah kerumunan orang banyak sambil berteriak dalam bahasa sendiri dengan ucapan “Welia“. Yang terbagi dari dua suku kata yaitu: WE artinya Buatlah LIA artinya Perkampungan Jadi “Welia“ artinya Buatlah Perkampungan. Sampai ucapan Si Panjonga yaitu Welia diabadikan menjadi nama Wilayah Kecamatan Wolio. Dan mulai saat itulah Si Panjonga tinggal di “Batu Yigandangi” atau yang disebut sekarang “Lele Mangura“, tanpa seorang pendamping atau seorang istri sampai akhir hayatnya karena memang tidak pernah menikah seperti halnya pimpinan rombongan yang lainnya yang beranak pinak di Buton. Setelah bandar perkampungan selesai dibentuk, dan mengakui keberadaan masing-masing, sejak saat itu para pengikut Kesatria dibebaskan untuk mencari tempat bermukim secara perorangan, yang semula bermukim di Lambelu dan Kamaru sebagiab mengadu nasib di Negeri Muna, begitu juga dengan yang bermukim di Tobe-Tobe telah pergi ke Tiworo dan Pulau Kabaena, dan merekalah yang pertama menghuni daerah-daerah tersebut hingga saat ini. C. KISAH KEDATANGAN WA KAA–KAA Wa Kaa–Kaa nama aslinya adalah : “Musarafatul Izzati Al Fakhriy“, Tiba di Negeri Buton pada tahun 1298, Beliau berasal dari Negeri Yatsrib atau Negeri Madinah. Adapun nazab atau silsilah keturunan Wa Kaa–Kaa atau Musarafatul Izzati Al Fakhriy yaitu : Musarafatul Izzati Al Fakhriy bin Abdullah Badiy Uz Zamani bin Abu Bakar bin Muhammad Said Salim bin Muhammad Ali Ridha bin Muhammad Musa Ali Kazim bin Muhammad Ja’far Ali Shadiq bin Muhammad Ali Baqir bin Muhammad Ali Zainal Abidin bin Ali Husein bin Sayidina Ali Abithalib dengan istrinya Fatimatuh Zuhura atau Fatima Az zahra Putri Nabi Besar Muhammad Saw dan istrinya Sitti A’isyah. Sedangkan ibunya bernama Rabbihatum Nasabnya bersambung pada Abdul Syukur beliau adalah sepupu satu kali Rasulullah Saw dari Baniy Hasyim. Penjelasan : Abu Bakar yakni kakek dari Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy menikah 2 (dua) kali yaitu : 1. Menikah dengan seorang Putri bangsawan di Negeri Yatsrib bernama Zainab, mempunyai seorang putra yang dinamai Abdullah Badiy Uz Zamani. Dalam usia balita telah ditinggal oleh ibu dikandungnya untuk selama-lamanya menghadap kehadirat Allah SWT. 2. Kemudian di Baghdad menikahi lagi seorang putri bangsawan, dan dikaruniai seorang putra bernam Muhammad Arif Billah Ma’rifatul Kurqi. Setelah dewasa Muhammad Arif Billah Ma’rifatul Kurqi tinggal di Johor dan menikah lebih dulu dari saudaranya yang lain ibu, dari perkawinannya Muhammad Arif Billah Ma’rifatul Kurqi dikaruniai seorang Putra yang diberi nama Muhammad Umar Muhadar, yang diangkat menjadi Sultan Aden, selanjutnya Sultan Aden mempunyai seorang Putra yang bernama Muhammad Ali Idrus Aden. Setelah dewasa Muhammad Ali Idrus menikah di Pasai, dengan seorang Putri bangsawan yaitu Putri Pertama Sultan Ahmad dan mempunyai seorang anak yang diberi nama Sulaiman Syarif Ali. Kemudian Muhammad Ali Idrus kawin lagi dengan seorang Putri dari Negeri Perlambang atau lebih dikenal sekarang Palembang bernama Mbok Endang. Dari perkawinannya dengan Mbok Endang, Muhammad Ali Idrus dikaruniai seorang Putra yang diberi nama Sayid Lillah. D. WAFATNYA ABDULLAH BADIY UZ ZAMANI AYAH MUSARAFATUL IZZATI AL FAKHRI Menjelang dewasa Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy ditinggal ayah tercinta untuk selama-lamanya menghadap keharibaan Allah SWT, masih dalam suasana berkabung, karena ayahnya yang baru saja meninggal dunia tiba-tiba datanglah seorang pemuda bernama Baidul Hasan Putra Raja (Kisra) Persiah Urugan bin Hulagun untuk melamar Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy, namun Putri belum berniat untuk berumah tangga karena masih berduka atas wafatnya Abdullah Badiy Uz Zamani ayah kandung Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy, disamping itu usianya belum dewasa. Karena hasrat Baidul Hasan belum kesampaian saat itu sambil menunggu Putri berangkat dewasa, maka Baidul Hasan bertanya kepada Putri siapa gerangan namanya dan di jawab oleh Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy, Bahwa nama saya “Qurais Fakhriy“ dari keturunan kaum Quraisy, dan mulai saat itulah nama Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy digelar Qurais Fakhriy. Putri Musarafatul Izzati menyebut dirinya Qurais Fakhriy dari keturunan kaum Quraisy tujuannya hanyalah untuk menghindar dari hasrat hati Baidul Hasan Putra Raja (Kisra) Persiah Urugan bin Hulagun, seperti kita ketahui bahwa kaum Quraisy saat itu di Teluk persiah sangat dimurkai dan dibenci karena kejahilannya. Kendatipun demikian Baidul Hasan tidak menyerah sampai disitu, Dia tetap mengejar Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy agar mau menikah dengannya. Berita wafatnya Abdullah Badiy Uz Zamani tersiar juga sampai di Negeri Pasai, atas berita duka tersebut Muhammad Ali Idrus meninggalkan Pasai ke Madinah untuk ziarah kemakam pamannya sekalian menjemput saudara misannya atau sepupunya agar menetap di Istana Pasai. Tawaran untuk tinggal di Istana Pasai disambut baik oleh Putri Qurais Fakhriy, setelah segala urusan di Madinah selesai maka Muhammad Ali Idrus beserta Qurais Fakhriy meninggalkan Madinah untuk menetap di Istana Pasai. Tidak berapa lama Qurais Fakhriy tinggal di Istana Pasai datang lagi utusan dari Raja (kisrah) Persiah untuk melamar Putri Qurais Fakhriy namun jawabannya tetap sama seperti masih tinggal di Negeri Madinah yaitu belum berniat untuk berumah tangga. Kedatangan utusan dari Raja Persiah Urugan bin Hulagun, Muhammad Ali Idrus tidak berada di Istana Pasai, beliau sedang menghadiri perkawinan anaknya Sulaiman di Negeri Johor. Kemudian Sulaiman diangkat menjadi Sultan Brunai. Dalam perhelatan perkawinan Putranya Muhammad Ali Idrus bertemu dengan seorang yang bernama “Khun Khan Ching“ yang berkebangsaan Cina, menurut keterangannya Khun Khan Ching adalah Cina Islam di Hoe-Hoe daerah Tar-Tar dengan gelar “Dung Kung Sang Hiang“ atau Panglima Perang, di Buton terkenal dengan nama “Dungku Cangia“ begitu penuturannya pada Muhammad Ali Idrus. Khun Khan Ching juga menjelaskan kepada Muhammad Ali Idrus bahwa ia adalah Panglima Perang Kaisar Tiongkok yang bernama “Kubilai Khan“, pada masa peperangan Raja Singasari. Setelah Kerajaan Singasari runtuh akibat serangan Jayakatwang, Khun Khan Ching melarikan diri sehingga terdampar di Negeri Johor. Dalam masa pelariannya di Negeri Johor Khun Khan Ching berjumpa dengan seorang musafir yang bernama ”Sang Ria Rana“ atau lebih dikenal di Buton dengan nama “Sangia Ria Rana“, yang kemudian bertemu dengan Muhammad Ali Idrus. Pertemuan antara Muhammad Ali Idrus, Khun Khan Cing dan Sang Ria Rana menjadi perjumpaan yang menyenangkan antara satu dengan yang lain, sehingga Muhammad Ali Idrus tidak segan-segan untuk mengundang kedua sahabat barunya berkunjung ke Istana Pasai, dan unutk tidak saling mengecewakan kedua sahabat tadi yaitu Khun Khan Cing dan Sang Ria Rana menyetujui, kemudian setelah perkawinan puteranya dan urusan yang lain di Johor selesai, ketiga sahabat baru tersebut serta “Sulaiman“ dan pengikutnya meninggalkan Johor menuju Pasai. Tidak berapa lama setelah tiba di Negeri Pasai atau tepatnya pada tahun 1298 M. Sulaiman dinobatkan menjadi Sultan Brunai dengan gelar Sultan Sulaiman Syarif Ali. Beberapa saat setelah penobatan Sulaiman menjadi Sultan Sulaiman Syarif Ali datang lagi utusan dari Raja (Kisra) Persiah Urugan bin Hulagun hendak melamar atau meminang Putri Qurais Fakhriy untuk dinikahkan dengan Putranya yang bernama Baidul Hasan, namun keinginan Raja (Kisra) Persiah itu belum dapat dikabulkan karena Putri Qurais Fakhriy belum ingin berumah tangga. Lamaran Raja Persiah ditolak dengan jawaban yang halus, lemah lembut dan sopan, namun tegas menandakan orang yang sangat terpelajar dan mempunyai kepribadian serta keluhuran budi dari seorang Putri yang tidak dimiliki oleh setiap manusia. Karena terus didesak oleh utusan Raja (Kisra) Persiah Urugan bin Hulagun maka Putri Qurais Fakhriy menyampaikan maksudnya untuk meninggalkan Istana Pasai kepada Muhammad Ali Idrus, dan oleh Muhammad Ali Idrus tidak langsung diputuskan, akan tetapi Muhammad Ali Idrus mengajak kedua sahabatnya yaitu Khun Khan Cing dan Sang Ria Rana untuk membicarakan keinginan Putri Qurais Fakhriy. Dari hasil musyawarah Muhammad Ali Idrus, Khun Khan Cing dan Sang Ria Rana memutuskan bahwa Putri Qurais Fakhriy sebaiknya meninggalkan Istana Pasai. Seperti keinginanya disertai oleh Muhammad Ali Idrus, Khun Khan Cing dan Sang Ria Rana serta 40 (empat puluh) orang kepala keluarga dengan menggunakan Bahtera Magela Hein’s kepunyaan Khun Khan Ching tanpa tujuan. Untuk menghindari serangan dari Raja (Kisra) Persiah Urugan Bin Hulagun atas penghinaan yang dilakukan oleh Qurais Fakhriy, maka pada tahun 1298 M. Sultan Sulaiman Syarif Ali membuat siasat politik dengan mengumumkan kepada khalayak bahwa Putri Qurais Fakhriy telah menghilang dari Istana Pasai. Seperti yang telah diriwayatkan di Bagdad bahwa Muhammad Ali Idrus dan Putri Qurais Fakhriy adalah keturunan Wali-Wali Allah SWT. Dan dengan izin Nya apa yang menjadi keinginannya atau kemauannya kemanapun mereka hendak pergi Insya Allah akan terkabul. Dengan menghilangnya Putri Qurais Fakhriy semua orang bertanya-tanya tapi tidak satupun yang tahu kemana perginya, dan akhirnya dalam pengembaraannya bersama saudara misannya Muhammad Ali Idrus, Khun Khan Cing dan Sang Ria Rana beserta 40 (empat puluh) orang kepala keluarga dengan menggunakan Bahtera Magela Hein’s terdampar di Tenggara, tetapi sebelumnya Muhammad Ali Idrus telah mengetahuinya bahwa di Negeri Bathniy atau Buton telah berpenghuni berpuluh-puluh tahun yang lalu menjadi tujuan akhir keempat orang tersebut yakni Muhammad Ali Idrus, Qurais Fakhriy, Khun Khan Cing dan Sang Ria Rana, sedang 40 (empat puluh) orang kepala keluarga yang menjadi pengawalnya tidak sampai ke Negeri Buton. Setelah Keempat orang tadi tiba di Negeri Buton mereka berpisah, Khun Khan Ching bersama Sang Ria Rana ke Tobe-tobe sedang Muhammad Ali Idrus dan Qurais Fakhriy ke tempat lain. Setelah keempat orang tadi berpisah menjadi 2 (dua) rombongan Muhammad Ali Idrus pergi ke Negeri Munajat, sedangkan Qurais Fakhriy ditinggal disuatu tempat, sambil menunggu saudara misannya pulang. Qurais Fakhriy melakukan pertapaan disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan sebutan Sora Woli, dan tempat penemuan Wa Kaa–Kaa diabadikan menjadi benteng yang diberi nama Sora Wolio. Sedang Khun Khan Ching dan Sang Ria Rana melakukan kegiatan sehari-hari sebagai penyadap air enau dan penangkap ikan. Alat penangkap ikannya terbuat dari bambu mereka namai bubu, sepulangnya dari mengangkat perangkap ikannya Khun Khan Ching pergi melihat sadapan enaunya di Tobe-tobe, begitulah kegiatan kedua sahabat itu sehari-hari Namun suatu hari sadapan air enaunya telah diambil oleh orang lain, kejadian tersebut berulang hingga beberapa kali, melihat keadaan itu Khun Khan Ching gusar. Untuk melampiaskan kegusarannya Khun Khan Ching mencari sebatang pohon yang sangat besar untuk di tebas, dengan sekali tebas pohon besar itu tumbang karena kesaktiannya, dan pohon yang telah ditebas itu diletakkan di dekat pohon enau yang disadapnya setiap hari. Kemudian Si Sajawangkati yang sering mengambil sadapan enau Khun Khan Ching, pergi melihat-lihat keadaan hutan sambil mengambil enau yang telah disadap tersebut, yang sepengetahuan Si Sajawangkati enau itu adalah di sadap oleh anak buahnya, tetapi betapa terperanjatnya ketika tiba di dekat pohon enau dilihatnya sebatang pohon besar tumbang dengan sekali tebas sambil bergumam, dia berkata rupanya sudah ada penghuni baru di Negeri ini yang mempunyai kesaktian luar biasa. Untuk membuktikan bahwa dia tidak kalah sakti dengan penghuni yang belum diketahuinya, maka Si Sajawangkati mencari sebatang pohon besar untuk ditebas, namun tidak ketemu. Dia hanya menemukan sebatang pohon rotan sebesar batang pohon pinang, ditebasnya pohon rotan tersebut lalu diambil satu siku tangan orang dewasa, lalu disimpulkan atau dalam bahasa Buton aulua. Simpulan rotan tadi diletakkan di atas batang pohon yang ditebas oleh Khun Khan Ching. Seperti biasa sepulang dari mengangkat bubu perangkap ikannya langsung ke Tobe-tobe. Dengan maksud untuk mengambil enau yang telah disadapnya, namun betapa kagetnya pada batang pohon yang telah ditebasnya tadi ada rotan yang telah disimpulkan, begitu kagetnya lalu dia berkata rupanya Negeri ini sudah mempunyai penghuni yang sangat sakti. Sepulang dari Tobe-Tobe Khun Khan Ching mengajak sahabatnya Sang Ria Rana serta anjingnya untuk mencari bambu Sembilu dalam bahasa Buton nya yaitu Tombula, untuk wadah atau tempat hasil sadapan enaunya dan perbaikan perangkap ikannya. Waktu mencari bambu sembilu (tolang) atau bambu tombula tadi tidak terasa kedua sahabat tersebut telah berada di bukit yang agak tinggi yakni “Sora Wolio“ yang dinamai oleh Si Sajawangkati dan Si Malui sebelum menggabungkan diri dengan Si Panjonga yang diangkat sebagai Ketua Kelompok Bandar Perkampungan pertama yang saat ini telah bermukim di Batu Yigandangi atau lebih dikenal Lelemangura. Khun Khan Ching dan Sang Ria Rana mendengar anjingnya menggonggong pada sebuah rumpun bambu sembilu atau bambu tombula yang padat lalu ditebangnya bambu yang digonggong anjing tersebut oleh Khun Khan Ching atau Dung Kung Sang Hiang (Dungku Cangia), pada sabitan pedang pertama terdengar suara Kaa– Kaa–Kaa, rupanya sabitan tadi mengenai beberapa helai rambut Putri Qurais Fakhriy yang sedang menanti saudara misannya yang pergi ke Negeri Munajat sambil bertapa selama 13 (tiga belas) tahun yaitu mulai tahun 1298 M. sampai dengan tahun 1311 M. di sinilah awal legenda bahwa Wa Kaa-Kaa Raja Buton I (pertama) “Bete Yi Tombula“ atau berwujud (merekah) dari bambu sembilu (tolang) atau tombula. Kemudian kedua pencari bambu tadi bertanya kepada Putri Qurais Fakhriy, Putri hanya menjawab Kaa-Kaa-Kaa karena perbedaan bahasa mereka tidak saling mengenal apa maksud masing-masing pihak dan apa yang harus dilakukan, sehingga Khun Khan Ching menyebut nama Qurais Fakhriy dengan panggilan Wa Kaa–Kaa, sejak saat itu namanya diabadikan hingga sekarang. Pada saat ditemukan oleh Khuh Khan Ching atau Dungku Cangia dan Sang Ria Rana atau Sangia Ria Rana, Putri Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa mengenakan baju yang mempunyai penutup leher yang berkancing dalam bahasa Buton baju “Koboroko“ dan besarung dua lapis, lapisan pertama Sarung Bia-Bia sedangkan lapisan kedua terbuat dari sutera tipis. Putri Qurais Fkhriy atau Wa Kaa–Kaa juga bersanggul dengan berhiaskan tiga bentuk rangkaian batu permata yang indah-indah Panto namanya dalam Bahasa Buton serta memakai cadar atau selubung terbuat dari kain sutera tipis. Seperti diriwayatkan pada saat ditemukan dalam pertapaannya Putri Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa membawa bendera berwarna hitam bercorak putih panjangnya empat depah dan pangkalnya lebar dua jengkal, bentuknya lancip menyerupai keris, sedang lebar corak selang seling hitam dan putih satu tapak tangan orang dewasa. Kemudian tersebut dalam lembaran sejarah Budaya Buton, bahwa setelah mendengar kehadiran Putri yang dianggap ajaib tersebut Si Panjonga dan Si Malui segera memerintahkan kepada pengikutnya untuk membuat usungan atau tandu dari bambu tolang atau bambu tombula, setelah tandu yang dipesan tadi selesai dibuat Si Pajonga dan Si Malui serta Tetua dan rombongannya bersama-sama menuju ke Sorawolio dimana Putri Qurais Fakhriy atau Wa Kaa-Kaa ditemukan. Setibanya Si Panjonga, Si Malui, Tetua dan rombongannya di Sorawolio Putri Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa sedang duduk-duduk dengan alat serta pakaian kebesarannya bersama kedua pencari bambu tadi yaitu : Khun Khan Ching atau Dung Kung Sang Hia (Dungku Cangia) dan Sang Ria Rana yang saat itu telah menjadi Pengawalnya. Setelah Si Panjonga, Si Malui dan rombongan memperkenalkan diri, maka Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa menuturkan siapa dia yang sebenarnya dengan mengatakan bahwa : Nama sebenarnya adalah “Musarafatul Izzati Al Fakhriy“ atau “Qurais Fakhriy“, Putri dari Abdullah Badiy Uz Zamani Fuaq Quraisi bin Abu Bakar masih cucu Rasulullah Saw, sedang ibunya bernama Rabbi Hatum cucu Abdul Syukur dari Baniy Hasyim masih saudara misan Rasulullah Saw. Kemudian Wa Kaa–Kaa melanjutkan ceritanya kenapa ia berada di dalam rumpun bambu sembilu (tolang) atau bambu tombula dimana dia ditemukan oleh Khun Khan Ching atau Dung Kung Sang Hiang (Dungku Cangia) dan Sang Ria Rana, adalah untuk menanti saudara misannya bernama Muhammad Ali Idrus kembali dari Negeri Munajat. Kepergian saudara misannya tersebut dengan membawa serta sepasang burung Maleo (Mamua) dalam bahasa Buton. Burung tersebut diambil oleh Muhammad Ali Idrus di Negeri Perlambang atau Palembang saat mengunjungi anaknya yang bernama Sayid Lillah. Karena kepergian saudara misannya yang begitu lama, maka Putri Musarafatul Izzati Al Fkhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa melakukan pertapaan hingga mencapai 13 (tiga belas) tahun. Setelah kedua belah pihak saling memperkenalkan diri masing-masing, Si Panjonga, Si Malui dan Tetua rombongan mengutarakan maksud kedatangannya ke Sorawolio adalah untuk mengajak Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa dan kedua Pengawalnya membuat perkampungan di Lelemangura tempat dimana Si Panjonga, Si Malui dan rombongan menetap saat itu. Setelah sepakat dengan permintaan Si Panjonga dan rombongan, maka berangkatlah rombongan besar yang dipimpin oleh Si Panjonga dan Si Malui serta kelompoknya Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy menuju Lelemangura. Si Baana adik perempuan Si Malui beserta ibu-ibu rombongan dari Lelemangura menuntun Putri Ajaib Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa untuk menaiki usungan yang telah disiapkan oleh Si Panjonga, Si Malui dan rombongan. Setibanya di Lelemangura yaitu di tengah-tengah perkampungan usungan Putri ajaib Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa diturunkan, dan tempat mula-mula menginjakkan kaki oleh Qurais Fakhriy dijadikan tempat penobatan semua Raja dan Sultan turun temurun hingga saat ini. Dan batu tersebut disebut “Batu Popaua“ atau batu tempat Pemutaran Payung Kerajaan atau Kesultanan. Waktu Putri ajaib diarak dari Sorawolio ke Lelemangura, usungan atau tandu Putri berada di belakang bendera leluhurnya yaitu Bendera Ula-Ula yang dipegang oleh Pengawal Pribadinya yaitu Dung Kung Sang Hiang, sedang Sang Ria Rana membawa kelewang dan Perisainya. Kemudian kelompok wanita yang di pimpin oleh Si Baana mengajak Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa menuju kediaman Si Panjonga Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa ditempatkan di Kediaman Si Panjonga bersama Dayang-Dayang dan Inang Pengasuhnya Si Baana. Karena kehalusan budi pekerti dan kelembutan tutur kata serta kesopanannya menandakan bahwa dia bukan sembarang putri tetapi Putri pilihan, Putri yang dianggap Ajaib ini selalu dihormati bagi siapa saja yang pernah bertemu dengannya, begitu juga dengan Dayang-Dayang dan Inang Pengasuhnya selalu menaruh hormat pada Putri Wa Kaa–Kaa, yang mana hal ini tidak luput dari pengamatan Si Panjonga orang yang sangat sakti dan dihormati, selaku ketua pelaksana bandar perkampungan saat itu. Tidak berapa lama setelah Putri Qurais Fakhriy berada di Lelemangura Si Panjonga mengadakan musyawarah yang dipimpin sendiri, yang dihadiri oleh : 1. Si Panjonga selaku Pimpinan Rapat. 2. Si Tamanajo 3. Si Malui 4. Si Sajawangkati Keempat orang tersebut diikuti oleh pengikut-pengikutnya. Tujuan keempat kelompok tadi mengadakan rapat adalah mengangkat Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa untuk menjadi pemimpin di Negeri yang mereka tempati atau diami. Alasan mengangkat Putri Wa Kaa–Kaa menjadi pemimpin Negeri yang mereka tempati itu adalah, karena memiliki peri laku yang sangat terpuji, jujur, tutur kata yang lemah lembut dan menyenangkan bagi yang pernah mendengarnya serta sopan santun dan penuh wibawa yang tidak memiliki oleh semua hamba Allah SWT, hanya hamba pilihan yang mempunyai perilaku demikian. Atas pertimbangan-pertimbangan yang demikian semua peserta simpati kepada Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa, maka pada akhir tahun 1311 M. Wa Kaa–Kaa diangkat atau dinobatkan menjadi pemimpin Negeri tersebut dengan Gelar Raja. Sejak saat itulah perkampungan kedua kelompok manusia besar dan sakti dinamai “Kedatuan” atau “Keraton“, maksudnya tempat kediaman Datuk Putri Qurais Fakhriy atau Wa Kaa-Kaa. V. RAJA BUTON I (PERTAMA) 1311 – 1334 M Setelah selesai dinobatkan menjadi Raja, Putri “Musarafatul Izzati Al Faqhriy“ atau “Qurais Faqhry“ alias “Wa Kaa–Kaa“ berkata sebagai himbauan dalam bahasa sendiri yaitu bahasa leluhurnya bahwa : “Kul Anaa Rabbiy Ma’abdih” Artinya : Katakan, kalau saya Tuhan atau Raja siapa hambaku. “Kul Anaa Abdih Ma’ Rabbiy” Artinya : Katakan, kala u saya hamba siapa Tuhan atau Rajaku. Mendengar himbauan yang demikian dari Raja, hadirin yang mendengarkan tidak satupun yang dapat menjawab, sehingga pertanyaan yang dilontarkan tadi dijawab sendiri bahwa : “Kul Rabbiy Wal Abdih Wahidun“ Artinya : Katakan Tuhan atau Raja dengan hambanya itu adalah satu Itulah himbauan yang disampaikan Putri Qurais Fakhriy atau Wa Kaa-Kaa saat dinobatkan menjadi Raja Buton I (pertama). Setelah Penobatannya Putri Wa Kaa-Kaa menjadi Raja Buton I (pertama), maka selanjutnya Raja mengangkat Si Panjonga, Si Malui, Si Tamanajo dan Si Sajawangkati sebagai “Patalimbona“ atau Penasehat Raja. Sedangkan Dung Kung Sang Hiang atau Dungku Cangia dan Sangia Ria Rana diangkat sebagai Pengawal pribadi Raja. Tersebutlah dalam lembaran sejarah Budaya Buton saat Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa menjadi Raja Buton I (pertama), Buton Rakyatnya hidup makmur, aman, dan tenteram. Untuk menjaga keamanan serta kemungkinan serangan dari luar maka Raja Kaa–Kaa memerintahkan kepada seluruh Staf dan seluruh rakyat untuk membuat Benteng Pertahanan yang berbentuk huruf MIM kedua seperti ulasan dari leluhurnya, demikian juga dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Raja, selalu ditaati dan dipatuhi oleh pembantu dan seluruh rakyatnya. Manakala Raja keluar Istana untuk mengunjungi wilayah sekitarnya, bendera leluhurnya yaitu bendera Ula–Ula, tidak pernah ketinggalan berada di depan usungan Raja yang dikawal oleh Dung Kung Sang Hiang (Dungku Cangia). Dan bendera Ula–Ula tersebut sampai saat ini tetap diabadikan menjadi bendera Kerajaan atau Kesultanan Buton. Apabila kendaraan digunakan perahu, di buritan perahu mengibarkan bendera Kerajaan yaitu bendera Ula–Ula menandakan rombongan tersebut disertai Raja atau Sultan, sehingga wilayah-wilayah Kerajaan yang ketamuan akan menyambut kedatangan Raja atau Sultan dengan pesta besar-besaran menurut peraturan Raja atau Sultan yang berkuasa pada zamannya masing-masing. Karena kebesaran dan kemuliaan namanya Putri Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa dianggap sebagai manusia ajaib dan keramat yang tetap diabadikan dan diulas dalam lembaran sejarah Budaya Buton dan Muna, yang selalu dirindukan dalam kenangan. Begitulah asal usul Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Kaa–Kaa. Seperti yang telah diriwayatkan, tidak berapa lama setelah Muhammad Ali Idrus tiba di Negeri Munajat kawin dengan Wa Birah Putri Sangia Pure-Pure, dari perkawinannya dikaruniai seorang Putri yang diberi nama Wa Nambo Yitonto atau Wa Sala Bose. Kemudian Muhammad Ali Idrus digelar Maligana yang sekarang diabadikan menjadi sebuah Desa di Negeri Munajat atau Muna yakni Desa Maligana. Di Negeri Munajat Muhammad Ali Idrus mendirikan sebuah pondok di pinggir pantai yang sebagian tiangnya berada di dalam laut, namun tanpa sepengetahuan Muhammad Ali Idrus di belakang rumahnya ada sebuah kerang laut raksasa dalam bahasa Buton disebu “Kamatuu Susu“. Kerang laut raksasa tersebut setiap saat menyemprotkan air ke dalam pondok milik Muhammad Ali Idrus sehingga membuat keadaan pondoknya tidak nyaman tatkala sedang tidur atau sedang beristirahat. Akibat semprotan kerang laut raksasa tersebut pondok milik Muhammad Ali Idrus selalu basah, maka Muhammad Ali Idrus meminta bantuan pada sekelompok manusia untuk mencungkil kerang laut raksasa tersebut namun tidak berhasil. Karena rombongan manusia tersebut gagal mencungkil atau memindahkan kerang laut raksasa yang berada di belakang rumahnya, Muhammad Ali Idrus membuat sayembara, yang isinya : “Barang siapa dapat mencungkil kerang laut raksasa atau kamatuu susu yang berada di belakang rumah saya, akan saya nikahkan atau kawinkan dengan Putriku bagaimanapun keadaannya“. Sayembara tersebut terdengar juga pada seorang laki-laki yang mempunyai penyakit kulit atau dalam bahasa Buton disebut kuli dhambi yang bernama “Nggori-Nggori“ dari Bungku Sulawesi Tengah. Setelah mendapat persetujuan dari Muhammad Ali Idrus atau Maligana, Nggori-Nggori membawa tombak sebagai alat untuk mencungkil Kerang Laut raksasa atau Kamatuu Susu, dengan tekad yang kuat Nggori-Nggori ke tempat kamatuu susu berada. Lalu ujung tombaknya dimasukkan ke dalam mulut kerang laut raksasa tadi sambil mencungkil. Karena saktinya Nggori-Nggori maka kerang laut raksasa tersebut tercungkil melayang terbelah dua. Kulit yang sebelah jatuh di Sulawesi Tengah (Daerah Bungku) yang saat itu masih wilayah Kerajaan Ternate dan yang kulit sebelahnya jatuh di pulau Ereke yang saat itu masih wilayah Kerajaan Buton. Sampai sekarang kulit kerang itu masih ada, dan diabadikan menjadi nama sebuah Ibu Kota wilayah Kecamatan Kulisusu, Sekarang menjadi wilayah Kabupaten Muna. Setelah Nggori-Nggori berhasil mencungkil kerang laut raksasa tersebut langsung dikawinkan dengan Nambo Yi tonto atau Wa Sala Bose, hingga beranak pinak di Ereke atau Kulisusu. Kejadian ini diceritakan oleh Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Kaa–Kaa di hadapan kedua pemimpin kelompok besar dan sakti yaitu Si Panjonga dan Si Malui. Keempat pemimpin manusia besar dan sakti tadi berpendapat bahwa mereka tidak salah memilih Wa Kaa-Kaa sebagai Raja karena kepribadian, tutur kata, tingkah laku dan gerak gerik langkahnya begitu anggun dan berwibawa yang dapat dijadikan contoh bagi bawahannya. A. KEDATANGAN ARMADA RADEN SI BATARA DAN RADEN JUTUBUN Tersebutlah riwayat dalam lembaran sejarah Budaya Buton bahwa “Raden Sibatara, Raden Jutubun“ dan saudara perempuannya bernama “Lailan Mangrani“ atau biasa disebut Putri Lasem. Ketiga kakak beradik ini datang dari tanah Jawa, dari Kerajaan Mataram sebelum bergabung dengan Kerajaan Majapahit, mereka adalah Putra “Raden Wijaya“ Raja Mataram. Kedatangan Putra-Putra Kerajaan Majapahit tersebut menggunakan 2 (dua) armada. Satu armada yang dipimpin Raden Sibatara dan adik Perempuannya Lailan Mangrani (Putri Lasem) beserta 40 (empat puluh) orang Pengikutnya, sedang armada yang satunya dipimpin oleh Raden Jutubun juga membawa 40 (empat puluh) orang pengawal. Kedua armada tersebut membawa bendera Kerajaan leluhurnya, masing-masing dipasang atau dikibarkan di buritan armadanya, adapun warna bendera yang dibawa oleh kedua armada yang dimaksud adalah “Merah Putih“ yang disebut bendera “Daiyalo“ Karena begitu Agung dan berwibawanya kedua armada tersebut yang menandakan bahwa ada Pangeran atau Raja-Raja di dalamnya. Kedatangan kedua armada Putra-Putri Raden Wijaya atau Raja Kerajaan Majapahit itu telah diketahui oleh penjaga pantai, kemudian penjaga atau pengawal pantai menuntun kedua armada tersebut agar berlabuh di dalam teluk “Kalampa“, sekarang disebut Wilayah Kecamatan Betoambari daratan Buton. Selanjutnya pengawal atau penjaga pantai tersebut melaporkan kedatangan kedua armada tersebut kepada Pimpinannya yaitu Si Panjonga dan Si Malui masing-masing mengutus Pembantu Utamanya Si Tamanajo dan Si Sajawangkati untuk menyelidiki apa maksud kedatangan kedua armada tersebut di Negeri Buton. Kedua pembantu utama yaitu Si Tamanajo dan Si Sajawangkati datang ke teluk Kalampa dimana kedua armada Raden Sibatara dan Raden Jutubun berlabu. Sesampainya di tempat yang dimaksud Si Tamanajo dan Si Sajawangkati meminta keterangan siapa mereka dan apa maksud kedatangannya di Negeri Buton kepada Pemimpin armada tersebut, dan salah satu dari kedua Pemimpin armada tersebut, dan oleh salah satu dari kedua Pemimpin armada tersebut menjawab : Bahwa kami adalah Putra Raden Wijaya Raja dari Kerajaan Majapahit masing-masing bernama : 1. Raden Jutubun atau Bau Besi 2. Raden Sibatara atau Sabatara 3. Putri Lailan Mangrani atau Putri Lasem Sedang maksud kedatangan kami di Negeri ini adalah mencari tempat untuk membuat bandar baru sesuai dengan petunjuk dari Ayahanda kami Raden Wijaya. Setelah Putra Raden Wijaya menjelaskan maksud kedatangannya, Si Tamanajo dan Si Sajawangkati kembali kepada kedua Pemimpinnya untuk melaporkan maksud kedatangan Pemimpin kedua armada tersebut yaitu Raden Jutubun dan Raden Sibatara. Setelah mendengar laporan dari kedua Pembantu Utamanya, Si Panjonga dan Si Malui menghadap atau Wa Kaa–Kaa. Mendengar laporan yang demikian dari Si Panjonga dan Si Malui, Raja Wa Kaa–Kaa menitahkan atau memerintahkan kepada Pembantu-Pembantunya untuk melakukan penjemputan secara besar-besaran sebagaimana penjemputan terhadap dirinya dari Sorawolio ke Lelemangura. Mendengar titah atau perintah dari Raja Wa Kaa–Kaa, kedua pemimpin Si Panjonga dan Si Malui memerintahkan kepada Pengawalnya untuk membuat 3 (tiga) buah usungan dari bambu sembilu (tolang) atau bambu tombula. Setelah ketiga usungan yang diperintahkan oleh Si Panjonga dan Si Malui selesai dibuat, berangkatlah rombongan manusia-manusia besar dan sakti serta tidak ketinggalan gadis-gadis dan anak-anak menuju pantai Kalampa dimana kedua armada tadi berlabuh. Setelah rombongan penjemput tiba di Pantai Kalampa, kedua pemimpin menuju armada untuk menemui Putra-Putri Raja Majapahit guna menyampaikan undangan Raja Musarafatul Izzati Al Fakhriy alias Qurais Fakhriy atau Wa Kaa–Kaa. Putra Putri Raden Wijaya mufakat untuk menerima undangan Raja Buton I (pertama) Wa Kaa–Kaa. Maka berangkatlah Putra Putri Raden Wijaya bersama-sama rombongan penjemput menuju Istana Raja Wa Kaa–Kaa masing-masing berpakaian : a. Raden Jutubun memakai “Baju Bodo“ berdaster dan celana hitam yang diukir putih panjangnya sebetis, serta memakai Sarung yang dililitkan di atas baju yang pinggirnya terurai sampai ke lutut serta sebilah keris terselip di pinggang. Adapun pakaian yang dikenakan oleh Raden Jutubun menuru Adat Jawa adalah Pakaian Kebesaran, dan hanyalah orang-orang yang telah dinobatkan menjadi Kedatuan yang bisa memakai pakaian yang dipakai Raden Jutubun dimasa Raja Mataran di Kerajaan Majapahit. Dan Pakaian tersebut kini diabadikan menjadi pakaian Pembesar di Kerajaan Buton. b. Dan pakaian yang dikenakan Raden Sibatara pada saat itu adalah celana hitam yang diukir dengan benang perak yang panjangnya sampai di betis serta memakai sarung yang dililitkan di pinggang terurai sampai ke lutut, kedua ujung sarung terurai sampai ke punggur kedua kaki dan di pinggang terselip sebilah keris. Raden Sibatara telanjang dada, adapun pakaian yang dikenakannya diabadikan sebagai pakaian Putra Bangsawan yang belum punya jabatan, dan dalam Bahasa Buton disebut “Pakeana Mangaana“ atau pakaian para anak. c. Sedangkan Pakaian yang dikenakan oleh Lailan Mangrani atau Putri Lasem adalah ”Baju Kombo“ atau “Baju Kuru“ serta memakai sarung berlapis dua, dan yang satu lapis dinamai “Bia–Bia“. Putri Lailan Mangrani juga memakai tiga bentuk hiasan sanggul dan dirangkai dengan berbagai macam mutiara yang sangat indah ”Panto“ namanya dalam Bahasa Buton. Serta di lehernya tergantung seuntai kalung yang terbuat dari emas murni dengan liontinnya yang berhiaskan Ratna Mutu Manikam dan di kepalanya diselubungi dengan sutra hijau halus yang tipis. Sedang di keningnya mengenakan ”Patiga“ menurut Bahasa Buton, dan pakaian tersebut diabadikan menjadi pakaian para gadis yang keluar ……
    arali2008 menjawab: terima kasih atas kirim
  52. 101 says:

    Saya suka tulisan anda.. Menakjubkan dan Luarbiasa

  53. Alek says:

    terimakasih dari penjabaran silsilahnya.Dapatkah saya sedikit diberi gambaran tentang siapa itu LaOde Una.Terimaksih

  54. I’ve only just found your blog – I can’t believe it! So many posts which I can relate to. Added you to my favourites so I can come back here and read the rest of them in full!

  55. This article is worth reading off. After the read, you may sure say that it was not a waste of time. Great.

  56. This is a great post! Are you looking for some good workout ideas?

  57. siradja says:

    klo ada d jelas jg silsilah la saumpula..thanks..

  58. alan wilardy says:

    assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
    klo bsa saya sarankan kita baca sejarah buton di zaman nabi muhammad atau sejarah buton di belanda,. trimakasih,.
    wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatu

  59. rocky laode says:

    Saya sangat Berterima kasih bisa menikmati sajian anda, saya juga orang buton yang ada di rantauan dan sangat minim pengetahuan tentang daerah sendiri, saya akan lebih banyak lagi cerita-cerita tentang buton dan saya sangat ingin tahu tentang kapita waloindi yang ada di Pulau Binongko yang koknon sangat sakti.
    Saya tunggu kisah-kisah selanjutnya,
    rocky di singapore

    arali2008 menjawab
    terima kasih atas kunjungan Anda, memotivasi saya untuk mencari lebih banyak tentang negeri sendiri terutama hal-hal yang berhubungan dengan ajaran nenek moyang dan kesaktiannya.

  60. checkdmin says:

    Admin or Moder!
    WARNING!
    If you will not delete this topic within 5 days – Spam will be here, I promise!
    Goot Lak! God Fak!

  61. Ella CLARK says:

    Indeed great blog u have here. I’d like to read a bit more about such topic. Thanks for posting such information.

    arali2008 said
    thank a lot on visited

  62. arali2008 says:

    @saprahamjaya. karena Anda punya rujukan (fersi Laporo Siuwa Limbono), saya masukan/tambahkan demi kesempurnaan tulisan tentang Puri Raja Wakaka diatas. Terima Kasih atas Masukannya.. Bagi pengunjung yang lain ingin menyempurnakan tulisan silsilah penulis dengan sumber yang jelas, dengan senang hati akan penulis terima.

  63. Mikeharvey says:

    Hi, from Toronto, Canada
    Just a quick hello from as I’m new to the board. I’ve seen some interesting posts so far.
    To be honest I’m new to forums and computers in general 🙂
    Mike

    @arali2008 answer
    no problema Mr Mike, thanks your visiting

  64. setau sy dlm sejarah fersi Laporo siuwa limbono, bahwa wakaka berasal dari dinasti KHAN. Dinasti Fatimiyah… silsilah beliau berasal dari persia, belau seorang putri raja persia.

    arali2008 menjawab
    pengetahuan saya mengenai asal muasal Putri Wakaka sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Saya hanya tahu bahwa Ia adalah seorang putri raja yang datang dari Tiongkok— bisa berasal dari raja-raja di negeri Tiongkok atau bisa juga ia berasal dari dinasti KHAN, Dinasti Fatimiyah, putri raja persia, itu pernah saya baca dan dengar. Ia datang di Tanah Wolio Buton dengan dua pengertian, pertama sebagai seorang Putri Raja (bisa saja dari persia karena menurut cerita yang sudah islam) dan kedua adalah ia datang dengan berbagai atribut kerajaan seperti raja-raja di Tiongkok yang sampai sekarang masih bisa kita lihat.

  65. SmokeC40 says:

    I agree with most of what is said here.

    arali2008 said
    You angree with most of what I said here
    (anda setujuh dengan sebagian besar apa yang saya katakan disini).
    yach! I am writing about the family tree is slightly modified but did not eliminate the substance of the genealogy writers. Thank you, you already understand the meaning of my family tree.
    (yach! tulisan saya tentang silsilah keluarga memang sedikit dimodifikasi tetapi tidak menghilangkan subtansi dari silsilah penulis. Terima kasih, anda telah mengerti maksud tulisan silsilah keluarga saya.)

  66. zunaidin says:

    sangat bagussss……..
    saya sebagai orang Buton-SIOMPU, merasakan manfaat dari tulisan ini. Saya jadi tau tentang banyak hal. Tapi, apa Lakina siompu berarti orang yang memerintah Siompu?
    arali2008 menjawab
    saya kurang tahu dengan pasti arti kata “Lakina” tetapi sepertinya itu pangkat atau jabatan atau keahlian dalam struktur kesultanan akan kemampuan bisa dari segi pemerintahan, agama atau urusan-urusan kerajaan lainnya

  67. fathir says:

    mas, ratu wakakaa tu, bukannya keturunan dari genghis khan, raja mongol.? thanks

    arali2008 menjawab
    Dalam catatan sumber penulis Wakakaa adalah seorang Ratu Kerajaan, tiba di pulau buton bersama pengikutnya dan perangkat kerajaannya, keluar dari negeri Cina melalui Tiongkok. Sementara Genghis Khan itu dalam sejarah tidak mempunyai keturunan (istri), ia ambisius menguasai dunia, dan ia berhasil menguasai 1/3 dunia, menyerang negeri Cina ke Asia tenggara, Asia tengah, sampai timur tengah membumi hanguskan Negeri 1001 malam. Sampai sekarang Masyarakat Monggolia, tidak mengetahui dimana pusaranya, apalagi turunan darinya, padahal Ia sangat ditakuti dan disengani karena strategi perangnya. Konon ceritanya ia dapat menguasai 1/3 dunia karena ia tidak mempunyai (dipotong) “anunya”, artinya ia tidak mempunyai keturunan.

  68. La Aaaja says:

    “Bolimo Karo Somanamo Lipu” Data silsilah turut mensosialisasikan pembentukan Prov.Buton Raya ke seluruh Indonesia tentang sejarah Buton.
    @arali2008 menjawab
    yach! semoga demikian.

  69. amang and N&g says:

    silsilahnya singkat tp jelas, bs jd 1 masukn..sukses slalu…

    @arali2008 menjawab
    trims atas kunjungannya

  70. Rahman R Ali says:

    Terima kasih dengan silsilah keluarganya, jadi satu pengeyahuan tersendiri untuk saya sangat bermanfaat, maklum saya anak kemarin, jadi pengetahuan silsilah buton baru tahu walapun saya berasal dari sana, tetapi sedikitnya saya sudah punya gambaran. Kalau dikaitkan dengan semboyang yang muncul kalimat “bolimo karo sombanamo lipu” yang jadi falsafah orang buton? Nanti kalau seandainya dalam falsafah itu ” tidak usah untuk diri sendiri yang penting untuk negara” kayaknya bisa makmur negara??? Tidak ada KKNnya coy

    @arali2008 menjawab
    Alkisah ketika kesultanan buton diserang oleh musuh dari segala penjuru, Sultan Buton Murhum, mengeluarkan Falsafah Perjuangan Islam Buton “Yinda Yindamo Arataa somanamo Karo artinya Korbankan harta demi keselamatan jiwa”, Yinda Yindamo karo somanamo Lipu artinya Korbankan Jiwa demi keselamatan negara”, Yinda Yindamo Lipu somanamo Sara artinya Korbankan negeri demi keselamatan pemerintah” dan Yinda Yindamo sara somanamo Agama artinya korbankan pemerintah demi keselamatan Agama”. Agama menempati posisi tertinggi setelah pemerintah, negeri, jiwa dan harta.

Tinggalkan komentar