Peran Kepala Dinas Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Penyediaan Air Bersih Pedesaan

Belajar untuk Berdaya di PasirPolewali Mandar Sulawesi Barat.– Bertitik tolak dari tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat yaitu menyelenggarakan urusan Pemerintahan Kabupaten dalam hal upaya kesehatan meliputi bidang kesehatan dan kesekretariatan yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan azas otonomi dan tugas perbantuan yang diberikan pemerintah. Peran Kepala Dinas Kesehatan  Kabupaten dalam pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan air bersih adalah sebagai seorang MANAJER dalam pengembangan masyarakat bidang kesehatan, masyarakat difungsikan, masyarakat dimotivasi dan masyarakat bisa berbuat.

Tulisan ini adalah materi yang penulis buat dan dipresentasekan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar (dr. H.Achmad Azis, M.Kes)  pada acara Pertemuan Desiminasi Hasil-Hasil Kegiatan Kerja Sama Luar Negeri Bidang Kesehatan tanggal 28 sampai dengan 29 November 2008 di Garden Permata Hotel Bandung Jln. Lemahnendeut no 7 Sentrasari Bandung.

Sebagai seorang manajer, kepala Dinas Kesehatan mewakili Peran Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar  adalah memfasilitasi pembangunan kesehatan meliputi pertama ; sebagai Perintis pengembangan masyarakat bidang kesehatan. Kedua sebagai Pemberi pelayanan kesehatan pada masyarakat dan Ketiga; adalah Pembangkit kemampuan Masyarakat untuk hidup sehat.

Ketiga bagian ini diambil dari vaiabel keterlibatan suatu instansi dalam proses pembangunan yang dapat dilihat dari segi peran yang diberikan.  Disamping mewakili peran pemerintah karena tugas pokoknya juga mengorganisasikan dan menggerakan provider kesehatan dalam menumbuh-kembangkan inovasi-inovasi dari masyarakat sebagai titil awal perberdayaan masyarakat dalam penyediaan air bersih pedesaan.

Di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat  beberapa proyek/program  pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan air bersih di pedesaan  yang telah berkembang diantaranya :

  1. Proyek WSLIC-2  dengan Community Fasilitator Tiem (CFT) yang melakukan pendampingan terhadap Tim Kerja Masyarakat (TKM)
  2. Program Kesehatan Masyarakat Kerja sama dengan YIS dengan membentuk  Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sanitasi dan Tim Kesehatan Masyarakat
  3. LSM Lokal yang bergerak dalam bidang kesehatan yaitu Mandar sehat

Proyek WSLIC -2

Second Proyek Water Sanitation For Low Income Communities yang selanjutnya disingkat WSLIC-2, dimana  Depkes RI sebagai executive Agen yang MoUnya ditandatangani tanggal 20 Juni 2000 dan efektif tanggal 16 Desember 2008 serta akan berakhir ( closing date) tanggal  30 Juni 2009.  Proyek ini mempunyai gambaran (ciri) sebagai berikut :

  1. Ditujukan bagi masyarakat di pedesaan yang kurang atau tidak mendapatkan akses Air Bersih dan  Sanitasi yang layak
  2. Melibatkan Lintas Sektor dan Lintas Program
  3. Sensitif Gender dan Kelompok Miskin
  4. Pemberdayaan Masyarakat  (Perencanaan, Pelaksanaan, Pengelolaan dan Monitoring)
  5. Dana Langsung ke Rekening Masyarakat
  6. Masyarakat berkontribusi (Tenaga dan Bahan Lokal)

Komposisi pendanaan diperolah dari Bank Dunia  sebesar 72  %, Bantuan daerah 8 %, dan kontribusi masyarakat 20 %. Setiap desa dapat mengajukan dana sebesar sekitar Rp 280 jutaan,  dana ini diperuntukan untuk tiga komponen.

Pertama, Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi.  Kedua, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekolah dan masyarakat dan Ketiga, adalah Penguatan Kelembagaan. Kontribusi masyarakat yang diharapkan adalah 20 %, kontribusi inilah sebagai tahap awal dimulainya pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan air bersih. Dari 20 % diharapkan masyarakat dapat menyediakan dana in cash ( uang tunai) sebesar  4 % dan in kind 16 % berupa  kontribusi dalam menyediakan tenaga dan bahan-bahan lokal yang apabila dinilai dengan uang sekitar  16 % dari total dana yang diterima desa.

Dengan adanya kontribusi ini masyarakat dilokasi proyek diarahkan pada timbulnya kepedulian dan rasa memiliki PROGRAM dalam berbagai bentuk PARTISIPASI, oleh karena itu  peran kepala dinas kesehatan atau juga Dinas Kesehatan  dapat mengfungsikan dan memotivasi masyarakat untuk munculnya  partisipasi dalam setiap tahapan pemberdayaan masyarakat adalah sangat penting.

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat itu sendiri pada dasar adalah  kegiatan menfasilitasi masyarakat  yang bersifat non instruktif guna :meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada.

Strategi yang dilakukan dalam  pemberdayaan masyarakat untuk penyediaan sarana air bersih pedesaan adalah

  1. Membangkitkan gotong royong
  2. Dapat bekerja sama dengan masyarakat
  3. Menumbuh-kembangkan potensi dan kontribusi masyakarat
  4. Komunikasi Edukasi dan Informasi yang berbasis masyarakat
  5. Membangun Kemitraan dengan berbagai macam pendekatan misalnya pendekatan kelompok
  6. dan  yang penting juga adalah semangat desentralisasi.

Sementara ciri pemberdayaan yang terlihat diantaranya pengambilan keputusan oleh masyarakat melalui kelompok-kelompok yang terbentuk. Setiap kelomppk mampu mempresentasekan setiap rencana kerjanya, yang pada prisipnya setiap masyarakat dapat berinovasi dan mengeluarkan ide-ide dan konsep yang akan dikembangkan. Disamping itu juga masyarakat mampu berkontribusi baik secara in cash maupun inkind dan yang terakhir adalah masyarakat mau mengunakan sarana yang dibangun.

Perkembangan Pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan air bersih Pedesaan pada Proyek WSLIC-2  Kabupaten Polewali Mandar sejak tahun 2004  sampai dengan 2008 (lihat tabel).

Tahapan Pemberdayaan di Proyek SWLIC-2
Pada awal program ada 100 (seratus) desa di Kabupaten Polewali Mandar yang menjadi lokasi pemberdayaan, namun hanya 80 desa yang berhasil dilaksanakan dengan metode partisipatory asessment atau partisipatory health and Sanitation ( MPA/PHASt). Dari 80 desa ini hanya 76 desa yang berhasil membentuk Tim Kerja Masyarakat dengan rencana kerja masyarakat terhadap tiga komponen kegiatan  air bersih dan sanitasi, PHBS anak sekolah dan masyaralat serta penguatan kelembagaan Tim Kerja Masyarakat yang ditandai dengan dikeluarkannya Surat Permohonan Permintaan Barang (SPPB) dan selanjutnya pembangunan termin pertama dimulai, tidak semua desa dapat berjalan sesuai dengan rencana, hanya ada 66 desa yang terus melanjutkan pembangunannya sampai termin II dan III, bahkan sampai dengan penyelesaian fisik 100% dan sarananya  berfungsi. Sampai dengan periode Oktober 2008 sudah ada 43 desa yang sudah mencapai pasca kontruksi dan berhasil membuat Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan Proyek (SP4).  Sungguh proses pemberdayaan masyarakat yang tidaklah mudah membalikan tangan, masyarakat benar-benar harus difungsikan dan dimotivasi terus-menerus untuk mendapat kemandirian dalam menyediakan sarana air bersih.

Penyediaan Air Bersih Pedesaan
(Lihat Gambar )

cakupan-air-bersih Kabupaten Polewali Mandar tahun 2003-2008Dalam Penyediaan air bersih di pedesaan yang dimulai dengan membuat rencana sesuai dengan opsi-opsi yang ditawar dalam kelompok (tim), mereka bisa memilih opsi sumur gali, perpipaan umum maupun keluarga, semua difasilitasi oleh pendamping tehnis maupun pemberdayaan yang terhimpun dalam Community Fasilitator Tiem.

Hasil yang didapatkan berupa peningkatan cakupan air bersih dikabupaten Polewali Mandar dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 terus mengalami peningkatan, yang dulu air adalah masih merupakan masalah terutama didusun-dusun yang sumber air jauh atau sungai yang selalu kotor, sekarang semuanya sudah terpenuhi, terutama di 43 desa yang telah selesai pelaksanaan proyeknya.

Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan air bersih

Keberhasilan pemberdayaan dalam penyediaan air bersih ini dapat dilihat dari  peningkatan produktifitas kerja, karena masyarakat difungsikan dan masyarakat  dimotivasi termasuk didalamnya karena  difungsikannya lintas sektoral.

Keberhasilan yang dilihat dari  peningkaan produktifitas dapat dilihat dari waktu yang dulunya tersita untuk digunakan mengambil air (pagi 3 jam + Sore 3 jam=6 jam tersita). Setelah adanya sarana air bersih  waktu tersebut dapat digunakan untuk kegiatan yang lain untuk meningkatkan income perkapita, rata-rata mereka ada tambahan penghasilan Rp. 15.000.-per  harinya. Data dari PT ASKES dan 456 KK miskin mengalami peningkatan  ekonominya, 279 KK diantaranya berada di daerah intervensi WSLIC-2.

Sementara itu keberhasilan  karena masyarakat di fungsikan adalah Masyarakat berperan serta dalam menikmati hasil Pengadaan air bersih, Ikut Serta melaksanakan program pengadaan air bersih misalnya mampu membangun Sarana Air Bersih (SAB), Memelihara hasil program (sarana dan prasarana air bersih) dan Merencanakan program secara partisipatif .

Keberhasilan karena masyarakat termotivasi diantaranya masyarakat mau bekerja, kemauan untuk berperan serta, berpartisipasi dalam menyumbang gagasan-gagasan dan kritik membangun, dan pengembangan Daya Cipta lainnya

Keberhasilan karena lintas sektoral difungsikan dimulainya dengan rencana tim Koordinasi Kabupaten  kemudian SKPD (Kesehatan) menyampaikan masalah dan kendala serta kemajuan. Tim Koordinasi Kabupaten menawarkan solusi pendanaan dan partisipasi masyarakat. Dan diakhiri dengan penggerakan tenaga Tim Koordinasi Kecamatan untuk lebih partisipasi dalam bentuk in kind (bahan dan tenaga).

Tantangan Keberhasilan

Sebelum program WSLIC-2 di laksanakan banyak desa-desa diwilayah kabupaten Polewali Mandar ditemukan jamban keluarga (Close Set) ditemukan dibawah kolong rumah penduduk atau ditempat-tempat yang sudah terbangun tapi tidak difungsikan, masyarakat pengguna mengatakan bahwa ketidak tersediannya air bersihlah penyebab dari tidak difungsikannya jamban keluarga yang dibagikan oleh pemerintah. Keadaan sekarang  (ditahun 2008) di lokasi SWLIC-2  air telah tercukupi, peningkatan cakupan air bersih ternyata sebaliknya tidak dibarengi dengan peningkatan cakupan penggunaan jamban keluarga. Masyarakat sebagian besar masih buang hajat (Buang Air Besar) disembarang tempat, sehingga ditahun 2008 ini  dilokasi WSLIC-2 banyak ditemukan kasus diare bahkan ada yang meninggal dunia.

Sehingga tantangan keberhasilan pemberdayaan masyarakat dalam menyediakan sarana air bersih ke depan adalah meningkatkan cakupan penggunaan jamban keluarga dan yang lebih penting juga adalah program yang akan diluncurkan pemerintah yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sebagai model pemberdayaan masyarakat  yang tepat sebagai tindak lanjut dari pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan air bersih yang lebih menekankan pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kesimpulan

Sarana Air bersih Terbangun ditingkat Pedesaan karena masyarakat difungsikan dan dimotivasi. Dan ketika peran dinas melalui proyek berakhir masyarakat telah terbiasa mengfungsikan dan memotivasi diri untuk selalu berkarya, sehingga program baru yang akan diluncurkan akan lebih mudah dilaksanakan oleh masyarakat.

———————————————————————-

Blogger @arali2008

Opini dari Fakta Empiris Seputar Masalah Epidemiologi Gizi dan Kesehatan
di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Indonesia

Tentang Arsad Rahim Ali
Adalah pemilik dan penulis blog situs @arali2008. Seorang Nutritionist, Epidemiolog Kesehatan, Perencana Pembangunan Kesehatan (Daerah), Citizen Jurnalist Blog, Pemerhati -----OPINI DARI FAKTA EMPIRIS----seputar masalah epidemiologi gizi, kesehatan dan Pembangunan Kabupaten di wilayah kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat. Dapat memberikan gambaran hasil juga sebagai pedoman pelaksanaan Pembangunan Kesehatan (Daerah) di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat Negara Republik Indonesia. Tertulis dalam blog situs @arali2008 sejak 29 Februari 2008.

2 Responses to Peran Kepala Dinas Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Penyediaan Air Bersih Pedesaan

  1. rantosir says:

    Kami dari staf di cpmu wslic-2 ikut senang dan bangga atas publikasi-publikasi di berbagai media oleh teman-teman di daerah atas keberhasilan proyek WSLIC-2. Semoga WSLIC-2 semakin sukses!!

    @arali2008 menjawab

    terima kasih, keberhasilan dan kegagalan memang harus dipublikasikan agar selalu ada keputusan-keputusan untuk peningkatan kualitas program dan kegiatan.
    kalau tidak ada halangan, penulis akan mengposting laporan akhir kegiatan WSLIC-2 di Polewali Mandar. Karena sayang program berakhir, berakhir juga semua….

  2. arbai says:

    Salam kenal dari Lumajang Jawa Timur. WSLIC-2 memang OK. Dari proyek ini kita banyak belajar mengenai pemberdayaan masyarakat. Lalu bagaimana pengembangan komponen kesehatan di kabupaten Anda pasca proyeknya. Sudah siap dengan CLTS atau STBM-nya? Ayo kita berbagi pengalaman.

    @Arali2008 menjawab
    Yach! memang proyek WSLIC-2 sarat dengan pemberdayaan, dan setiap orang banyak belajar dari sini, tapi penulis sangat sayangkan banyak orang (petugas) yang belum tahu “proses pemberdayaan yang baik dan benar” tentu itu menajdi tugas kita semua.

    CLTS atau STBM sudah mulai digalakkan, tapi seperti agak terlambat, tapi tiada kata terlambat bagi seorang petugas pemberdayaan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: