Komentar Negatif! Kembalikan Kepada Sang Pemilik Komentar
Polewali Mandar Sulawesi Barat @arali2008.– Dalam media sosial misalnya saja Facebook, WhatsApp, weblog dan media sosial lainya, kita kadang membuat status atau tulisan dengan rambu-rambu yang sudah memenuhi syarat untuk dipublikasikan yaitu adanya kebenaran, manfaat dan etis tidak ada hujaran kebencian dan sara. Namun ada saja komentar dari para pembaca yang bernada negatif, “Bagaimana cara menanggapinya?
Jika para penulis senior seperti Cahyadi Takariawan dalam tulisannya, “Komentar Negatif? Abaikan saja.”
Bagi saya menghadapi komentar negatif tersebut dengan cara mengembalikan kepada sang pemilik komentar. Saya lakukan demikian karena saya tidak mau terpapar dengan komentar negatif tersebut.
Komentar negatif dari seseorang menunjukkan isi otak sang komentar, dan saya tidak ingin isi otak kepala saya disamakan dengannya. “Maaf! komentar anda saya kembalikan”.
Mengabaikan atau juga mengembalikan komentar negatif penting dilakukan karena menurut Ahli saraf Rick Hanson yang di kutib oleh Cahyadi Takariawan, berpendapat, otak manusia cenderung memiliki reaksi yang tidak proporsional terhadap hal buruk. Dalam buku “Hardwiring Happiness” ia menyatakan, “Otak manusia itu seperti velcro untuk hal negatif, namun seperti teflon untuk hal positif.”
Kita tahu, velcro itu perekat, sedangkan teflon itu “anti lengket”. Menurut Hanson, untuk hal-hal negatif, otak kita cenderung berfungsi sebagai velcro. Ulasan negatif cenderung melekat dan sulit dilupakan. Ulasan positif cenderung tidak melekat di otak kita, seperti saat menggoreng dengan panci teflon.
Mengembalikan komentar negatif kepada sang pemilik komentar setidaknya ada manfaat yang diperoleh diantaranya, 1) tidak melemahkan semangat menulis. 2) Komentar negatif bukan isi otak penulis 3) Tetap yakin dengan maksud dan tujuan dalam menulis sudah memenuhi unsur kebenaran, manfaat dan etis. 4) bahwa tulisan yang kita tulis merupakan tema yang tersajikan telah sesuai dengan keahlian yang diguliti.
***
Oleh sahabat Facebook Bp. Kasra Munara menanggapi tulasan ini dengan memberi judul SAMURAI BIJAK, ia bercerita dalam tulisannya:
SUMURAI BIJAK. Suatu hari, seorang petarung yang sombong mendatangi seorang samurai bijak yang sedang melatih para muridnya. Si petarung lantas mengejek sang samurai, “Kamu seorang tua bangka yang tolol, Kamu tak punya lagi kekuatan. Saya akan mudah mengalahkan kamu hanya dengan satu jurus saja”
Namun sang samurai tetap melanjutkan pelajaran untuk muridnya, dan si petarung pun pergi begitu saja. Seorang murid kemudian bertanya pada sang guru, “Guru, mengapa anda mebiarkan orang itu mengejek anda. Guru seharusnya menantang dia untuk bertarung saja. Sang guru kemudian menjawab, “Jika seseorang membawakan kamu sebuah hadiah dan kamu tidak menerimanya, lantas siapa pemilik hadiah itu?” semuanya muridnya berpikir sejenak, dan kemudian, “Yang memberikan hadiah tentunya” jawab salah seorang murid.
Sama halnya dengan ejekan dan rasa dengki. Jika anda menolak untuk menerimanya, itu semua akan menjadi milik orang yang memberikannya.
Jika masih ada komentar negatif?
Kalau anda mampu abaikan, lakukan!
Jika anda tidak mampu abaikan, kembalikan saja komentarnya dengan sopan.”Maaf! Komentar Anda Saya Kembalikan.”
–
Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi, Kesehatan dan Sosial
di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Indonesia
Perhatian ! Pertama: Komentar spam akan dihapus, Kedua : ditulis untuk saling berbagi
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait
Your Comments to My Posts