Prevalensi Kecacingan Anak SD di Polewali Mandar Kembali Tinggi

Prevalensi kecacingan anak SD Polewali mandar tahun 2006-2009Polewali Mandar Sulawesi Barat.– Prevalensi Kecacingan pada anak SD  Kabupaten Polewali Mandar ditahun 2009 kembali tinggi setelah tahun 2008 tidak ada intervensi Hal ini diketahui setelah Depkes RI melakukan pengambilam sampel tinja anak SD di Polewali Mandar  yaitu 2 SD pada kecamatan Wonomulyo dan 2 SD pada Kecamatan Campalagian, dilakukan untuk mengetahui tingkat kecacingan anak-anak SD yang berada di dua Kecamatan tersebut sebagai gambaran prevalensi kecacingan tingkat Kabupaten.  Hasilnya rata-rata 64,5 % anak SD di dua kecamatan tersebut  positif Kecacingan yaitu di Kecamatan Wonomulyo tingkat kecacingan sesbesar 61 % dan di Kecamatan Campalagian tingkat kecacingan ditemukan sebesar 68%.

Hasil kumulatif pemeriksaan Laboratorium Faeces kecacingan murid SD di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2006-2007 terlihat jelas penurunan presentase tahun 2006 sebesar 34,22 5 menjadi 13.26 % di tahun 2007. Penurunan ini karena hasil survei terbatas yang dilakukan ditahun 2005 yang memberikan gambaran kecacingan di kabupaten Polewali Mandar berkisar antara 35-45 % dan kemudian ditindak lanjuti dengan intervensi pemberian obat cacing pada anak SD (obat pirantel Pamout dan Albendazole), Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) dan perbaikan Sarana air bersih serta sanitasi di desa lokasi SD intervensi. Intervensi ini telah memberikan hasil yang sangat signifikan ditahun 2006-2007.

Pada tahun 2008 intervensi pemberian obat cacing pada anak SD (obat pirantel Pamout dan Albendazole), Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan perbaikan Sarana air bersih serta sanitasi beberapa desa lokasi SD tidak dilakukan secara maksimal bahkan cenderungan diabaikan, dengan alasan prevalensi kecacingan di tahun 2007 telah turun sampai batas indikator yang dapat dikatakan sebagai kategori ringan. Atau alasan lainnya adalah ketiadaan alokasi anggaran untuk kegiatan pencegahan dan penanggulangan kecacingan merupakan penyebab intervensi sedikit diabaikan. Ketiadaan intervensi ditahun 2008 ini, mengakibatkan ditahun 2009 ini prevalensi kecacingan anak SD di Polewali Mandar mengalami peningkatan yaitu ditemukan sebesar 64,%.

Di Indonesia penyakit kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar masih merupakan masalah besar atau masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu kurang lebih antara 45-65 %, bahkan diwilayah-wilayah tertentu yang sanitasi yang buruk prevalensi kecacingan bisa mencapai 80%. Cacing-cacing dengan prevalensi yang tinggi ini adalah cacing gelang (ascaris lumbricoides), cacing cambuk (trichuris trichiura), cacing tambang (necator americanus) dan cacing pita, kalau di diperhatikan dengan teliti, cacing-cacing yang tinggal diusus ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kejadian penyakit lainnya misalnya kurang gizi karena cacing gelang suka maka karbohidrat dan protein diusus sebelum diserap oleh tubuh, kemudian penyakit anemia (kurang kadar darah) karena cacing tambang suka isap darah diusus dan cacing-cacing cambuk dan pita suka sekali mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak serta mempengaruhi masalah-masalah non kesehatan lainnya misalnya turunnya prestasi belajar dan drop outnya anak SD.

Presentase SD  dengan Kecacingan di Kabupaten Polewali MandarPermasalahan kecacingan pada anak usia sekolah dasar di Kabupaten Polewali Mandar ini, tidak serta merta harus dihentikan ketika prevalensi telah turun sampai kategori tingkat ringan, selagi lingkungan yang tidak dijamin bebas dari kecacingan misalnya saja cakupan penggunaan jamban keluarga di Polewali Mandar yang hanya berkisar 20-40%. Tidaklah otomatis prevalensi kecacingan pada anak akan turun, apalagi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang belum menjadi kebiasan sehari-hari, Dihentikannya intervensi maka prevalensi kecacingan akan cenderung selalu mengalami peningkatan, bisa sampai prevalensi 80 % seperti temukan dibeberapa wilayah di Indonesia. Hasil analisis lebih jauh dari jumlah SD dengan Presentase diatas dan dibawah Rata-rata Kumulatif prevalensi kecacingan anak muridnya di Polewali Mandar tahun 2006-2007 sebesar 69% Sekolah Dasar berada diatas rata-rata. Ini sangat jelas bahwa tidak ada alasan untuk dihentikannya intervensi. (lihat gambar)

Cacing gelang yang terdapat dalam tinja manusia dan berserakan dimana-mana karena ketiadaan jamban keluarga akan menajdi suatu investasi bagi anak yang hidup dan bermain dilingkungan yang tercemar. Cacing ini ketika hidup dan berkembang di usus semakin banyak maka karbohidrat dan protein yang telah dicerna diusus akan menajdi santapan yang lezat cacing gelang ini, akibatnya anak-anak tidak akan tumbuh dengan normal, berat-badannya cenderung tetap alias naik tetapi tidak mengikuti pola pertumbuhan normalnya.

Demikian juga dengan dengan cacing tambang yang hidup dan berkembang di usus akan menjadi suatu investasi untuk mengisap darah sebagai makanannya, dalam waktu tertentu anak akan anemia (kurang darah), mengakibatkan kreatifitas anak terganggu, mempengaruhi cara pikiran, bersikap dan bertindaka yang baru mulai berkembang. Akibat lanjutnya anak yang harusnya disekolahkan dan tetap bersekolah terpaksa harus tertinggal bahkan drop out.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan penyakit cacingan lebih banyak menyerang pada anak – anak sekolah dasar/MI dikarenakan aktifitas mereka yang lebih banyak berhubungan dengan tanah. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk/C.kremi (Trichuris trichiura). Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak –anak yang terinfeksi cacingan biasanya mengalami : lesu, pucat/anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk – batuk.

Yang jelas prevalensi kecacingan pada anak sekolah dasar di Kabupaten Polewali Mandar yang kembali tinggi harusnya segera diintervensi. Suatu permasalahn baru yang muncul akibat dari permasalahan awal dan bentuk intervensi yang sudah ditahu tetapi tidak dilakukan, akan mengikibatkan saling melempar tanggung jawab. Seharusnya ini tidak boleh terjadi, karena anak sebagai generasi penurus bangsa adalah bagian dari mereka yang bertanggung jawab pada masa sekarang.

==============================================

@arali2008
Opini dari Fakta Empiris
Seputar Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan
di Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat

Tentang Arsad Rahim Ali
Adalah pemilik dan penulis blog situs @arali2008. Seorang Nutritionist, Epidemiolog Kesehatan, Perencana Pembangunan Kesehatan (Daerah), Citizen Jurnalist Blog, Pemerhati -----OPINI DARI FAKTA EMPIRIS----seputar masalah epidemiologi gizi, kesehatan dan Pembangunan Kabupaten di wilayah kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Dapat memberikan gambaran hasil juga sebagai pedoman pelaksanaan Pembangunan Kesehatan (Daerah) di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Negara Republik Indonesia. Tertulis dalam blog situs @arali2008 sejak 29 Februari 2008.

2 Responses to Prevalensi Kecacingan Anak SD di Polewali Mandar Kembali Tinggi

  1. arali2008 says:

    ok thank you for your visiting my blog
    jangan lupa sumbernya
    Rahim Ali Arsad “judul diatas”, https://arali2008.wordpress.com/2009/08/18/prevalensi-kecacingan-anak-sd-di-polewali-mandar-kembali-tinggi/

  2. Accun says:

    Ass. ini sangat membantu bagi saya dalam menyusun skripsi, makasih yah…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: