Kajian Proses Alamiah Terjadinya Masalah Gizi “Stunting” di Polewali Mandar

Di Kabupaten Polewali Mandar Proporsi Berat Badan terhadap Tinggi Badan anak balita (BB/TB) di Polewali Mandar masih dibawah 5%, dikategorikan bebas masalah gizi dan kesehatan komunitas, namun pada masa lalunya pada titik-titik tertentu masa pertumbuhan fisik dan perkembangan sel-sel jaringan tubuh antropometrinya, mengalami kekurangan asupan gizi dalam membangun tinggi badan potensial, sehingga mereka terlihat pendek dan sangat pendek dengan prevalensi masih berada di atas 20%, melewati batas ambang sebagai masalah berat secara komunitas. Intervensi dapat dilakukan pada titik-titik potensial  membangun tinggi badan sang anak.

Polewali Mandar Sulawesi Barat @arali2008.– Apa itu stunting dan Bagaimana proses terjadinya? Dalam bahasa Ingris stunting diartikan pengerdilan, atau stunted yang diartikan kerdil. Stunting berdasarkan standar baku antropomteri WHO-NCHS ditandai dengan hasil pengukuran Tinggi Badan menurut umur dari anak usia 0-15 tahun berada dibawah -2 Standar Deviasi pada kelompok umurnya, sebutan status gizinya dinyatakan pendek dan sangat pendek. Dalam tinjauan komunitas disebut stunting. Ada proses alamiah yang membuat anak-anak ini menjadi kerdil (stunted). Dan setidaknya proses alamiah terjadi stunting ini dapat diketahui sebelum kasus ditemukan. Dan ini adalah masalah gizi yang harus mendapat perhatian.

Ada beberapa konsep yang digunakan untuk melakukan kajian alamiah terjadinya masalah gizi “stunting” di suatu daerah. Salah satu konsep yang gunakan adalah konsep epidemiologi gizi.

Konsep Epidemiologi Gizi untuk masalah gizi stunting, adalah melihat masalah gizi stunting dengan pendekatan kelompok pada kelompok populasi tertentu, yaitu kelompok balita dimana pengukuran stunting dilakukan dan pada fase kehidupan mereka jalani setidaknya dalam fase 1000 Hari Pertama Kehidupannya.

Kajian alamiah masalah gizinya, dimulai sebelum terjadinya masalah gizinya muncul (prepatogenesis) sampai dengan fase-fase patogenesisnya terjadi. Kajian setidaknya dapat memperlihatkan secara keseluruhan masalah gizi stunting dalam kelompok populasi stunting saat dilakukan pengukuran. Dari data tahun 2020 kabupaten Polewali Mandar yang diambil dari data ePPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dapat ditunjukan gambaran epidemiologi masalah gizi stunting dibawah ini:Slide1

Gambar diatas menunjukkan bahwa secara epidemiologi anak-anak balita dengan keadaan stunting berada pada situasi defisiensi zat-zat gizi dari pada situasi kelelebihan konsumsi zat-zat gizi yang berhubungan dengan pertumbuhan tinggi badan. Gambar ini juga menunjukkan bahwa anak-anak balita di kabupaten Polewali Mandar dalam posisi normalpun masih berada dibawah  distribusi normal dari anak-anak dengan tinggi badan maksimal. Keadaan ini secara keseluruhan memberikan gambaran masa depan anak-anak kabupaten Polewali Mandar, kalah bersaing diwilayah distribusi normal dalam aktifitas yang berhubungan dengan tinggi badan kelompokmya.

Melihat data stunting dengan ukuran Tinggi Badan sebagai sasaran untuk menentukan masalah stunting, yaitu dengan membandingkan Tinggi Badan dengan Umur (Baca; TB/U) dan melihat TB sebagai penyebut terhadap perubahan BB. Dimana prevalensi Stunting tahun 2020 sebesar  21,6 % dan dengan BB/TB kategori kurus termasuk sangat kurus hanya sebesar 3,4%. Demikian dengan data prevalensi anak balita dengan status gizi kurang (BB/U) yaitu sebesar 11,3%. Seperti data yang disajikan dibawah ini.

Slide3

Dapat di Interpretasi dari grafik diatas adalah presentase stunting  dengan status sangat pendek dan pendek indeks TB/U sebesar 21,6 %, yang bila konfrmasi dengan perubahan berat badan dengan umurnya didapatkan sebesar 11,3%, dan memastikan apakah anak-anak yang stunting, benar-benar bermasalah dengan TB sebagai penyebut dari BB sebagai pembilang berdasarkan umur mereka?, ternyata hanya benar-benar bermasalah sebesar 3,4 %, masih dibawah 5% sebagai standar tidak bermasalah (bebas masalah) secara komunitas,  hanya  bermasalah dalam wilayah kasus medik induvidu.

Informasi data lainnya yang menunjukkan munculnya kasus baru dari data ePPGBM tahun 2019 dan tahun 2021, ditemukan jumlah kasus stunting ditahun untuk anak usia 0-23 bulan sebesar 2478 kasus ditahun 2019,  jumlah kasus ini seharusnya tidak ditemukan lagi ditahun 2021 karena mereka sudah berusia diatas 2 tahun. Ditahun 2021 muncul kasus baru 2394 kasus. Ini menunjukkan bahwa setiap harinya terjadi  6-7 kasus baru. Kasus ini merupakan kasus bawaan anak-anak yang lahir dengan Panjang Badan (PB) ketika lahir berada dibawah standar 50 cm. Mereka sudah mengalami kekurangan gizi mulai dari masa embrio dan masa janin dalam kandungan ibunya.

Maka bisa disimpulkan bahwa kasus stunting di Kabupaten Polewali Mandar  frekwensi terbesar di sebabkan karena defisiensi gizi bukan karena  factor penyakit yang kronis yang menyebabkan perubahan berat badan terhadap tinggi pendeknya seorang anak dalam umur tertentu, dimana menurut Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB  Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS), dapat disebutkan bahwa anak-anak balita di Polewali Mandar masih dikategeorikan normal namun menderita gizi pada masa lalunya atau pada titik-titik tertentu pada masa pertumbuhan fisik dan perkembangan sel-sel jaringan tubuh antropometrinya, mengalami kekurangan gizi, tidak sesuai dengan kebutuhan gizi seimbangnya. Titik-titik kritis pada pertambahan umur yang sangat membutuhkan zat gizi dalam hubungan dengan status tinggi badan dapat di lihat pada gambar berikut

Slide2

Dalam Riwayat alamiah terjadinya masalah gizi (defisiensi gizi) terutama yang berhubungan dengan masalah stunting yang masih tinggi di kabupaten Polewali Mandar, dimulai dari tahap prepatogenesis yaitu proses interaksi antara penjamu (host=manusia), dengan penyebab (agent=zat-zat gizi) serta lingkungan (environment). Pada tahap ini terjadi keseimbangan antara ketiga komponen yaitu selama 1000 HPK, zat gizi dan lingkungan dimana anak dan zat-zat gizi makanan berada (konsep : John Gordon).Dalam tinjauan proses alamiah terjadinya masalah gizi stunting tersebut secara patogensis dinyatakan dengan “tidak sehat-tidak sakit” seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini

Slide4

Dalam masa 1000 HPK ini , setidaknya ada dua terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi sehingga terjadi stunting. Pertama; masa masa embrio sampai dengan minggu 20 dalam kandung ibu, makanan yang dikonsumsi kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas, terutama kebutuhan akan protein dan zat gizi mikro. Fase ini merupakan fase membangun tinggi badan potensial. Kedua; Peningkatan kepekaan host terhadap kebutuhan gizi misalnya : kebutuhan yang meningkat karena sakit, ini biasa terjadi pada masa bayi menyusui, masa MP-ASI sampai dengan usia 2 tahun.

Dua fase lainnya biasa mempengaruhi terjadi pathogenesis terjadinya defisiensi gizi stunting adalah Pertama; Pergeseran lingkungan yang memungkinkan kekurangan pangan, misalnya gagal panen. Kedua; Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host mis : kepadatan penduduk di daerah kumuh, Namun kedua fase ini di kabupaten Polewali Mandar kecil kemungkinan terjadi karena Polewali Mandar merupakan daerah lumbung pangan dan juga bukan daerah dengan wilayah kumuh.

Catatan : HOST (pejamu) : Manusia atau makhluk  hidup lainnya yang menjadi tempat proses alamiah perkembangan penyakit defisiensi gizi. AGENT (penyebab): Zat-zat gizi  yang terdapat dalam makanan yang dapat menyebabkan suatu penyakit defisiensi gizi. ENVIRONMENT (lingkungan): Semua faktor luar dari individu (manusia)

Bila salah satu kemungkinan terjadinya patogensis penyakit defisiensi gizi stunting tersebut diatas, maka tahap pertama yang terjadi adalah “simpanan berkurang” yaitu zat-zat gizi dalam tubuh terutama simpanan dalam bentuk lemak termasuk unsur-unsur biokatalisnya akan menggantikan kebutuhan energi  dari Karbohidrat yang kurang, bila terus terjadi maka “Simpanan Habis” yaitu titik kritis, tubuh akan menyesuaikan dua kemungkinan  yaitu menunggu asupan gizi yang memadai atau menggunakan protein tubuh untuk keperluan energi.  Bila menggunakan protein tubuh maka “perubahan faal dan metabolik” akan terjadi. Pada tahap awal akan terlihat seseorang “ Tidak Sakit dan Tidak Sehat” sebagai batas klinis terjadinya penyakit defisiensi gizi, bukan saja terjadi pada zat gizi penghasil energi tetapi juga  vitamin mineral dan  air termasuk serat. Demikianlah ini yang terjadi di Kabupaten Polewali Mandar yang menyebabkan kasus stunting dengan prevalensi diatas 20 % sebagaimana yang dipersyaratkan oleh WHO sebagai wilayah dengan masalah gizi dengan tingkat berat.

Penerapan patogenesis penyakit defisiensi gizi stunting dalam upaya-upaya mempercepatan penurunan sunting akan lebih mudah lagi difahami jika diterapkan dalam konsep “pohon masalah” yang dapat memperlihatkan penyebab langsung, tidak langsung, penyebab utama dan akar masalah. (Konsep Masalah Gizi menurut Unicef).

Masalah gizi dalam tahapan penyebab langsung disebabkan oleh  konsumsi zat gizi  (yang rendah), pada pendekatan patogenesis dinyatakan sebagai Agent dan adanya penyakit infeksi atau adanya perubahan faal dan metabolik dinyatakan sebagai host. Kedua penyebab langsung ini juga saling berinteraksi memperbesar terjadinya prevalensi stunting Konsep penerapan ini, terutama yang berhubungan dengan percepatan penurunan stunting di Indonesia oleh Kementerian PPN/Bappenas telah mengeluarkan buku Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di tingkat Kabupaten/kota.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik,” (QS. Al-Mu’minun Ayat 14). Ayat ini dapat menunjukan bahwa mambangun tinggi badan Potensial itu terjadi ketika,  segumpal daging itu dijadikan tulang belulang yakni tulang yang mengeras agar menjadi penopang badan, dan itu terjadi pada periode awal kehidupan

———-

Tulisan disajikan juga dalam Bntuk PDF, silakan Download; Kajian Proses Alamiah terjadinya Masalah Gizi “Stunting” di Polewali Mandar

 –

Blogger @arali2008

Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi, Kesehatan dan Sosial
di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat Indonesia

Tentang Arsad Rahim Ali
Adalah pemilik dan penulis blog situs @arali2008. Seorang Nutritionist, Epidemiolog Kesehatan, Perencana Pembangunan Kesehatan (Daerah), Citizen Jurnalist Blog, Pemerhati -----OPINI DARI FAKTA EMPIRIS----seputar masalah epidemiologi gizi, kesehatan dan Pembangunan Kabupaten di wilayah kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Dapat memberikan gambaran hasil juga sebagai pedoman pelaksanaan Pembangunan Kesehatan (Daerah) di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Negara Republik Indonesia. Tertulis dalam blog situs @arali2008 sejak 29 Februari 2008.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: