Dana GF-ATM tersendat, Cakupan CDR TB-Paru turun dratis.
September 12, 2008 Tinggalkan komentar
Polewali Mandar Sulawesi Barat,— Tersendatnya aliran Dana Global Fund AIDS-TBC-Malaria ke beberapa Kabupaten di wilayah propinsi Sulawesi Barat di tahun 2007 mengakibatkan cakupan Case Detektion Rate ——-pelacaakan kasus ——– dan Jangkauan Program penyakit Tuberkulosis Paru menurun sampai dibawah titik kritis terutama wilayah Kabupaten Polewali Mandar.
Demikian Hasil Presentase Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar dr. H. Achmad Azis.M.kes pada acara pertemuan petugas TB-Paru sekabupaten wilayah Propinsi Sulawesi Barat, Kamis 11 September 2008 di Hotel Ratih Polewali.
Walaupun tingkat kesembuhan (CR) TB-Paru dan Convertion Rate kabupaten Polewali Mandar masing-masing telah berada diatas 90 % tidak akan menjamin turunnya prevalensi kasus TB-Paru dimasyarakat. Karena menurut kajian WHO bila ada satu penderita yang tidak dideteksi dan tidak diobati di suatu wilayah maka dalam satu tahun akan menurunkan penyakit kuman TB-Paru 10-15 orang penderita baru. Jadi Bisa diasumsikan bahwa di Kabupaten Polewali Mandar ditahun 2009 nanti akan terjadi peningkatan kasus baru TB-Paru, hal ini berarti petugas lapangan ( puskesmas ) akan bekerja lebih berat lagi menangani kasus-kasus baru ini.
Capaian CDR TB-Paru yang Rendah.
Capaian Case Detektion Rate Tuberkulosis Paru yang rendah di Kabupaten Polewali Mandar yaitu 263 penderita dari 772 target BTA positif (34.1%) dimana hampir seperduanya atau ada 136 (51,2%) penderita adalah benar-benar positif rougent dan 90 % dapat dikonversi dan disembuhkan dengan baik, kita menganggapnya aman-aman saja. Permasalahannya adalah jumlah target yang tidak sempat di Case Detektion Rate yaitu 772 target dikurangi 263 kasus yang di CDRkan yaitu sebanyak 509 (65,9%) dari jumlah ini dapat diasumsikan 51,2 % atau 263 adalah positif rougent.
263 kasus yang tidak di CDRkan inilah sebagai sumber penularan baru dan akan berkembang menjadi 10-15 kali ditahun 2008-2009 yaitu 2.630 kasus sebagai suspek targetnya real di kabupaten Polewali Mandar. Artinya masalah Tb-Paru akan selalu menjadi masalah kesehatan masyarakat dan mempunyai potensi yang besar terjadinya wabah TBC. Sekali lagi ini semua karena rendahnya jangkauan dan deteksi kasus TB-paru dan perhatian hanya pada pengobatan dan penyembuhan saja, tiap tahun akan ada sekitar 250 kasus baru terlaporkan dan petugas hanya melakukan pengobotan dan penyembuhan saja tampa melakukan penapisan terhadap mereka yang mempunyai potensi tertular yang menurut WHO ada sekitar 10 – 15 orang tertular pertahun dari seorang penderita.
Capaian CDR TB-Paru yang Tinggi.
Bagaimana jika capaian CDR TB-Paru tinggi walaupun ini hanya sekedar analisis diambil contoh misalnya CDR tinggi 100% dari 772, dimana 50% atau 386 yang benar-benar dikonversi dan disembuhkan, dengan tingkat kesembuhan 90% atau 247 kasus yang disembuhan dan hanya 39 masalah medik, tapi bukan masalah kesehatan masyarakat lagi Artinya tahun pertama 247 kasus TB-Paru dapat ditangani dan hanya ada 39 kasus yang tidak dapat disembuhkan ( dengan capaian 90% tingkat kesembuhan). Jadi pada tahun kedua 39 kasus tahun sebelumnya ditambah 195 kasus baru yang ditularkan dari 39 kasus sebelumnya menjadi 390 dan 50 %nya adalah positif rougent jadi jumlah adalah 234 kasus dan seterusnya, nanti masuk pada tahun ketujuh kasus TB-paru tidak akan mengalami perubahan lagi atau tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi dan hanya menjadi masalah medik saja. Dana yang dibutuhkan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan kerugian ekonomi yang ditimbulkan karena biaya pengobatan telah ditanggung oleh donor Global Fund AIDS-TBC-Malaria (GF-ATM), Kabupaten Polewali Mandar hanya membutuhkan dana sebanyak Rp. 25.000.- kali 7.723 Suspek TB yaitu sebesar Rp. 193.075.000.- pertahunya. Bandingkan dengan hilang waktu kerja penderita dewasa 250 kali Rp 15.000 perhari selama 6 bulan sebesar Rp. 675.000.000.- belum termasuk obat.
Dengan melihat analisis capaian CDR TB-Paru yang rendah maupun asumsi capaian yang tinggi maka hanya orang yang cerdaslah yang akan berusaha menuntaskan penyakit TB-Paru ini, memang waktu yang dibutuhkan sekitar tujuh tahun namun dengan komitmen dan konsistensi yang tinggi, semua tidak ada yang mustahil kita dapat menurunkan masalah TB-Paru dari masalah kesehatan masyarakat menjadi bukan lagi kesehatan masyarakat. Dan ini lebih penting daripada hanya pengobatan dan penyembuhan penderita yang rutin tiap tahun tampa akhir.
———————————————-
Baca juga tulisan terkait
- ADEK dan Penanggulangan Kusta di Propinsi Sulawesi Barat
- Kantong Penularan Penyakit Kusta di Polewali Mandar
- Penentuan Indikator Ke Enam (VI) MDGs Bagian Pertama
- Penentuan Indikator Ke Enam (VI) MDGs Bagian Kedua
- Catatan subtansi Pertemuan ADEK-II Sulawesi Barat
- Epidemiologi Dalam Program Cegah Penyakit Kusta
—————————————————————————–
Your Comments to My Posts