Pengembangan Posyandu “Pos Pelayanan Terpadu Bidang Kesehatan di Desa”
April 20, 2009 8 Komentar
Polewali Mandar Sulawesi Barat @arali2008— Posyandu adalah singkatan dari “Pos Pelayanan Terpadu”, dikatakan “Pos” karena hanya merupakan suatu tempat dengan aktifitas kegiatannya tidak dilaksanakan tiap hari, melainkan dilaksanakan sebulan sekali, sedangkan dikatakan “Pelayanan” karena pada pos ini hanya ada pelayanan yang dilakukan oleh “pemberi pelayanan” dan “mereka yang dilayani”. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan dalam lingkup (bc. bidang) gizi dan kesehatan, sedangkan “Terpadu” maksudnya adalah Pelayanan Gizi dan Kesehatan yang terdiri dari beberapa pelayanan yaitu :
- Pelayanan Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita
- Pelayanan Imunisasi
- Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Pelayanan Ibu berupa pelayanan ANC (Antenatal Care), kunjungan pasca persalianan (Nifas) sementara Pelayanan Anak berupa Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita dengan maksud menemukan secara dini kelainan-kelainan pada balita dan melakukan intervensi segera.
- Pecegahahan dan Penanggulangan diare
- Dan Pelayanan Kesehatan lainnya misalnya KB
Asal Mula Posyandu
Asal mula posyandu ini dimulai dari pengembangan Pos Penimbangan Berat-Badan Balita yang dikenal dengan nama Pos UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga). Atau Gabungan dari beberapa pos ——-KB yang duluan terbentuk, menyusul Pos KIA, Kegiatan PKK dan lain-lainnya—————— Pada Pos Penimbangan Balita ada lima kegiatan atau aktifitas, atau biasa dikenal dengan sistem pelayanan 5 meja. yaitu
- Meja Pertama disebut meja pendaftaran
- Meja kdua disebut meja penimbangan balita
- Meja Ke tiga adalah meja pengisian KMS
- Meja Keempat adalah Penyuluhan gizi dan Kesehatan
- Meja Ke lima adalah Meja pemberian paket pertolongan gizi
Pada tanggal 29 Juni 1983 terbentuklah Posyandu melalui surat keputusan bersama antara Kepala BKKBN, (dr. Haryono Suyono dengan Menteri Kesehatan RI dr. Soewardjono Soerjaningrat dalam bidang keterpaduan bidang Kesehatan dan KB
Indikator Pelayanan di Posyandu
Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita menggunakan indikator-indikator SKDN, masing-masing hurufnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
- S adalah jumlah SELURUH BALITA yang ada dalam wilayah kerja posyandu
- K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat)
- D adalah Jumlah Balita yang DATANG-MENINMBANG berat badannya setiap bulan di posyandu atau dikunjungan rumah
- Dan N adalah NAIK BERAT BADAN atau jumlah balita yang ditimbang berat badannya mengalami peningkatan berat badan dibanding bulannya sebelumnya atau
Biasanya setelah melakukan kegiatan di posyandu atau di pos penimbangan, petugas kesehatan dan kader Posyandu (Petugas sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisisnya terdiri dari
- Analisis “Tingkat Partisipasi Masyarakat” dalam penimbangan balita yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah kerja posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%), hasilnya minimal harus capai 80 %. Apabila capaian dibawah 80 % maka dikatakan “partisipasi mayarakat” untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita di posyandu sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau warga sekitar posyandu dan juga oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu dalam hal pertumbuhan berat badan atau pola pertumbuhan berat badan anak.
- Analisis “Tingkat Liputan Program” yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%), hasil yang dicapai harus 100 %. Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS (Kartu Menujuh Sehat ) sebagai alat — instrumen– untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan lainnya, apabila tidak digunakan atau tidak memiliki KMS maka pada dasarnya program Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan balita tersebut telah “kehilangan kesempatan” untuk mendapat pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut.
- Analisis Tingkat “Kehilangan Kesempatan” ini menggunakan rumus ((S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita yang ada diwilayah posyandu dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada, semakin tinggi presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk memantau pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan Berat Badan Balita serta beberapa catatan dan informasi kesehatan lainnya.
- Analisis Hasil Program atau Hasil Penimbangan. Indikator dengan menggunakan rumus (N/D x 100%) yaitu Indikator “Hasil Program/Hasil Penimbangan” yang dihitung dari jumlah balita yang Naik Berat Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya (idealnya) semua balita yang ditimbang harus mengalami peningkatan berat-badan.
- Analisisi Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator “Drop Out” disingkat ‘DO‘ yaitu balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya yaitu jumlah balita yang telah mendapat KMS dibagi dengan Jumlah Balita ditimbang hasilnya dibagi dengan Balita yang punya KMS atau rumusnya adalah (K-D)/K x 100%.
Anak Sehat Bertambah Umur Bertambah Berat Badannya
Dari kesemua indikator tersebut diatas. Indikator yang paling sederhana di posyandu adalah ANAK SEHAT BERTAMBAH UMUR BERTAMBAH BERAT BADAN. Dan ini juga adalah yang menjadi ikon dari keberadaan posyandu (pos penimbangan), sekaligus juga berlaku sebagai output untuk semua kegiatan di posyandu, diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut
- Kegiatan Pencegahan dan penanggulangan diare. Dimana penjelasannya adalah anak diare akan terjadi dehidrasi, kemudian terjadi penurunan berat badan sebaliknya agar anak tidak diare maka anak tidak akan dehidrasi, anak akan sehat yang ditandai dengan terjadi peningkatan berat badan.
- Kegiatan pelayanan KB. Penjelasannya keluarga dengan dua anak pengaturan, pola asuh dan distrbusi makan akan merata artinya cukup untuk memenuhi kebutuhannya, tentunya anak tersebut akan sehat yang ditandai dengan bertambah umur bertambah berat badan, coba sebaliknya 3-4 anak yang jaraknya hanya satu tahun, pola asuh dan distribusi makanan akan tidak teratur, anak akan tumbuh dengan tidak sehat, pertambahan berat badannya tentunya akan terganggu kadang-kadang naik, kadang turun dan kadang tetap.
- Demikian juga dengan imunisasi, KIA, dan lainnya kesemuanya mempunyai output “anak sehat bertambah umur bertambah berat badan”
Selanjutnya dalam perkembangannya posyandu atau pos penimbangan mengalami pasang surut, Pada masa orde baru perkembangan posyandu mengalami peningkatan jumlah maupun mutu pelayanan, sampai-sampai beberapa negara sahabat menjadikan posyandu sebagai contoh di negaranya. Namun di Era Reformasi posyandu ini mengalami penurunan jumlah dan juga mutu pelayanan, sehingga beberapa masalah kesehatan yang dulunya dapat dittanggulangi di tingkat posyandu sekarang sudah mulai lagi bermunculan. Bahkan beberapa kebijakan pemerintah daerah dengan pelayanan kesehatan gratis dan juga pemerintah pusat dengan pelayanan kesehatan keluarga miskin, kemudian diback up dengan peningkatan peran posyandu seakan tidak bermakna untuk mencegah beberapa penyakit yang dapat ditanggulangi di posyandu tersebut. Misalnya saja Diare yang kadang pada saat tertentu mengalami peningkatan kasus kesakitan dan juga kematian bahkan terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).
Posyandu sebagai UKBM
Salah satu hal yang sangat menggembirakan adalah beberapa posyandu secara tersirat dikelola sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dan menujukkan perkembangan yang sangat mengagumkan. Kenyataan ini memang beralasan karena pemerintah sebenarnya telah menjadikan Posyandu sebagai UKBM yaitu singkatan dari “Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat”, namun dalam perkembangannya petugas kesehatan di masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk mengembangkannya, alasannya kebutuhan dan keinginan masyarakat dengan petugas kesehatan kadang tidak sejalan dalam mengembangkan posyandu, Karena UKBM ini pada dasarnya mirip-mirip dengan kegiatan LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat) dengan Kelompok Swadaya Masyarakatnya. Jadi tepatnya UKBM ini dapat dijadikan KSM Bidang Kesehatan.
Pertanyaannya adalah mungkinkah ini dapat dikembangkan secara nyata ? semuanya tergantung dari bagaimana pemerintah dapat berkerja sama dengan LSM. Karena jujur saja bahwa Pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak semua dapat dilakukan untuk itu dibutuhkan lembaga non pemerintah untuk dapat menangani kegiatan-kegiatan yang tidak mampu dilakukan oleh pemerintah.
Perbedaan yang mendasar pada KSM dan UKBM adalah pada KSM perkembangan keberhasilannya bukan saja dilihat dari capaian “kuantitatif” dan tetapi juga diliat dari “kualitatif” Pada Capaian kuantitatif yang dilihat adalah tahapan perkembangan mulai dari pratama, madya, purnama dan mandiri yang setiap tahapannya dilihat dari hasil cakupan (presentase layanan) tahapan ini merupakan kinerja dari petugas posyandu (kesehatan maupun kader). Sementara capaian kualitatif dilihat dari tahapan konsolidasi, Pengembangan dan Kemandirian yaitu pengorganisasian, Administrasi, Pelaksanaan Kegiatan, Pengembangan permodaalam atau Keuangan, Jaringan Kerja yang terbangun dan lain-lain. Tahapan kualitatif ini belum mampu dilakukan oleh petugas kesehatan. Pada UKBM perkembangan keberhasilannya hanya dilihat dari capaian kuantitatifnya saja yaitu dengan tahapan-tahapan posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri, yang semua dilihat cakupan presentase layanannya seperti capaian SKDN diatas .
KSM Posyandu
Pengalaman penulis dalam melakukan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan diintegrasikan dengan kegiatan posyandu, ada lima aspek yang harus diperhatikan untuk dapat melihat perkembangan posyandu dari sudut pandang KSM. Kelima aspek yang penulis sebutkan diatas adalah Aspek organisasi, Administrasi, Kegiatan, permodalan dan jaringan kerja.
- Aspek orgnisasi yang lihat adalah peta lokasi atau wilayah kerja, nama organisasi, struktur organisasi, daftar pengurus dan anggota, hak dan kewajiban anggota dan fungsi AD/ART
- Aspek administrasi yang dilihat adalah rumusan AD/ART, buku-buku administrasi, pencatatan dan pelaporan serta berbagai administrasi yang lainnya.
- Aspek Kegiatan meliputi kegiatan posyandu termasuk kegiatan khususnya, rapat pengurus, rapat anggota, penyuluhan dan bimbingan, pengelolaan usaha bersama / usaha produktif, kaderisasi dan beberapa kegiatan lainnya yang dilaksankan harian, bulan atau triwulan maupun tahunan.
- Aspek permodalan meliputi : simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan simpanan lainnya
- Aspek Jaringan kerja : mengundang rapat, mengirim laporan, konsultasi teknis dan non tehnis serta mitra kerja
Kalau kelima aspek ini jika dijalankan dengan baik rutin dan konsisten sesuai dengan tahapan (konsolidasi, pengembangan dan kemandirian) maka kemandirian posyandu dapat diwujudkan. Kemandirian memang konsep ideal untuk suatu lembaga yang dapat dilihat dari tiga fungsi yakni
- Fungsi intelektual yang menekankan pada berusaha untuk lepas dari ketergantungan,
- Fungsi ekonomi lebih ditekankan pada sumber dana sendiri.
- Fungsi Sosial dan jaringan sosial yang lebih ditekankan pada mitra dan jaringan kerja.
Ketiga fungsi ini akan mengarahkan posyandu kepada kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang dapat berfungsi sebagai sosial ekonomi produktif, dilakukan secara partisipatif melibatkan semua komponen yang ada pada KSM.
Yang terpenting adalah Posyandu ini bukan miliknya pemerintah dalam hal ini kesehatan, tetapi miliknya masyarakat. Jadi memang !? perlu diakui bahwa perkembangan posyandu di era reformasi ini agar lebih maju, dapat diarahkan kepada posyandu yang berswadaya masyarakat. Pemerintah dalam hal ini kesehatan dapat bertindak sebagai mitra atau selama ini memang hanya bertindak sebagai mitra kerja, karena kesehatan selalu saja mengatakan bahwa posyandu itu milik masyarakat.
——————————————————————————————–
Baca Artikel terkait
- Penanggung Jawab dan Pengorganisasian Posyandu di Tingkat Dusun
- Bagaimana Pola Pertumbuhan Berat Badan Balita Anda?
- Pelayanan Posyandu di Kelompok PAUD, Tantangan dan Peluang
- Mengitung Kebutuhan (Gizi) Air
- Cara Praktis Mendeteksi gizi Buruk dengan Menggunakan berat Badan Ideal
- Menghitung Berat Badan Ideal Ibu Hamil
- Pemberian Kapsul Vitamin A pada balita di Polewali Mandar
- Ada Gizi Buruk Di Tengah-tengah Kelebihan Berat Badan Orang Dewasa
- Perdebatan Angka Kematian Ibu
- Hasil Audit Non Klinis Kematian Ibu dan Bayi
- Mama Aku Mau Mati
Blogger @arali2008
Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi, Kesehatan dan Sosial
di Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat Indonesia
saya mau tanya buku2 apa saja yg ada di posyandu ,berikan contoh juga ya,trims
saya mohon buku2 kegiatan apa saja yg ada di posyandu,dan berikan contohny,sblmnya saya ucapkan terima kasih
Mudah-mudahan bangka belitung punya posyandu seperti yang dijelaskan diatas.
saya mau nanya<
klo gak salah dalam laporan cakupan keberhasilan program yang mengacu pada SKDN terdapat lambang D' (D aksen)
katanya itu berarti jumlah balita yang "real" untuk datang di timbang
saya masih blm mengerti<
mohon bantuan penjelasan tentang arti D' tersebut
terima kasih atas waktu dan jawabanya
A little government and a little luck are necessary in life, but only a fool trusts either of them.
trimakasih atas semua info yang telah ditampilkan
Ada baiknya ditampilkan kinerja Kader Posyandu se Indonesia, karena selama ini yang dinilai cuma kinerja petugas kesehatan, tapi bagaimanapun berita2 yang ditampilkan sangat berguna, trimakasih untuk semuanya.
Saya butuh informasi Lowongan Pekerjaan, Bisnis, Dan Info Terlengkap Dan Terbaru
salam
Lowongan Kerja Dan Bisnis