Pendidikan-Penyuluhan Gizi dan Kesehatan
Februari 2, 2011 1 Komentar
Polewali Mandar Sulawesi Barat. @arali2008.— Bertitik tolak dari sering dilakukan penyuluhan gizi dan kesehatan oleh teman-teman yang berkerja di Puskesmas dan jaringannya, misalnya saja di Posyandu pada meja 4 dan juga penyuluhan yang dilakukan secara kelompok di posyandu pada saat dilakukan pemberian PMT, Penyuluhan kadang juga dilakukan di Puskemas terutama bagi pasien rawat jalan yang sementara menunggu panggilan untuk pemeriksaan.

Bidan Desa Sementara melakukan penyuluhan kesehatan dengan target Perubahan Perilaku yang diharapkan “Setiap persalinan di tolong tenaga kesehatan terampil”
Dan kemudian bertitik tolak dari penyuluhan gizi dan kesehatan itu adalah pendidikan gizi dan kesehatan. Penulis mencoba tulis-menulis tentang pendidikan gizi dan kesehatan. Penjelasannya akan mulai dari pengertian pendidikan kesehatan dan kemudian pendidikan gizi serta tujuan akhir dari proses pendidikan gizi dan kesehatan yaitu perubahan perilaku sadar gizi dan kaidah-kaidah kesehatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Penyuluhan terutama yang berhubungan dengan masyarakat, pada dasarnya merupakan penerapan dari istilah pendidikan. Hanya saja kalau digunakan istilah pendidikan pada masyarakat, kesannya adalah pendidikan formal misalnya saja pendidikan SD, SMP sampai dengan perguruan tinggi. Atau juga pendidikan yang biasa dilaksanakan oleh lembaga (balai) pendidikan dan pelatihan pemerintah dan swasta untuk keperluan peningkatan skill kemampuan kerja. Oleh karena itu penyuluhan sebagai bentuk dari penerapan pendidikan penulis batasi pada pendidikan pada masyarakat yang sifatnya non formal.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada masyarakat bisa didapat melalui dua cara, pertama: melalui proses pengalaman dan kedua; melalui proses pendidikan yang sifatnya non formal. Melalui proses pengalaman seperti yang dijelaskan Wood (1926), dimana pendidikan kesehatan lebih ditekannya pada pengalaman adalah, sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan Kelompok Masyarakat. Sedangkan melalui proses mendidikan yang bersifat non formal sebagaimana yang dijelaskan L. Green (1997) adalah Istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesempatan pembelajaran.
Pendidikan kesehatan, baik melalui proses pengalaman maupun melalui proses pendidikan nonformal, penekanannya adalah untuk merubah perilaku seseorang atau masyarakat ke arah perubahan yang mendorong tercapainya kaidah-kaidah atau norma hidup sehat. Perubahan meliputi Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan. Sehingga kaidah-kaidah atau norma kesehatan yang dianut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih sederhana Pendidikan biasa juga disebut dengan penyuluhan kesehatan, yang menurut Sjamsunir Adam (1982) Adalah untuk mengubah kebiasaan yang merugikan kesehatan, menanamkan kebiasan baik, memberikan pengertian tentang kesehatan umumnya, mengikut sertakan masyarakat dalam, menyelenggaraan usaha yang dijalankan untuk kepentingan mereka sendiri. Jadi Kunci pokok dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan.
Adanya perubahan perilaku karena adanya pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap norma-norma kesehatan yang didapat dari proses penyuluhan atau pendidikan kesehatan, akan menunjukkan hasil, pada diri individu, cara hidupnya dan penggunaan sarana kesehatan, yaitu :
- Pada diri induvidu, yaitu Seseorang akan menolong dirinya agar mampu berdiri sendiri dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
- Cara hidup sehat sebagai kebiasaan hidup di masyarakat
- Penggunaan sarana kesehatan yaitu Dorongan perkembangan dan penggunaan yang tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Pendidikan Gizi
Secara Umum Pendidikan Gizi adalah Bagian dari pendidikan kesehatan. Pendidikan gizi pada masyarakat dikenal sebagai usaha perbaikan gizi, atau suatu usaha untuk meningkatkan status gizi masyarakat khususnya golongan rawan (Bumil, Busui, balita). Sebagaimana pada pendidikan kesehatan tujuan akhirnya adalah perubahan perilaku, pada pendidikan gizi juga diarahkan pada perubahan perilaku masyarakat ke arah yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu gizi yaitu perubahan pengetahuan gizi, sikap dan perilaku makan, serta keterampilan dalam mengelola makanan.
Secara Khusus pendidikan gizi bertujuan
- Membantu induvidu, keluarga dan masyarakat, agar dapat berperilaku positif sehubungan dengan pangan dan gizi.
- Meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan gizi dan makanan yang menyehatkan.
- Merubah perilaku konsumsi makanan (food consumtion behavior) yang sesuai dengan tingkat kebutuhan gizi, guna mencapai status gizi yang baik
- Menyebarkan konsep-konsep baru tentang informasi gizi kepada masyarakat .
Tujuan akhirnya adalah keluarga sadar gizi. Dimana setiap keluarga mempunyai kemampuan atau pengetahuan dasar tentang gizi yaitu
- Mampu mengetahui Fungsi makanan,
- Mampu menyusun menu makanan sehari,
- Mampu memkombinasikan beberapa jenis makanan,
- Mampu mengolah dan memilih makanan,
- Mampu menilai kesehatan yang berhubungan dengan makanan.
Dari Penjelasan pendidikan gizi maupun pendidikan kesehatan diatas, kedua mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu adanya perubahan perilaku. Dalam bidang gizi dan kesehatan, perubahan perilaku ini diarahkan untuk mendukung faktor status lingkungan yang baik (fisik, sosial, budaya ekonomi dan lain-lain), ada tidaknya pelayanan kesehatan dan faktor hereditas pada peningkatan derajat kesehatan yaitu adanya status gizi dan kesehatan yang optimal (Blum, 1974). Namun demikian penekanan (enforcement) dari perubahan perilaku ini tetap difokuskan pada proses pendidikan gizi dan kesehatan (proses belajar-mengajar) yang dalam tulisan ini bersifat non formal.
Intinya, baik pendidikan gizi maupun pendidikan kesehatan pada masyarakat adalah mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu adanya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang nantinya terbentuk perubahan perilaku sadar gizi dan perilaku kesehatan——-kaidah-kaidah gizi dan kesehatan yang baik dan benar———- dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya adalah untuk merubah perilaku tidaklah langsung terjadi ketika pendidikan gizi dan kesehatan telah selesai dilakukan, dibutuhkan rencana dan strategi perubahan perilaku yang diinginkan, bisa dibuat berdasarkan keinginan pendidik/penyuluh atau keinginan sasaran (customer) peserta didik.
Rencana dan Strategi
Dari berbagai buku pedoman pendidikan gizi dan kesehatan bagi petugas kesehatan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kunci dari rencana dan strategi pendidikan gizi dan kesehatan pada induvidu, keluarga dan masyarakat, adalah Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dari masalah gizi dan kesehatan, maksudnya adalah masalah-masalah gizi dan kesehatan yang ada di masyarakat atau keluarga (misalnya masalah kurang gzi, kurang vitamin A, kurang zat gizi besi dan kurang mineral yodium), oleh petugas pendidik (atau penyuluh) harus mampu mengkomunikasikan masalah gizi dan kesehatan dalam bentuk informasi yang menyenangkan dan bersifat mendidik kepada masyarakat atau keluarga. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengatasi masalah pengetahuan, sikap dan perilaku yang ada pada setiap induvidu, keluarga atau masyarakat.
Salah satu strategi pendekatan yang biasa digunakan oleh Depkes RI, dalam program untuk mencapai tujuan pendidikan gizi dan kesehatan adalah strategi pendekatan A (Advokasi), B (Bina Suasana). G (Gerakan atau Penggerakan Masyarakat) yang selanjutnya disingkat dengan Strategi pendekatan ABG. Ada tiga unsur untuk dapat menetapkan strategi ABG ini yaitu
- Segmentasi Sasaran Komunikasi Informasi Edukasi,
- Menetapkan target sasaran utama
- dan Memposisikan pesan
Sebagai Contoh Penggunaan Tablet Tambah Darah. Sasaran primer adalah remaja putri dengan pesan pokok atau target adalah cantik berseri dan memposisikan pesan adalah tampa anemia. Kalimatnya adalah Tablet Tambah darah untuk remaja putri, cantik berseri tampa anemia.
Tiga unsur yang sudah terbentuk ini kemudian di Advokasi (A) yaitu dapat dilakukan melalui lobi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan penyerbaluasan informasi, sasarannya adalah adanya kepedulian dan tanggung jawab para pengambil keputusan dan penetapan kebijakan. Sedangkan Bina Suasana (B) dapat dilakukan melalui forum komunikasi sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai sector terkait.
Selanjutnya Gerakan atau Penggerakan Masyarakat (G) dilakukan dalam bentuk pendidikan gizi guna membentuk perilaku sadar gizi. Dalam aplikasinya ditingkat masyarakat sering digunakan pendekatan 4P —- Biasa digunakan dalam Promosi Kesehatan diambil dari Ilmu Sosial Marketing —— Pengertian dari 4P (baca: Empat Pe) adalah ramuan pemasaran dari sudut pandang sisi pemasar untuk mempengaruhi sasaran. Namun pada tingkat masyarakat biasanya perubahan perilaku yang dirancang oleh penyuluh atau pendidik sulit untuk diterapkan maka kemudian dikenal juga pendekatan 4C (baca : Empat Ce) yaitu pemasaran harus di ramu menurut sisi pandang sasaran/pelanggang.
baca juga: Keterampilan Fasilitasi bagi Kader Kesehatan Masyarakat
Contoh pendekatan 4 P meliputi ; Product : Tablet Tambah Darah (TTD). Price : Gratis. Place: di Posyandu, Puskesmas, pustu. Promotian : Dapatkan TTD. Kalau dikalimatkan adalah “Dapatkan” Tablet Tambah Darah “Gratis” di Posyandu, pustu dan Puskesmas.
Sedang Contoh Pendekatan 4 C
- Product : Customer needs and wants : Minum Tablet Tambah Darah, untuk tidak anemia dan tampak cantik dan berseri.
- Price : Cost to the customer: Gratis
- Place : Convenience : senang bila didapat di bidan
- Promotian : Communication : mendapatkan penjelasan manfaat minum TTD
Baik pendekatan 4 P maupun 4 C kedua-duanya akan menghasilkan perubahan perilaku sadar gizi, bila hal tersebut menyangkut pendidikan gizi, kalau untuk pendidikan kesehatan adalah adanya perilaku untuk selalu hidup sehat.
Beberapa contoh perubahan perilaku sadar gizi
- Memantau berat badan secara teratur
- Makan beraneka ragam
- Hanya mengkonsumsi garam beryodium
- Memberikan hanya ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan
- Mendapatkan dan memberikan suplementasi gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan
Agar pendekatan 4P dan atau 4C lebih maksimal, faktor-faktor terbentuknya perubahan perilaku yaitu Predisposing faktor (personal faktor), enabling faktor (faktor penunjang) dan reinforcing faktor (faktor pencetus), termasuk didalam proses penerimaan gagasan /perilaku baru oleh Roger (1962) yaitu AIETA= Awareness-Mau, Interes-Berminat, Evaluasi-Menilai, Trial-Mencoba, Adopsi-menerima perilaku baru) harus juga tetap menjadi perhatian dalam pelaksanaan strategi ABC.
Kesimpulannya. Pendidikan gizi dan kesehatan pada tingkat masyarakat dikenal dengan penyuluhan gizi dan kesehatan, Hasilnya adalah perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan perilaku sadar gizi dan norma-norma kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Dibutuhkan rencana dan strategi untuk merubah perilaku sadar gizi dan kesehatan. Konsepnya adalah 4P dari sudut pandang penyuluh/pendidik dan 4C dari sudut pandang yang disuluh atau yang dididik , dan dilakukan dengan pendekatan ABC (Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/Penggerakan)
Demikian sedikit sedikit tulisan tentang pendidikan gizi dan kesehatan. Yang penulis kutip dari beberapa pedoman Depkes RI tentang penyuluhan gizi dan kesehatan pada masyarakat dan beberapa rujukan dari Ahli Perubahan Perilaku, Semoga bermanfaat.
Tulisan terkait
- Rencana Strategis Kesehatan 2010-2014
- Tiga Unsur Utama Penyebab Langsung Kematian Ibu
- Inferensi dalam Epidemiologi Kesehatan
- Apa Itu Bencana?
- Pelayanan Posyandu di Kelompok PAUD, Tantangan dan Peluang
- Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Seksualitas Anak SMP
- Mengenang Kegiatan Integrasi Pendidikan dan Kesehatan 15 Januari 2004
- Strategi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
- Peran Kepala Dinas Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Penyediaan Air Bersih Pedesaan
- Pengetahuan dan Skill Epidemiolog (Seorang Epidemiologi)
Blogger @arali2008
Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan
di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat Indonesia
mantap gan infonya…
penkes sangat diperlukan untuk kemajuan kesehatan RI…