Status Pelayanan RSUD Polewali Mandar.
Juli 13, 2009 1 Komentar
Polewali Mandar Sulawesi Barat,-– Tahun 2007 penulis pernah melakukan kajian singkat tentang pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar sebagai bahan untuk menentukan kebijakan apakah Rumah Sakit ini dapat direkomendasikan menjadi Rumah Sakit dengan Type B atau Rumah Sakit Rujukan. Hasilnya memang rumah sakit Umum Polewali sudah wajar untuk dikembangkan menjadi Rumah Sakit dengan Type B. Penulis juga menyimpulkan konsekwensi-konsekwensi yang muncul apabila rumah sakit ini tidak dikembangkan. Pengembangan Rumah Sakit berjalan sangat lambang, akibat-akibat yang ditimbulkan dan menurunkan mutu pelayanan kesehatan bergerak lebih cepat. Bagaimana gambarannya berikut penulis menyajikan Status Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat tahun 2008. Berdasarkan data Profil RSUD Polewali dari tahun 2005-2008.
Untuk menilai tingkat keberhasilan atau memberikan gambaran tentang status pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar dapat dilihat dari indiktor tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, Mutu Pelayanan dan efisiensi Pelayanan. Indikator-indiktor tersebut adalah
Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu presentase pemakaian tempat tidur pada suatu waktu tertentu, indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit. Rumus yang digunakan adalah jumlah hari perawatan rumah sakit dibagi dengan jumlah tempat tidur di kali jumlah hari dalam satu satuan waktu. Hasil normalnya (idealnya) berkisar antara 60-85%. Bagaimana di RSUD Polewali, presentase pemakaian tempat tidur Rumah sakit Umum Polewali dari Tahun 2005-2008 seperti terlihat pada gambar masih berkisar antara 60-85 % kecuali ditahun 2008 telah mencapai 87 %.
Average Length of Stay (ALOS) yaitu rata-rata lama perawatan seorang pasien. Indikator ini disamping dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan terutama bila diterapkan pada diagnosis tertentu yang dijadikan tracer ( yang perlu pengamatan lebih lanjut). Rumus yang digunakan adalah jumlah hari perawatan pasie yang keluar dibagi dengan jumlah pasien keluar hidup maupun mati. Hasil normalnya (ideal) ALOS berkisar antara 6-9 hari. Ternyata rata-rata lama perawatan seorang pasien di Rumah Sakit Umum Polewali dari tahun 2005-2008, tiap tahunnya konsisten dipertahankan berada pada posisi 5 hari pertahunnya.
Bed Turn Over (BTO) yaitu frekwensi pemakaian tempat tidur (berapa kali) dalam satu satauan waktu tertentu (biasanya 1 tahun) tempat tidur rumah sakit yang dipakai. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi daripada pemakaian tempat tidur. Rumus yang digunakan adalah jumlah pasien keluar (hidup dan mati) dibagi jumlah tempat tidur. Idelanya selama satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Sementara RSUD Polewali BTOnya berada di atas 50 kali
Turn Over Interval (TOI). Yaitu rata-rata hari, tempat tidur yang tidak ditempati dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi daripada penggunaan tempat tidur. Rumus yang digunakan adalah Jumlah (tempat tidur dikali hari) dikurangi dengan ( hari perawatan rumah sakit) dibagi ( jumlah pasien keluar hidup maupun mati). Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari. Sangat ironis Faktanya di RSUD Polewali dipertahankan pada posisi 1 hari bahkan cenderung berada pada posisi ZERO
Net Death Rate ( NDR). Yaitu angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini dapat memberikan gambaran mutu pelayanan rumah sakit. Rumus yang digunakan aadalah (jumlah pasien mati>48 jam dirawat) dibagi dengan (jumlah pasien keluar hidup maupun mati). Hasilnya di Rumah Sakit Umum Polewali ditemukan sebanyak 12 per 1000 penderita keluar masih berada dibawah kisaran yang ditolerir yaitu dari 25 per 1000 penderita keluar.
Gross Death Rate (CDR) yaitu angka kematian umum untuk tiap tiap 1000 penderita keluar. Rumus yang digunakan adaalah (jumlah pasien mati seluruhnya) dibagi dengan (jumlah pasien keluar hidup maupun mati). Hasil seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar. Namun faktanya di rumah sakit Umum Polewali Mandar ditemukan sangat tinggi sangat mencengankan yaitu 80 per 1000 pemderita keluar. Atau kalau dirata-ratakan per hari 2-3 kematian terjadi Rumah Sakit Umum Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat.
Hubungan BOR, ALOS dan TOI
Penjelasan per indikator diatas mungkin belum bisa memperjelas masalah yang ada pada pelayana kesehatan di rumah sakit umum Polewali. Kalau dihubungkan per indiktor misalanya saja BOR, ALOS dan TOI, maka akan terlihat bagaimana rumah sakit umum Polewali ini penuh dengan masalah yang tentunya sangat beresiko apabila tidak segerah dilakukan upaya-upaya perbaikan masalah. Hubungan BOR, ALOS dan TOI sebnarnya adalah untuk melihat sampai dimana mutu pelayanan kesehatan yang ada atau sebaliknya rumah sakit hanya menekankan pada efisiensi dari pada mutu pelayanan. Pada tahun 2008 di Rumah Sakit Umum Polewali Mandar menunjukkan Hubungan antara Pemanfaatan Tempat Tidur (BOR= 82%), Rerata Perawatan (ALOS= 5 hari) dan Interval tempat tidur yang tidak digunakan (TOI = 1 hari).
Hasil hubungan ini jelas bahwa Rumah Sakit Umum Polewali Mandar masih lebih menekankan pada efisiensi dari pada mutu pelayanan kesehatan. Meskipun ditahun 2008 telah dilakukan penambahan tempat tidur sebanyak 38 tempat tidur beserta dengan sarana gedung dan sarana prasarana lainnya, posisi ini belum bisa menaikan ALOS yang seharusnya berada pada 6-9 hari, menaikan ALOS sesuati hal yang tidak memungkinkan karena apabila ALOS yang 5 hari dinaikan menjadi 6 hari (satu hari saja), itu artinya TOI akan bergesar menjadi 0 (nol) hari, sesuai hal yang tentunya akan memperburuk pelayanan kesehatan karena waktu untuk mempersiapkan pelayanan kesehatan kepada pasien berikutnya tidak dilakukan.
POSISI YANG MENGKHAWATIRKAN
Karena posisi yang sangat mengkhawatirkan ini, mengakibatkan angka kematian yang sangat tinggi yaitu 80 per 1000 penderita keluar yang ada pada Rumah Sakit Umum Polewali Mandar Sulawesi Barat. Bahkan hasil survei pengaduan masyarakat, yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan awal Juli 2009 , bekerja sema dengan Aparatur Negara, Pusat Kajian Pendidikan dan Pelatihan Aparatur (PKP2A) Lembaga Administrasi Negara (LAN) Makassar, GZZ-SFGG, dan Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar. 2 dari 3 pasien mengatakan “TIDAK PUAS”. Pelayanan yang berbelit-berlit, dokter yang selalu terlambat melayani pasien, lingkungan yang kurang bersih, harga obat dan dan operasi yang mahal dan lain-lain merupakan keluhan pasein ketidak puasan pada RSUD Polewali.
Posisi yang normal sebenarnya adalah penambahan 45-75 tempat tidur lagi, namun penambahan tempat tidur ini sama artinya dengan membangun kembali rumah sakit umum baru dengan type D ataupun type C. Sementara Rumah Sakit Umum Polewali Mandar ( RSUD yang sekarang) Status bisa dinaikan menajdi Type B. Namun pembangunan Rumah Sakit yang baru Oleh Departemen Kesehatan tidak merekomendasikan pada kabupaten- Kabupaten yang telah ada Rumah Sakitnya. Sebenarnya pada tahun 2007-2008 telah ada komitmen Pemerintah Kabupaten dan Propinsi Sulawesi Barat untuk membangun Rumah Sakit Regional dengan rancangan Type B. Namun sangat disayangkan Pembangunannya tidak ditempatkan pada wilayah yang sangat membutuhkan pemeliharaan kesehatan dan diwilayah yang posisinya sangat strategis yanitu Polewali Mandar. Rumah Sakit Regional justru ditempat di Kabupaten Mamuju, yang RSUDnya masih berada pada type D. Apakah Penulis yang salah menganalisis. Pembangunan Rumah Sakit Type B sementara Rumah Sakit Type C nya tidak ada, dan Polewali Mandar hanya sebagai kabupaten bukan Ibu Kota Propinsi Sulawesi Barat, tempat transit orang-orang sakit dari Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Majene, dan Kabupaten Mamaju Utara yang cenderung mengirim pasien ke Palu dari pada ke Mamaju yang hanya melayani masyarakat Mamaju dan sekitarnya. (Wallahu Alam)
———————————————————–
Baca juga artikel terkait- Ringkasan Kajian Singkat RSUD Polewali Menajdi Type B
- Tragedi Kemanusian Kambocong dan Eifisiensi Pelayanan Kesehatan di RSUD Polewali
- Hasil Penyelidikan Kasus Junino Neurofibromatosis di Polewali Mandar
- Profil Rumah Sakit Umum Daerah Polewali Mandar tahun 2009
- Bed Occupancy Rate (BOR) dan Pengembangan Rumah Sakit Di Sulawesi Barat.
Blogger @arali2008
Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan
di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Indonesia
asslm…sy tertarik dg artikelnya bapak, kebetulan sy lagi nulis tugas akhir tentang anggaran kinerja, sy mw bertanya soal spm (standar pelayanan minimal) kesehatan yang berlaku di polewali mandar.bisa didownload dimana y pak?